Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertumbuhan Ekonomi Kurang Berkualitas

Kompas.com - 08/08/2012, 07:36 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pertumbuhan ekonomi yang mencapai 6,4 persen pada triwulan II-2012 lebih banyak dinikmati kalangan kelas menengah. Hal itu karena pertumbuhan ekonomi yang kurang berkualitas.

Guru Besar Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah Mada Mudrajad Kuncoro menyatakan, pertumbuhan ekonomi meningkat dan pendapatan per kapita mencapai 3.540 dollar Amerika Serikat per tahun.

Namun, indikasi ketimpangan terlihat sebagai hasil proses pembangunan nasional saat ini. Hal itu diukur dengan ketimpangan distribusi pendapatan yang semakin lebar sebagaimana tecermin dari koefisien gini, yakni meningkat dari 0,33 tahun 2002 menjadi 0,41 tahun 2011.

”Ironisnya, penurunan kue nasional yang dinikmati kelompok 40 persen penduduk termiskin justru diikuti oleh kenaikan kue nasional yang dinikmati oleh 20 persen kelompok terkaya,” kata Mudrajad saat dihubungi di Jakarta, Selasa (7/8/2012).

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi melihat pertumbuhan itu hanya dinikmati oleh kelas menengah ke atas, sedangkan masyarakat kelas bawah yang tergerus berbagai hambatan hanya berupaya bisa bertahan.

”Kalaupun untung, kelas bawah itu keuntungannya semakin tipis karena mereka harus merasakan tingginya harga bahan baku dan harus berhadapan dengan bunga kredit perbankan yang tinggi,” kata Sofjan.

Ia memastikan pertumbuhan yang saat ini dicapai dipicu oleh kenaikan pola konsumsi masyarakat dalam menghadapi puasa dan perayaan Idul Fitri. Soal investasi yang meningkat, menurut Sofjan, bukanlah merupakan hal baru.

Dikatakan, investasi yang saat ini terlihat gencar dilakukan, terutama oleh investor asing, merupakan proses yang sudah berlangsung dua tahun lalu. Bukan kecepatan proses investasi yang baru-baru ini diajukan, seperti investasi Foxconn dari Taiwan yang masih berkutat pada pencarian lahan industri.

Tidak banyak perubahan

Kalangan nelayan dan serikat buruh mengakui tidak banyak merasakan dampak dari pertumbuhan ekonomi triwulan II yang signifikan.

Cornelius Mahuze (32), nelayan tradisional warga suku Marind Kampung Mbuti, Distrik Merauke, Kabupaten Merauke, Papua, mengaku kehidupannya selama ini tidak mengarah lebih baik. ”Ya, begini-begini saja, hanya bisa jaring udang. Tidak punya perahu, tidak ada modal,” ujarnya, Selasa.

Cornelius sehari-hari bekerja menjaring udang di pinggir laut di Pantai Mbuti. Bila sedang musim udang, ia bisa mendapat 10-20 kilogram per hari. Udang dijual Rp 15.000 per kg. Bila bukan sedang musim udang, ia hanya bisa mendapat 1-2 kg dalam sehari. ”Kalau musim panas atau musim ombak besar, tidak ada penghasilan,” ujarnya.

Laurensius Mahuze (50), nelayan tradisional lainnya, warga Kampung Mbuti, juga hanya bisa mengandalkan menjaring udang di pinggir laut karena tidak memiliki perahu motor untuk menangkap ikan hingga ke tengah laut. Penghasilannya bergantung pada musim tangkap udang.

”Kalau tidak musim udang, saya hanya menjual kelapa muda Rp 5.000 per buah,” katanya.

Sementara menurut aktivis buruh di Surabaya, Jawa Timur, Jamaluddin, pertumbuhan ekonomi belum mampu menyejahterakan buruh dan hanya memberikan keuntungan bagi pelaku usaha. Hal itu tecermin dari bertambahnya pekerja dengan status alih daya sehingga kewajiban pemilik perusahaan, seperti memberikan hak pensiun, tunjangan kesehatan, dan biaya sekolah anak, justru nihil.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    KKP Gandeng Kejagung untuk Kawal Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster

    KKP Gandeng Kejagung untuk Kawal Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster

    Whats New
    Pengusaha Harap Putusan MK soal Pilpres Dapat Ciptakan Iklim Investasi Stabil

    Pengusaha Harap Putusan MK soal Pilpres Dapat Ciptakan Iklim Investasi Stabil

    Whats New
    IHSG dan Rupiah Kompak Menguat di Akhir Sesi 23 April 2024

    IHSG dan Rupiah Kompak Menguat di Akhir Sesi 23 April 2024

    Whats New
    Rupiah Diramal Bisa Kembali Menguat di Bawah Rp 16.000 Tahun Ini

    Rupiah Diramal Bisa Kembali Menguat di Bawah Rp 16.000 Tahun Ini

    Whats New
    Bagaimana Prospek IPO di Indonesia Tahun Ini Usai Pemilu?

    Bagaimana Prospek IPO di Indonesia Tahun Ini Usai Pemilu?

    Whats New
    Harga Makanan Global Diperkirakan Turun, Konsumen Bakal Lega

    Harga Makanan Global Diperkirakan Turun, Konsumen Bakal Lega

    Whats New
    Laba Bersih Astra Agro Lestari Turun 38,8 Persen, Soroti Dampak El Nino

    Laba Bersih Astra Agro Lestari Turun 38,8 Persen, Soroti Dampak El Nino

    Whats New
    Naik, Pemerintah Tetapkan Harga Acuan Batu Bara hingga Emas April 2024

    Naik, Pemerintah Tetapkan Harga Acuan Batu Bara hingga Emas April 2024

    Whats New
    Alasan Mandala Finance Tak Bagi Dividen untuk Tahun Buku 2023

    Alasan Mandala Finance Tak Bagi Dividen untuk Tahun Buku 2023

    Whats New
    Efek Panjang Pandemi, Laba Bersih Mandala Finance Turun 35,78 Persen

    Efek Panjang Pandemi, Laba Bersih Mandala Finance Turun 35,78 Persen

    Whats New
    Heboh soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

    Heboh soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

    Whats New
    KB Bank Targetkan Penyelesaian Perbaikan Kualitas Aset Tahun Ini

    KB Bank Targetkan Penyelesaian Perbaikan Kualitas Aset Tahun Ini

    Whats New
    Astra Agro Lestari Sepakati Pembagian Dividen Rp 165 Per Saham

    Astra Agro Lestari Sepakati Pembagian Dividen Rp 165 Per Saham

    Whats New
    Ditopang Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Diprediksi Semakin Moncer

    Ditopang Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Diprediksi Semakin Moncer

    Whats New
    Survei: 69 Persen Perusahaan Indonesia Tak Rekrut Pegawai Baru untuk Hindari PHK

    Survei: 69 Persen Perusahaan Indonesia Tak Rekrut Pegawai Baru untuk Hindari PHK

    Work Smart
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com