Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonomi RI Sudah Lebih Baik, Tapi Perlu Ditingkatkan Kualitasnya

Kompas.com - 08/08/2012, 10:47 WIB
Ester Meryana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Ekonom BNI Ryan Kiryanto berpendapat kualitas pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah lebih baik dari sebelumnya. Ia mengatakan hal itu berdasarkan sejumlah indikator. "Sudah lebih baik dari sebelumnya, tapi tetap harus ditingkatkan kualitasnya agar indikator-indikator yang disebutkan tadi terus membaik," sebut Ryan kepada Kompas.com, Rabu (8/8/2012).

Ia menjelaskan ada sejumlah indikator untuk melihat apakah pertumbuhan ekonomi Indonesia berkualitas atau tidak. Pertama, angka pengangguran berkurang. Kedua, pertumbuhan ekonomi mengurangi angka kemiskinan. Ketiga, indeks kepuasan masyarakat naik. Keempat, tingkat kriminalitas menurun. Kelima, tingkat gejolak sosial dan politik mereda.

"Keenam, tidak ada unjuk rasa anarkis menuntut kenaikan upah atau meminta pekerjaan," sambung Ryan.

Ketujuh, angka kematian ibu dan balita berkurang. Kedelapan, tingkat melek huruf membaik. Terakhir adalah kualitas pendidikan dan civitas akademisnya baik.

Terhadap sembilan indikator itu, ia pun menyimpulkan bahwa kualitas pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah lebih baik. Tetapi, kualitas pertumbuhan ekonomi masih perlu ditingkatkan. Dengan begitu, sembilan indikator tersebut bisa terus membaik.

Cara meningkatkan kualitas, kata Ryan, yakni seluruh petinggi pemerintah dari pusat hingga daerah harus lebih solid dan kompak. Sektor perekonomian yang tradeable, seperti sektor pertanian, pengolahan, dan infrastruktur, yang padat karya harus terus dikembangkan. "Jangan sektor non-tradeable yang padat modal saja," tuturnya.

"Dengan demikian yang menikmati dampak pertumbuhan ekonomi sebanyak-banyaknya rakyat Indonesia," tandas Ryan.

Badan Pusat Statistik, di Jakarta, Senin (6/8/2012), melaporkan ekonomi pada triwulan II 2012 tumbuh 6,4 persen dari periode yang sama tahun lalu. Dibandingkan triwulan I 2012, ekonomi nasional tumbuh 2,8 persen.

Lalu sejumlah pengamat dan pengusaha berpandangan pertumbuhan ekonomi yang mencapai 6,4 persen itu lebih banyak dinikmati kalangan kelas menengah. Hal itu karena pertumbuhan ekonomi yang kurang berkualitas.

Guru Besar Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah Mada Mudrajad Kuncoro menyatakan, pertumbuhan ekonomi meningkat dan pendapatan per kapita mencapai 3.540 dollar Amerika Serikat per tahun. Namun, indikasi ketimpangan terlihat sebagai hasil proses pembangunan nasional saat ini. Hal itu diukur dengan ketimpangan distribusi pendapatan yang semakin lebar sebagaimana tecermin dari koefisien gini, yakni meningkat dari 0,33 tahun 2002 menjadi 0,41 tahun 2011. "

Ironisnya, penurunan kue nasional yang dinikmati kelompok 40 persen penduduk termiskin justru diikuti oleh kenaikan kue nasional yang dinikmati oleh 20 persen kelompok terkaya," kata Mudrajad saat dihubungi Kompas di Jakarta, Selasa (7/8/2012).

Pengamat ekonomi dari Universitas Airlangga, Surabaya, Subagyo, menilai, hasil dari semua itu justru dinikmati oleh investor asing yang sudah menguasai kepemilikan saham di hampir semua sektor usaha. "Pertumbuhan ekonomi tidak berdampak langsung pada orang-orang kecil, tetapi justru para pemilik modal," ujarnya.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi melihat pertumbuhan itu hanya dinikmati oleh kelas menengah ke atas, sedangkan masyarakat kelas bawah yang tergerus berbagai hambatan hanya berupaya bisa bertahan. "Kalaupun untung, kelas bawah itu keuntungannya semakin tipis karena mereka harus merasakan tingginya harga bahan baku dan harus berhadapan dengan bunga kredit perbankan yang tinggi," kata Sofjan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com