Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tingkatkan Produksi Kedelai

Kompas.com - 07/08/2012, 02:53 WIB

Jakarta, Kompas - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan, produksi kedelai nasional sebanyak 800.000 ton per tahun, tetapi kebutuhan akan kedelai mencapai 2,5 juta ton per tahun. Oleh karena itu, produksi harus ditingkatkan, termasuk bagaimana memenuhi kebutuhan lahan, siapa yang menggarap, dan perlu jaminan harga.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melihat ada kesenjangan antara produksi kedelai dengan kebutuhan. Oleh karena itu, produksi kedelai harus ditingkatkan, tetapi harga yang diterima petani juga harus layak. ”Harus ada kebijakan baru untuk menjamin harga, termasuk dengan merevitalisasi Perum Bulog,” kata Presiden Yudhoyono dalam rapat di Kementerian Pertanian di Jakarta, Senin (6/8).

Di lapangan, harga kedelai sejak sepuluh tahun terakhir tidak pernah beranjak naik, bahkan melorot dibandingkan komoditas lain. Bambang Supriyono, Bendahara Gabungan Kelompok Tani di Desa Sukorejo, Kecamatan Bangsalsari, Jember, Jawa Timur, mengungkapkan, tahun 1987-1996 harga 1 kilogram kedelai sama dengan 2 kilogram beras. Sekarang menjadi terbalik, 1 kilogram kedelai tidak cukup untuk membeli 1 kilogram beras. Akibatnya, petani menjadi tidak tertarik menanam kedelai karena tidak menguntungkan.

Setiap tahun petani anggota Gabungan Kelompok Tani Suka Damai di Desa Sukorejo menanam kedelai di lahan seluas 664 hektar dengan produksi sekitar 1,7 ton – 2 ton per hektar. Untuk seluruh Kecamatan Bangsalsari, lahan yang ditanami kedelai seluas 4.500 hektar. ”Problemnya karena ketersediaan air untuk irigasi sangat terbatas sehingga pola tanam di Kecamatan Bangsalsari padi-padi-kedelai,” kata Bambang.

Sayangnya, harga kedelai yang diterima petani tidak pernah baik. Pada panen raya harga kedelai Rp 4.900 per kilogram – Rp 5.000 per-kilogram. Akibatnya, petani banyak yang tidak tertarik untuk mengembangkan lahan pertanian kedelai.

Padahal, bercocok tanam kedelai merupakan pekerjaan pertanian paling mudah dibandingkan dengan komoditas lain. Biaya produksi yang harus dikeluarkan tidak sebanyak tanaman padi atau jagung, paling sekitar Rp 2 juta. ”Ini untuk membeli 1 kuintal pupuk NPK, 0,5 kuintal urea, 1 kuintal pupuk SP 36, dan pestisida,” kata Bambang.

Jadi kebun jeruk

Masalah di Banyuwangi, Jawa Timur, lain lagi. Lahan potensial untuk penanaman kedelai seluas 7.000 hektar di Banyuwangi berubah menjadi kebun jeruk. Tidak pastinya harga kedelai menjadi alasan utama petani tak lagi menanam kedelai.

Lahan kedelai yang kini sudah berubah menjadi kebun jeruk banyak didapati di daerah Purwoharjo, Bangorejo, Gambiran, Tegaldlimo, dan Siliragung di daerah Banyuwangi selatan. Kawasan itu sebelumnya adalah lahan subur bagi pertanian kedelai. Dalam 1 hektar lahan, jumlah kedelai yang dipanen bisa mencapai 2 ton, atau melebihi rata-rata tanam di daerah lain yang hanya 1,7 ton - 1,8 ton per hektar.

Supangat (56), petani di Tegaldlimo, Kabupaten Banyuwangi, misalnya, memilih menyewakan lahannya seluas 1 hektar untuk kebun jeruk dibandingkan dengan menanam kedelai.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com