Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Swasembada Kedelai 2,7 Juta Ton Sulit Dicapai

Kompas.com - 07/08/2012, 22:38 WIB
Dimasyq Ozal

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Deputi Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi Listyani Wijayanti mengungkapkan, selama dekade terakhir ini harapan kemandirian atau swasembada kedelai belum dapat dicapai.

Produksi kedelai dalam negeri masih terbatas. impor pun masih menjadi jalan terbaik untuk memenuhi kebutuhan kedelai domestik.

 

"Target program swasembada 2014; 2,7 juta ton kedelai tapi itu masih sangat susah bila melihat produktivitas kedelai pada 2011 silam. Apalagi menurun dari produktivitas pada 2010 sebelumnya," ujarnya pada diskusi di gedung BPPT, Jakarta, Selasa (7/8/2012).

 

Menurutnya, masih banyak pekerjaan rumah yang dilakukan bila memang swasembada kedelai tersebut menjadi suatu hal yang optimis dapat tercapai.

"Perlu adanya sinergi nasional untuk mencapai titik kemandirian nasional. Selain itu, perlu adanya komitmen dan dukungan academic, business, dan government," ungkapnya.

 

Sementara itu, anggota Pusat Koperasi Tahu dan Tempe Indonesia (Puskopti) Jakarta Selatan, Ahmad mengatakan, pemerintah pernah menjanjikan swasembada serupa pada 2008 silam. Namun jelang tiga tahun setelahnya, swasembada kedelai pun tidak tercapai. Malah produktivitas kedelai pada 2011 menurun bila dibandingkan tahun sebelumnya.

 

"Nah, tapi sekarang pemerintah malah berjanji lagi untuk 2014 nanti. Seharusnya pemerintah dapat bersungguh-sungguh bila ingin menepati janjinya untuk swasembada kedelai," kata Ahmad.

 

Menanggapi gagalnya swasembada yang dicanangkan pemerintah pada 2008 tersebut, Direktur Aneka Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian Kementerian Pertanian, Maman Suparman menjelaskan, pada waktu itu dari segi pembiayaan, pemerintah masih fokus pada subsidi Bahan Bakar Minyak. Sementara alokasi daa dan perhatian terhadap pangan dirasa kurang.

 

Selain itu, tingginya impor kedelai disebabkan kalahnya adaya saing kedelai lokal dalam hal harga, kualitas, maupun kuantitasnya bila dibandingkan dengan impor. Petani pun, menurutnya lebih suka gunakan lahannya untuk menanam padi dan jagung yang punya nilai jual lebih tinggi dibandingkan kedelai.

 

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com