Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belanja Seperlunya

Kompas.com - 02/07/2012, 13:49 WIB

KOMPAS.com - David Lao, usahawan properti di Singapura, termangu-mangu ketika memandang suasana di trotoar Orchard Road, Singapura. Ratusan bahkan ribuan orang berlalu lalang. Dari ribuan orang itu, sebagian besar berjalan sambil berbahasa Indonesia. Suara mereka kerap terasa riuh, menyaingi deru mobil yang melesat di jantung Singapura itu. Tangan kanan mereka menenteng tas belanjaan.

”Bukan main negara dan rakyat Indonesia, kaya sekali,” ujar David, pekan lalu, berdecak kagum. Ia bercerita, ketika berkunjung ke Hongkong, Beijing, Shanghai, dan Tokyo, ia masih sering melihat orang Indonesia berlalu lalang di trotoar sentra belanja dengan tas belanjaan di tangan. Ia menandai warga Indonesia dengan sikap mereka yang tertib, sukanya mereka berjalan berkelompok, dan gaya mereka bercakap-cakap.

Tidak ada yang bisa melarang warga negara ini berbelanja di luar negeri, begitu pula tidak ada yang bisa melarang mereka ke luar negeri sepanjang mereka mendapat visa dan tidak sedang bermasalah dengan aparat hukum Indonesia. Warga berduit berhak membelanjakan duitnya. Kalaupun ada pesan di sini, ayo belanjalah seperlunya. Tidak perlu terlampau berlebihan, sampai harus menambah dua sampai tiga koper tambahan.

Masalahnya, mal di Indonesia, terutama Jakarta dan Surabaya, sudah sangat baik. Mal di Jakarta bahkan masuk kategori mal kelas dunia. Pengakuan atas kualitas dan pelayanan mal di Jakarta sudah kerap mendapat pujian dunia, bahkan memperoleh award kelas emas dan platinum.

Persoalan berikutnya, berbelanja di dalam negeri tidak saja membuat pemilik toko senang, tetapi aspek yang jauh lebih penting dari itu adalah pasar domestik menjadi lebih bergairah. Pasar akan lebih atraktif, kemiskinan terkoreksi.

Soal pasar domestik ini kini bergulir pula di China. Seiring dengan menurunnya ekspor China ke Eropa (akibat krisis euro) dan Amerika Serikat, negara raksasa ekonomi terbesar kedua di dunia itu merasa terpengaruh juga. Efisiensi dilakukan, dan ini dia, Pemerintah China mengajak warganya untuk bergiat ekstra keras di pasar domestik. Sebab, kalau seluruh rakyat benar-benar memanfaatkan pasar domestik, ekonomi China akan tetap survive. Harapan menjadi raksasa ekonomi nomor satu dunia menjadi terbuka lebih lebar.

Formula China sebetulnya sudah kita lakukan, terutama tahun 2004-2009. Pasar domestik digenjot dan rakyat diajak lebih suka membelanjakan uangnya di dalam negeri. Wajar kalau kita mengajak warga berduit untuk lebih menggelorakan pasar domestik. Saatnya bagi kita untuk lebih menyadari bahwa hampir semua barang yang dibutuhkan ada di Jakarta. (Abun Sanda)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com