Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemanfaatan Tanaman Hutan Berkhasiat Obat Masih Minim

Kompas.com - 04/09/2012, 06:32 WIB

BANJARMASIN, KOMPAS - Pemanfaatan tanaman hutan berkhasiat obat untuk industri jamu di Kalimantan Selatan masih rendah. Dari ribuan jenis tanaman yang diperkirakan berkhasiat obat, baru sebagian yang dimanfaatkan.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Kalsel Suryatinah dan Kepala Dinas Kesehatan Kalsel Rosihan Adhani, dalam kesempatan terpisah, di Banjarmasin, mengatakan, masih banyak tanaman obat yang belum tereksploitasi.

Menurut Suryatinah, Senin (3/9), tanaman obat yang sudah dimanfaatkan menjadi jamu baru beberapa, seperti pasak bumi untuk kesehatan dan vitalitas pria, tabat barito untuk kesehatan dan vitalitas perempuan, serta rumput fatima untuk kesuburan dan kesehatan.

Tanaman lain baru sebatas dimanfaatkan sebagai unsur pemelihara kesehatan oleh masyarakat pedalaman. ”Sejauh ini, manfaat tanaman sudah diketahui masyarakat. Namun, jika hendak dikembangkan, perlu penelitian lebih mendalam,” kata Suryatinah di sela-sela pemaparan hasil kajian etnobotani dalam rangka persiapan pembuatan Kebun Raya Kalsel.

Hasil penelitian

Balitbangda baru saja melakukan penelitian. Hasilnya, terdapat 177 jenis tanaman obat yang diperoleh di tujuh dari 13 kabupaten/kota di Kalsel. Hasil eksplorasi itu masih harus dipilah lagi yang sejenis.

Tanaman yang sudah diteliti antara lain nyenyiuran yang dipercaya masyarakat pedalaman sebagai obat kanker, uduk-uduk atau karang munting sebagai obat gangguan hati, gagali sebagai obat diare, dan rumput lelancang untuk merawat kesehatan perempuan pasca-persalinan.

Selain pemanfaatan tanaman obat masih rendah, menurut Rosihan, ada kecenderungan pabrik jamu di Kalsel makin berkurang. Dari catatan Dinas Kesehatan, 10 tahun lalu masih terdapat 26 pabrik jamu, saat ini tinggal tujuh pabrik.

Rosihan menduga masuknya jamu dari luar menjadi penyebab kalah bersaingnya pabrik jamu lokal. ”Tuntutan konsumen semakin tinggi. Masyarakat mencari produk yang sudah melalui pengujian dan terjamin kualitasnya. Ini menjadi tantangan bagi produsen lokal,” ujarnya.

Menurut dia, pihaknya akan membuat sentra pengembangan dan pengobatan tradisional (SPPT). Melalui SPPT akan diteliti tanaman yang memiliki khasiat obat dari sejumlah daerah di Kalsel. Setelah itu, baru dicarikan industri jamu dan dibantu pemasarannya.

”Kami akan mendukung dari segi kualitas dan higienitas. Kami sekarang sedang merintis integrasi pelayanan kesehatan modern dengan obat herbal. Ada rumah sakit yang melayani pasien dengan obat modern dan herbal,” katanya. (WER)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Impor Bahan Baku Tepung Kini Cukup dengan Dokumen Laporan Surveyor

    Impor Bahan Baku Tepung Kini Cukup dengan Dokumen Laporan Surveyor

    Whats New
    BUAH Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

    BUAH Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

    Whats New
    Kementerian ESDM Tetapkan Harga Biodiesel Naik Jadi Rp 12.453 Per Liter

    Kementerian ESDM Tetapkan Harga Biodiesel Naik Jadi Rp 12.453 Per Liter

    Whats New
    Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup Sampai Hari Ini

    Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup Sampai Hari Ini

    Whats New
    Turun, Inflasi April 2024 Capai 3 Persen

    Turun, Inflasi April 2024 Capai 3 Persen

    Whats New
    Harga Tiket Kereta Api 'Go Show' Naik Mulai 1 Mei

    Harga Tiket Kereta Api "Go Show" Naik Mulai 1 Mei

    Whats New
    SMGR Kantongi Laba Bersih Rp 471,8 Miliar pada Kuartal I-2024 di Tengah Kontraksi Permintaan Semen Domestik

    SMGR Kantongi Laba Bersih Rp 471,8 Miliar pada Kuartal I-2024 di Tengah Kontraksi Permintaan Semen Domestik

    Whats New
    Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di Bank Mandiri hingga BRI

    Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di Bank Mandiri hingga BRI

    Whats New
    Kasbon Digital Dinilai Bisa Jadi Solusi agar Karyawan Terhindar dari Pinjol

    Kasbon Digital Dinilai Bisa Jadi Solusi agar Karyawan Terhindar dari Pinjol

    Whats New
    Pendapatan Usaha Garuda Indonesia Tumbuh 18 Persen di Kuartal I-2024

    Pendapatan Usaha Garuda Indonesia Tumbuh 18 Persen di Kuartal I-2024

    Whats New
    Kuartal I-2024, Emiten Sawit Sumber Tani Agung Resources Cetak Pertumbuhan Laba Bersih 43,8 Persen

    Kuartal I-2024, Emiten Sawit Sumber Tani Agung Resources Cetak Pertumbuhan Laba Bersih 43,8 Persen

    Whats New
    Pendaftaran CASN 2024, Instansi Diminta Segera Isi Rincian Formasi ASN

    Pendaftaran CASN 2024, Instansi Diminta Segera Isi Rincian Formasi ASN

    Whats New
    Masuk Musim Panen, Bulog Serap 30.000 Ton Gabah Per Hari

    Masuk Musim Panen, Bulog Serap 30.000 Ton Gabah Per Hari

    Whats New
    Pekerja Mau Sejahtera dan Naik Gaji, Tingkatkan Dulu Kompetensi...

    Pekerja Mau Sejahtera dan Naik Gaji, Tingkatkan Dulu Kompetensi...

    Whats New
    Hindari Denda, Importir Harus Lapor Impor Barang Kiriman Hasil Perdagangan dengan Benar

    Hindari Denda, Importir Harus Lapor Impor Barang Kiriman Hasil Perdagangan dengan Benar

    Whats New
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com