Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tidak Ada Aturan, Gaji Bankir Bisa Miliaran

Kompas.com - 20/07/2012, 09:16 WIB
Didik Purwanto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Bank Indonesia (BI) dinilai tidak berhak mengatur jumlah remunerasi dan gaji para direksi dan bankir. Hal itu disebabkan tidak ada aturan dari BI agar bank melakukan standardisasi gaji para direksi dan bankir ini.

Wakil Ketua Komisi XI dari Fraksi Partai Golkar Harry Azhar Azis menjelaskan, perbankan di Indonesia saat ini menganut pasar bebas sehingga bebas mengatur keuangan, khususnya gaji maupun remunerasi direksi dan bankir. "BI sampai saat ini tidak bisa mengatur gaji dan remunerasi bankir karena tidak ada regulasi yang mengaturnya. Yang bisa dilakukan BI cuma imbauan," kata Harry kepada Kompas.com di Jakarta, Jumat (20/7/2012).

Dengan sistem pasar bebas dan ketiadaan regulasi untuk mengatur remunerasi dan gaji bankir, maka perbankan akan dengan bebas mengatur gaji karyawannya, termasuk direksi dan bawahannya. Bahkan, jika sanggup, perbankan tersebut bisa menggaji direksinya hingga miliaran rupiah.

Masalahnya, saat perbankan mengalami masalah dan tidak bisa membayar gaji karyawan maupun direksinya, maka negara juga tidak bisa menanggung biaya tersebut. Sehingga muncul wacana untuk efisiensi biaya dalam mengantisipasi krisis yang bisa terjadi sewaktu-waktu. "Ini yang di luar jangkauan negara. Bank harus menyiapkan segala keuangannya secara mandiri. Sehingga saat ada masalah, bank tersebut tidak bisa meminta jaminan negara," jelasnya.

Sekadar catatan, BI merilis hasil studi tentang perbandingan biaya remunerasi dan gaji direksi maupun karyawan perbankan di empat negara, yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Thailand. Studi dilakukan pada empat bank besar di masing-masing negara. Hasilnya, kontribusi gaji terhadap biaya overhead perbankan mencapai 2,44 persen (Indonesia), 1,81 persen (Filipina), 1,74 persen (Malaysia), 1,34 persen (Thailand).

Sementara gaji karyawan di perbankan mencapai Rp 93 juta per tahun (Filipina), Rp 194 juta per tahun (Indonesia), Rp 236 juta per tahun (Malaysia), dan Rp 300 juta per tahun (Thailand). Di sisi lain, remunerasi direksi perbankan mencapai Rp 2 miliar per tahun (Thailand), Rp 5,6 miliar per tahun (Malaysia), dan Indonesia mencapai Rp 12 miliar per tahun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    BSI Luncurkan Sukuk Berkelanjutan, Simak Imbal Hasil yang Ditawarkan

    BSI Luncurkan Sukuk Berkelanjutan, Simak Imbal Hasil yang Ditawarkan

    Whats New
    InJourney Group Dukung Kelancaran Ibadah Waisak

    InJourney Group Dukung Kelancaran Ibadah Waisak

    Whats New
    Serba Canggih, Luhut Takjub Lihat Kapal OceanXplorer

    Serba Canggih, Luhut Takjub Lihat Kapal OceanXplorer

    Whats New
    BRI Beri Apresiasi untuk AgenBRILink Terbaik

    BRI Beri Apresiasi untuk AgenBRILink Terbaik

    Whats New
    Honda Prospect Motor Buka Lowongan Kerja hingga 7 Juni 2024, Simak Persyaratannya

    Honda Prospect Motor Buka Lowongan Kerja hingga 7 Juni 2024, Simak Persyaratannya

    Work Smart
    Bos Garuda Beberkan Kronologi Pesawat Terbakar di Makassar

    Bos Garuda Beberkan Kronologi Pesawat Terbakar di Makassar

    Whats New
    Jokowi Turun Tangan Atasi Masalah Bea Cukai, Stafsus Sri Mulyani: Kami Sangat Bersyukur...

    Jokowi Turun Tangan Atasi Masalah Bea Cukai, Stafsus Sri Mulyani: Kami Sangat Bersyukur...

    Whats New
    PT Inerman Gandeng Shanghai Electric Bangun PLTS Terapung di Cilamaya, Siapkan Investasi Rp 20,89 Triliun

    PT Inerman Gandeng Shanghai Electric Bangun PLTS Terapung di Cilamaya, Siapkan Investasi Rp 20,89 Triliun

    Whats New
    Dorong Produksi Nasional, Jatim Siap Genjot Indeks Pertanaman Padi 

    Dorong Produksi Nasional, Jatim Siap Genjot Indeks Pertanaman Padi 

    Whats New
    Kata Dirut Garuda soal Api di Mesin yang Sebabkan Penerbangan Haji Kloter 5 Makassar Balik ke Bandara Sultan Hasanuddin

    Kata Dirut Garuda soal Api di Mesin yang Sebabkan Penerbangan Haji Kloter 5 Makassar Balik ke Bandara Sultan Hasanuddin

    Whats New
    Petrokimia Gresik dan Pupuk Indonesia Tingkatkan Produktivitas Padi di Timor Leste

    Petrokimia Gresik dan Pupuk Indonesia Tingkatkan Produktivitas Padi di Timor Leste

    Whats New
    PPN 12 Persen: Siapkah Perekonomian Indonesia?

    PPN 12 Persen: Siapkah Perekonomian Indonesia?

    Whats New
    KKP Ingin RI Jadi Pemenang Budidaya Lobster dalam 30 Tahun Mendatang

    KKP Ingin RI Jadi Pemenang Budidaya Lobster dalam 30 Tahun Mendatang

    Whats New
    IHSG Ditutup Melonjak 1,36 Persen, Rupiah Menguat Dekati Rp 16.000 Per Dollar AS

    IHSG Ditutup Melonjak 1,36 Persen, Rupiah Menguat Dekati Rp 16.000 Per Dollar AS

    Whats New
    Amartha Promosikan Potensi UMKM Lewat The 2024 Asia Grassroots Forum

    Amartha Promosikan Potensi UMKM Lewat The 2024 Asia Grassroots Forum

    Whats New
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com