Jakarta, Kompas
Pembelian surat berharga IMF oleh Bank Indonesia (BI) tersebut mengemuka dalam pertemuan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde, Selasa (10/7), di Kantor Presiden, Jakarta.
Gubernur BI Darmin Nasution, yang turut dalam pertemuan itu, menjelaskan, dengan pembelian tersebut, bukan berarti uang yang dipinjamkan habis. ”Kita tetap memegang nilai itu dalam bentuk surat berharga dan itu tetap berlaku sebagai cadangan devisa kita. Jadi, bukannya kita pinjamkan uang, lalu habis,” kata Darmin.
Berkaitan dengan pembelian surat berharga IMF tersebut, menurut Lagarde, IMF bukan dalam posisi mengajukan permintaan kepada Indonesia. Pembelian surat berharga IMF menjadi komitmen kepala pemerintahan G-20 dalam Konferensi Tingkat Tinggi G-20 di Los Cabos, Meksiko, 18-19 Juni 2012. Para kepala pemerintahan itu berkomitmen untuk berkontribusi mengatasi krisis global. Komitmen tersebut harus dibawa ke negeri masing-masing dan diputuskan.
”Saya hanya ingin menginformasikan, mengingatkan, kontribusi sukarela dari banyak negara itu bukanlah hadiah atau hibah. Itu akan terus menjadi cadangan negara-negara yang berkontribusi. Dana itu tidak dialokasikan untuk daerah tertentu di dunia. Ini bukan disediakan hanya untuk Eropa,” kata Lagarde.
Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, seusai mendampingi Presiden dalam pertemuan tersebut, menyatakan, ”Presiden menyampaikan, Indonesia tetap memberikan kontribusi pada perekonomian global serta memberikan dorongan dalam forum ASEAN dan G-20 agar tetap memberikan kontribusi pada perekonomian global.”