Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asal Seimbang, Sumbang IMF

Kompas.com - 10/07/2012, 02:42 WIB

Seluruh segi kehidupan terikat oleh hukum keseimbangan. Hukum ini menghendaki pengelolaan energi yang seimbang agar energi itu dapat dipakai untuk mencapai prestasi maksimal. Energi yang terlalu besar atau terlalu kecil bisa membunuh sebuah entitas.

Begitu juga sumber daya keuangan yang dimiliki sebuah negara, sebagai salah satu asal energi dalam pembangunan nasional, perlu dimanfaatkan secara seimbang. Dalam konteks cadangan devisa yang dikelola Bank Indonesia (BI), pemakaian cadangan devisa yang terlalu boros dapat membahayakan daya tahan sektor keuangan nasional. Devisa juga semakin sulit didapat karena ekspor semakin sukar mendapatkan pembeli, dan berutang pun semakin mahal biayanya.

Atas dasar itu, wajar jika banyak orang mempertanyakan niat Indonesia menyumbang sekitar 1 miliar dollar AS dari cadangan devisanya, yang per 9 Juli 2012 ada di level 106 miliar dollar AS, kepada Dana Moneter Internasional (IMF). Penyebabnya, pertama, orang mafhum bahwa ini adalah IMF yang sama dengan IMF tahun 1997-1998 yang memberikan rekomendasi penyehatan perbankan berbiaya sekitar Rp 600 triliun.

Kedua, Indonesia juga sudah terikat dalam perjanjian pertukaran cadangan devisa dalam skema Inisiatif Chiang Mai yang Dimultilateralisasi (CMIM) dengan sembilan negara ASEAN plus China, Korea Selatan, dan Jepang. Nilai CMIM adalah 120 miliar dollar AS, bahkan akan digandakan menjadi 240 miliar dollar AS.

Dengan CMIM ini, Indonesia harus berkontribusi 4,7 miliar dollar AS yang akan diserahkan sewaktu-waktu jika ada anggota CMIM yang kekeringan dollar AS. Kontribusi itu bisa naik menjadi 9,5 miliar dollar AS jika nilai CMIM digandakan.

Ketiga, masih banyak kebutuhan dana di dalam negeri yang belum terpenuhi, terutama infrastruktur. Hal ini antara lain muncul dalam rapat dengar pendapat antara Komisi XI DPR dengan PT Sarana Multi Infrastruktur, Pusat Investasi Pemerintah, dan Pusat Pembiayaan Perumahan di Jakarta.

Dua dari ketiga lembaga itu berharap mendapatkan tambahan dana agar dapat melanjutkan ekspansi pengembangan infrastruktur. Sarana Multi Infrastruktur meminta Rp 2 triliun dan Pusat Pembiayaan Perumahan Rp 4,5 triliun. Namun, mereka harus melalui proses politik panjang untuk mendapatkan dana tersebut.

”Sementara untuk menyumbang IMF yang setara Rp 9 triliun, pemerintah mudah saja menyetujuinya. Ini untuk ketiga lembaga pengembang infrastruktur tidak sampai Rp 9 triliun, tetapi sulit,” demikian protes anggota Komisi XI DPR, Dolfie Ofp.

Fenomena ini membutuhkan perenungan mendalam, terutama karena protes Dolfie bisa diartikan ada gangguan atas berlakunya hukum keseimbangan dalam pengelolaan sumber daya keuangan Indonesia. Namun, Menteri Keuangan Agus Darmawan Wintarto Martowardojo mengantongi dua alasan mengapa Indonesia ikut meminjami IMF.

Alasan pertama, Indonesia diminta untuk berkontribusi memperkuat IMF adalah karena negara ini sudah termasuk dalam kelompok 20 negara terhormat sejagat secara ekonomi, yakni G-20. Alasan kedua, cadangan devisa yang dipinjamkan tidak serta-merta dialihkan kepada IMF. Itu hanya dialirkan jika krisis ekonomi, yang kini bersumber di Eropa (kawasan pemegang jatah posisi direktur pelaksana IMF) memburuk, persis sama dengan syarat CMIM.

