Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Swasembada Pangan di Ambang Kegagalan

Kompas.com - 10/09/2012, 07:29 WIB
Hermas Effendi Prabowo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Ketidakmampuan pemerintah dalam mewujudkan swasembada pangan, khususnya beras, yang kemudian diikuti dengan revisi target produksi dapat dipahami sebagai sebuah strategi atau upaya berkelit dari kegagalan pencapaian target yang telah janjikan.

Meski demikian, menurut Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP), revisi target dengan alasan yang janggal memperlihatkan wajah asli pemerintah. "Swasembada pangan mengarah pada kegagalan," ujar Manajer Advokasi KRKP Said Abdullah, Senin (10/9/2012), di Bogor, Jawa Barat.

KRKP memaparkan, pemerintah menargetkan produksi padi pada tahun 2012 sebanyak 74 juta ton gabah kering giling (GKG) atau setara dengan 41,4 juta ton beras. Tahun 2013 sebesar 77,7 juta ton GKG (setara 43,51 juta ton beras), dan 2014 sebesar 81,6 juta ton GKG (setara 45,6 juta ton beras). Karena ada indikasi target tidak bisa dicapai, kemudian pemerintah merevisi target produksi padi 2012 menjadi 67,824 juta ton GKG (setara 37,98 juta ton beras) pada 2012. Tahun 2013 sebesar 72,063 juta ton GKG (setara 40,35 juta ton beras) dan pada 2014 sebesar 76,567 juta ton GKG (setara 42,87 juta ton beras).

Said mengatakan, kegagalan juga dapat dilihat dari kecenderungan produksi. Jika dilihat persentase peningkatan produksi selama kurun 2010-2014, yaitu masing-masing 3,06 persen, 5,5 persen, 6,75 persen, dan 3,35 persen, angka tersebut cenderung fluktuatif dan melandai.

"Alasan yang dikemukakan pemerintah bahwa revisi target ini karena perubahan konsumsi per kapita per tahun yang diprediksi menurun 1,5 persen setiap tahun dari 139,5 kilogram per kapita per tahun pada 2010 menjadi 130,99 kilogram per kapita pada 2014 dirasa menjadi kurang tepat. Pertanyaannya, apakah benar penurunan konsumsi beras mencapai angka itu?" tutur Said.

Kalaupun benar terjadi penurunan, menurut dia, semestinya sejak awal penetapan target didasarkan pada asumsi ini. Asumsi ini harus dihitung dalam penyusunan target pada awal sehingga target yang ditetapkan benar-benar terukur. "Jangan kemudian ketika target ditetapkan asumsi ini muncul di belakang hari dan menjadi alasan revisi. Revisi ini menjadi lebih kental nuansa politisnya untuk menghindari cap gagal," katanya.

Revisi dengan alasan yang janggal itu, menurut Said, menampakkan wajah asli pemerintah. Pemerintah tidak cukup serius mengurus pangan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

TRIS Bakal Bagikan Dividen Final, Simak Besarannya

TRIS Bakal Bagikan Dividen Final, Simak Besarannya

Whats New
Kenaikan BI Rate Tak Beri Dampak Langsung ke Industri Fintech Lending

Kenaikan BI Rate Tak Beri Dampak Langsung ke Industri Fintech Lending

Whats New
Menteri Trenggono Ungkap Ada 5 Perusaahan Vietnam yang Tertarik Investasi Benur

Menteri Trenggono Ungkap Ada 5 Perusaahan Vietnam yang Tertarik Investasi Benur

Whats New
Stagwell Tambahkan Leverate Group ke Program Global Affiliate

Stagwell Tambahkan Leverate Group ke Program Global Affiliate

Whats New
Tertahan Sejak 2022, Bea Cukai Akhirnya Serahkan Alat Belajar SLB ke Pihak Sekolah

Tertahan Sejak 2022, Bea Cukai Akhirnya Serahkan Alat Belajar SLB ke Pihak Sekolah

Whats New
BI Beberkan Perbedaan Kondisi Ekonomi Saat Ini dengan Krisis 1998

BI Beberkan Perbedaan Kondisi Ekonomi Saat Ini dengan Krisis 1998

Whats New
Kemenperin: Indeks Kepercayaan Industri April Melambat Jadi 52,30

Kemenperin: Indeks Kepercayaan Industri April Melambat Jadi 52,30

Whats New
Intip 'Modern'-nya Pasar Tradisional Lebak Budi di Lampung, Usai Tawar Menawar Bayarnya Pakai QRIS

Intip "Modern"-nya Pasar Tradisional Lebak Budi di Lampung, Usai Tawar Menawar Bayarnya Pakai QRIS

Whats New
IHSG Ditutup Menguat 119 Poin, Rupiah Masih Lesu

IHSG Ditutup Menguat 119 Poin, Rupiah Masih Lesu

Whats New
Logam Mulia Bisa Jadi Pelindung Aset, Bagaimana Penjelasannya?

Logam Mulia Bisa Jadi Pelindung Aset, Bagaimana Penjelasannya?

BrandzView
KKP Mulai Uji Coba Penangkapan Ikan Terukur, Ini Lokasinya

KKP Mulai Uji Coba Penangkapan Ikan Terukur, Ini Lokasinya

Whats New
Namanya 'Diposting' Jadi Menteri BUMN di Medsos, Menteri KKP: Kita Urus Lobster Dulu...

Namanya "Diposting" Jadi Menteri BUMN di Medsos, Menteri KKP: Kita Urus Lobster Dulu...

Whats New
Genjot Dana Murah, Bank Mega Syariah Gelar Program Tabungan Berhadiah

Genjot Dana Murah, Bank Mega Syariah Gelar Program Tabungan Berhadiah

Whats New
Foxconn Tak Kunjung Bangun Pabrik di RI, Bahlil: Masih Nego Terus...

Foxconn Tak Kunjung Bangun Pabrik di RI, Bahlil: Masih Nego Terus...

Whats New
Strategi Bisnis Bank Jatim di Tengah Tren Suku Bunga Tinggi

Strategi Bisnis Bank Jatim di Tengah Tren Suku Bunga Tinggi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com