JAKARTA, KOMPAS.com - Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan, Gunaryo berpendapat bahwa sistem stok penyangga untuk keledai mungkin untuk diterapkan, tetapi biayanya cukup besar. "Mungkin tapi (ada) konsekuensi biaya," sebut Gunaryo, di Kementerian Perdagangan, Kamis (2/8/2012).
Dijelaskan dia, pengeluaran Pemerintah untuk beberapa subsidi sudah cukup besar. Diantaranya ada subsidi bahan bakar minyak yang sekitar Rp 130 triliun, subsidi pupuk sekitar Rp 17 triliun, dan alokasi dana untuk raskin sekitar Rp 1-2 triliun.
Jadi, kata Gunaryo, bila ditambah adanya sistem stok penyangga maka anggaran negara kian besar. Pembentukan sistem penyangga pun tidak bisa dilakukan dalam waktu yang cepat. "Itu tidak bisa dalam waktu yang pendek," sambung dia.
Langkah yang paling realistis untuk dilakukan adalah menurunkan bea masuk impor kedelai. Hal ini pun telah dilakukan. "Kedua, Bulog harus bertindak segera, nggak boleh menunggu. Paling tidak dia mampu membeli sejumlah ini untuk kebutuhan sekian ke depan. Ini bisa bekerja bersama dengan gabungan koperasi (seperti) Kopti," tandasnya.
Sebelumnya Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Tadjuddin Noer Said menyebutkan, Pemerintah perlu menerapkan sistem stok penyangga bagi kedelai. Ini diperlukan untuk mengantisipasi dan meminimalkan gejolak harga kedelai di masa yang akan datang.
"Jadi dalam pengertian buffer stock (stok penyangga) yang kita inginkan di sini tentu adalah mekanisme yang bisa menjaga ketersediaan daripada kebutuhan rakyat dengan kemampuan beli rakyat itu sendiri," sebut Tadjuddin, di Kantor KPPU, Jakarta, Senin (30/7/2012).
Sistem stok penyangga ini harus dikontrol penuh oleh Pemerintah. KPPU yakin bahwa Pemerintah secara teknis memiliki kemampuan untuk memperkirakan terjadinya penurunan pasokan kedelai di pasar dunia seperti yang terjadi saat ini. Mengingat jangka waktu proses pemesanan dan pengiriman kedelai rata-rata memakan waktu sampai tiga bulan, maka proyeksi setidaknya dapat dijadikan dasar bagi lembaga stok penyangga untuk mulai melakukan penyediaan kedelai.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.