Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pencari Suaka Seharusnya Diproses di Indonesia

Kompas.com - 29/06/2012, 18:36 WIB
L Sastra Wijaya

Penulis

CANBERRA, KOMPAS.com -- Pegiat hak asasi terkenal Australia Julian Burnside QC mengecam kebuntuan usaha para politisi guna menangani masalah pencari suaka. Burnside mengatakan seharusnya para pencari suaka ini diproses di tempat asal mereka, yaitu Indonesia.

Menurut Burnside, para politisi sebenarnya sama sekali tidak mau menerima para pengungsi, hanya mereka membungkusnya dengan mengatakan bahwa masalah pencari suaka adalah keselamatan mereka ketika melakukan pelayaran berbahaya di laut menuju ke Australia. Demikian laporan koresponden Kompas di Australia, L Sastra Wijaya.

"Saya kira kemauan mereka adalah menghentikan sama sekali gelombang pencari suaka," kata Burnside dalam wawawancara dengan jaringan radio ABC, Jumat (29/6/2012).

"Mereka mengatakan masalahnya adalah pencari suaka tewas di laut ketika berusaha tiba di Australia. Kalau itu persoalannya, solusinya jelas yaitu mencegah para pencari suaka itu menaiki kapal dan satu-satunya jalan adalah membuka pusat pemrosesan pengungsi di Indonesia bekerja sama dengan pemerintah Indonesia," tutur Burnside seperti dilaporkan situs Sydney Morning Herald.

Menurut Burnside, yang juga seorang pengacara terkenal, persetujuan dengan Indonesia akan membuat para pencari suaka ini mendapat tiket bahwa mereka akan tiba di Australia di masa depan, dan memperingatkan bahayanya perjalanan melalui laut. "Bila itu terjadi, maka perjalanan dengan kapal ke Australia akan berhenti." kata Burnside, sambil menambahkan bahwa dengan demikian Australia harus juga menaikkan kuota penerimaan pengungsi setiap tahun.

Mengenai pembukaan pusat pemrosesan di Nauru (usulan oposisi) atau di Malaysia (usulan pemerintah) seperti yang diusulkan oleh masing-masing pihak, Burnside mengatakan hal tersebut tidak akan memecahkan masalah.

"Masalahnya adalah solusi Nauru ataupun solusi Malaysia adalah bahwa keduanya bertalian dengan sudah tibanya para pengungsi di Australia. Kalau mereka memang serius dengan menyelamatkan korban dalam perjalanan laut, mereka harus menghentikan perjalanan itu sendiri pada awalnya," tutur Burnside.

Dengan parlemen Australia sekarang menjalani reses selama dua bulan, anggota parlemen tidak lagi memiliki kesempatan memperdebatkan kebijakan baru, setelah usulan terbaru dari anggota independen Rob Oakeshott diterima oleh majelis rendah parlemen hari Rabu, namun ditolak oleh majelis tinggi keesokan harinya.

Menyusul kegagalan parlemen tersebut, hari Jumat, tiga kapal pencari suaka lagi tiba di Christmas Island. Satu kapal membawa 44 pencari suaka diperkirakan berasal dari Sri Lanka.

Beberapa jam setelah itu, sebuah kapal berisi 100 pria dipergoki. Mereka diperkirakan berasal dari Afghanistan. Keesokan harinya, angkatan laut Australia mendeteksi sebuah kapal lagi, namun belum diketahui berapa orang yang ada di dalamnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bos Garuda Beberkan Kronologi Pesawat Terbakar di Makassar

Bos Garuda Beberkan Kronologi Pesawat Terbakar di Makassar

Whats New
Jokowi Turun Tangan Atasi Masalah Bea Cukai, Stafsus Sri Mulyani: Kami Sangat Bersyukur...

Jokowi Turun Tangan Atasi Masalah Bea Cukai, Stafsus Sri Mulyani: Kami Sangat Bersyukur...

Whats New
PT Inerman Gandeng Shanghai Electric Bangun PLTS Terapung di Cilamaya, Siapkan Investasi Rp 20,89 Triliun

PT Inerman Gandeng Shanghai Electric Bangun PLTS Terapung di Cilamaya, Siapkan Investasi Rp 20,89 Triliun

Whats New
Dorong Produksi Nasional, Jatim Siap Genjot Indeks Pertanaman Padi 

Dorong Produksi Nasional, Jatim Siap Genjot Indeks Pertanaman Padi 

Whats New
Kata Dirut Garuda soal Api di Mesin yang Sebabkan Penerbangan Haji Kloter 5 Makassar Balik ke Bandara Sultan Hasanuddin

Kata Dirut Garuda soal Api di Mesin yang Sebabkan Penerbangan Haji Kloter 5 Makassar Balik ke Bandara Sultan Hasanuddin

Whats New
Petrokimia Gresik dan Pupuk Indonesia Tingkatkan Produktivitas Padi di Timor Leste

Petrokimia Gresik dan Pupuk Indonesia Tingkatkan Produktivitas Padi di Timor Leste

Whats New
PPN 12 Persen: Siapkah Perekonomian Indonesia?

PPN 12 Persen: Siapkah Perekonomian Indonesia?

Whats New
KKP Ingin RI Jadi Pemenang Budidaya Lobster dalam 30 Tahun Mendatang

KKP Ingin RI Jadi Pemenang Budidaya Lobster dalam 30 Tahun Mendatang

Whats New
IHSG Ditutup Melonjak 1,36 Persen, Rupiah Menguat Dekati Rp 16.000 Per Dollar AS

IHSG Ditutup Melonjak 1,36 Persen, Rupiah Menguat Dekati Rp 16.000 Per Dollar AS

Whats New
Amartha Promosikan Potensi UMKM Lewat The 2024 Asia Grassroots Forum

Amartha Promosikan Potensi UMKM Lewat The 2024 Asia Grassroots Forum

Whats New
Pengembangan Hub 'Carbon Capture and Storage', Pertamina Hulu Energi Gandeng ExxonMobil

Pengembangan Hub "Carbon Capture and Storage", Pertamina Hulu Energi Gandeng ExxonMobil

Whats New
SeaBank Indonesia Bukukan Laba Rp 52 Miliar di Kuartal I-2024

SeaBank Indonesia Bukukan Laba Rp 52 Miliar di Kuartal I-2024

Whats New
Bakal 'Buyback' Saham, Bos ADRO: Sebanyak-banyaknya Rp 4 Triliun

Bakal "Buyback" Saham, Bos ADRO: Sebanyak-banyaknya Rp 4 Triliun

Whats New
Luhut Dorong Maskapai Penerbangan Asing Beroperasi di Indonesia

Luhut Dorong Maskapai Penerbangan Asing Beroperasi di Indonesia

Whats New
Kementerian ESDM: 331 Perusahaan Industri Menghemat Energi pada 2023

Kementerian ESDM: 331 Perusahaan Industri Menghemat Energi pada 2023

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com