Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 06/09/2012, 14:11 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebagai salah satu sediaan obat tradisional, jamu memiliki kandungan bahan alami yang berkhasiat. Namun, sayangnya citra jamu yang tengah naik daun ini dirusak oknum-oknum yang memasukan bahan kimia obat (BKO) di dalamnya.

Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik, dan Produk Komplemen, Bahdar Johan  mengingatkan masyarakat untuk waspada saat mengonsumsi jamu. Pasalnya, bahan kimia obat yang dicampurkan pada jamu memiliki dosis tidak terukur. Pencampuran BKO yang tidak homogen menyebabkan dosis di kemasan berbeda-beda.

Hal ini bisa menyebabkan konsumen justru mengonsumsi BKO secara berlebihan. "BKO yang dicampur jamu biasanya obat untuk alergi, obat antiinflamasi, obat demam, obat untuk sakit rematik. Obat-obat ini ada dalam kemasan jamu yang ilegal. Kemasan ini biasanya tanpa nomor registrasi dari BPOM atau nomor registrasinya fiktif," ujar Bahdar dalam talkshow bertajuk 'Konsumsi Jamu Benar, Tubuh Bugar' di Jakarta, Kamis (9/6/2012).

Apabila terlanjur mengonsumsi jamu dengan BKO, dapat menimbulkan efek samping tidak terkontrol. Bahkan, efek serius seperti kegagalan fungsi organ bisa terjadi. Bahdar mengatakan, produk jamu ilegal ini memang tidak banyak di pasaran. Namun, karena ada permintaan maka para produsen gelap tetap memproduksinya.

Untuk mewaspadai beredarnya jamu ilegal, ia merekomendasikan kepada masyarakat sebagai konsumen untuk mengetahui dan memahami informasi mengenai jamu yang akan digunakan. Informasi tersebut dapat diperoleh dari penandaan pada etiket, bungkus luar produk atau brosur yang menyertai produk tersebut.

"Sebagai konsumen juga harus cerdas. Perhatikanlah masa kedaluwarsa produk yang biasanya tertulis pada kemasan. Bila ada produk mengalami perubahan rasa, warna dan bau meskipun belum kedaluwarsa sebaiknya dihentikan," ujarnya.

Selain itu, Bahdar menyarankan agar konsumen tidak membeli jamu bila kemasannya sudah rusak serta tidak mudah terpengaruh minum jamu dari bungkus atau labelnya yang menarik. Konsumen diminta pula untuk tidak termakan promosi atau iklan yang menyatakan khasiat jamu menyembuhkan berbagai penyakit. Juga pemilihan jamu untuk anak-anak wajib memilih yang memang diformulasikan secara khusus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

    IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

    Whats New
    Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

    Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

    Whats New
    BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

    BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

    Whats New
    Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

    Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

    Whats New
    Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

    Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

    Whats New
    Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

    Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

    Whats New
    Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

    Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

    Work Smart
    Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

    Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

    Whats New
    17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

    17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

    Whats New
    Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

    Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

    Rilis
    Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya 'Serok'?

    Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya "Serok"?

    Earn Smart
    Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

    Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

    Whats New
    Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

    Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

    Whats New
    Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

    Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

    Whats New
    Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

    Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

    Whats New
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com