Pertanyaannya, bagaimana jika perekonomian Eropa memburuk dan berdampak pada terkurasnya cadangan devisa di beberapa negara di Asia Tenggara? Itu berarti, kesepakatan CMIM akan dieksekusi dengan skenario terburuk menguras 4,7 miliar dollar AS cadangan devisa di BI.

Lalu, jika anggota IMF lain terpuruk, komitmen pinjaman 1 miliar dollar AS pun akan dilaksanakan. Belum lagi jika rupiah semakin terpuruk karena kebutuhan pembayaran impor atau utang, maka cadangan valuta asing di pasar domestik akan terkuras. BI dan pemerintah sudah pasti memiliki cara untuk mencegah pemburukan ekstrem itu. Namun, soal aliran dana yang mudah untuk proyek infrastruktur masih butuh kerja keras. (ORIN BASUKI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bantuan Pangan Tahap 2, Bulog Mulai Salurkan Beras 10 Kg ke 269.000 KPM

Bantuan Pangan Tahap 2, Bulog Mulai Salurkan Beras 10 Kg ke 269.000 KPM

Whats New
Menperin: PMI Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif Selama 32 Bulan Berturut-turut

Menperin: PMI Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif Selama 32 Bulan Berturut-turut

Whats New
Imbas Erupsi Gunung Ruang: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup, 6 Bandara Sudah Beroperasi Normal

Imbas Erupsi Gunung Ruang: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup, 6 Bandara Sudah Beroperasi Normal

Whats New
Jumlah Penumpang LRT Jabodebek Terus Meningkat Sepanjang 2024

Jumlah Penumpang LRT Jabodebek Terus Meningkat Sepanjang 2024

Whats New
Hingga Maret 2024, BCA Syariah Salurkan Pembiayaan ke UMKM Sebesar Rp 1,9 Triliun

Hingga Maret 2024, BCA Syariah Salurkan Pembiayaan ke UMKM Sebesar Rp 1,9 Triliun

Whats New
Antisipasi El Nino, Mentan Amran Dorong Produksi Padi NTB Lewat Pompanisasi

Antisipasi El Nino, Mentan Amran Dorong Produksi Padi NTB Lewat Pompanisasi

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru pada Jumat 3 Mei 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru pada Jumat 3 Mei 2024

Spend Smart
Keberatan Penetapan Besaran Bea Masuk Barang Impor, Begini Cara Ajukan Keberatan ke Bea Cukai

Keberatan Penetapan Besaran Bea Masuk Barang Impor, Begini Cara Ajukan Keberatan ke Bea Cukai

Whats New
Ada Penyesuaian, Harga Tiket Kereta Go Show Naik per 1 Mei

Ada Penyesuaian, Harga Tiket Kereta Go Show Naik per 1 Mei

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

Whats New
Melirik Potensi Bisnis Refraktori di Tengah Banjir Material Impor

Melirik Potensi Bisnis Refraktori di Tengah Banjir Material Impor

Whats New
IHSG Bergerak Tipis di Awal Sesi, Rupiah Bangkit

IHSG Bergerak Tipis di Awal Sesi, Rupiah Bangkit

Whats New
Harga Emas Terbaru 3 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 3 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Pertamina Geothermal Kantongi Laba Bersih Rp 759,84 Miliar per Kuartal I-2024

Pertamina Geothermal Kantongi Laba Bersih Rp 759,84 Miliar per Kuartal I-2024

Whats New
Ekspansi Pabrik Terealisasi, Emiten Alat Kesehatan OMED Catat Laba Bersih Rp 63,5 Miliar per Kuartal I-2024

Ekspansi Pabrik Terealisasi, Emiten Alat Kesehatan OMED Catat Laba Bersih Rp 63,5 Miliar per Kuartal I-2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com