Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tarif Listrik Naik, Daya Saing RI Tertekan

Kompas.com - 13/09/2012, 18:31 WIB
Didik Purwanto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah berencana menaikkan tarif dasar listrik (TDL) sebesar 15 persen tahun depan. Jika TDL jadi dinaikkan, maka daya saing Indonesia di mata luar negeri akan semakin tertekan. Ekonom Ichsanuddin Noorsy menjelaskan penurunan daya saing itu disebabkan karena ada rencana kenaikan tarif dasar listrik.

"Di luar negeri sana, banyak negara yang menolak kenaikan TDL. Sementara di Indonesia, kita malah mau menaikkan. Itu yang menyebabkan daya saing Indonesia selama ini anjlok," kata Ichsanuddin saat dialog publik Tolak Kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) dan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Hotel Sari Pan Pacific Jakarta, Kamis (13/9/2012).

Sekadar catatan, berdasarkan data dari World Economic Forum (WEF), posisi daya saing ekonomi Indonesia turun 4 peringkat dari posisi 46 di tahun lalu menjadi di posisi 50 di tahun ini. Posisi tersebut menyebabkan Indonesia berada di ranking paling bawah di antara negara-negara se-kawasan. Misalnya seperti Malaysia yang masih bertengger di posisi 25, Brunei Darussalam di posisi 28, China di posisi 29 dan Thailand di posisi 38.

Dalam survei WEF tersebut, penyebab daya saing ekonomi Indonesia yang rendah adalah masalah birokrasi yang kurang menguntungkan bagi investor, serta kekerasan dan kejahatan yang masih banyak terjadi.

Menurut Ichsanuddin, pemerintah telah membiarkan bahwa Indonesia akan menjadi pasar bebas dan kembali menganut rezim neo liberalisme. Salah satu contohnya, pemerintah berencana menaikkan listrik sekitar 1,25 persen per bulan tahun depan.

Ichsanuddin pun menunjukkan bahwa PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) saat ini juga sudah diprivatisasi, misalnya dengan mengubahnya menjadi Perusahaan Listrik Daerah. Sehingga harga listrik juga akan ditentukan oleh masing-masing daerah.

"Dalam Undang-undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan, kini wilayah regional sudah bisa menentukan tarif tenaga listrik dan jual beli tenaga listrik dengan negara lain. Sehingga lebih bebas. Listrik kita akan diprivatisasi. Inilah kesalahannya," katanya.

Seharusnya, Ichsanuddin menyarankan listrik harus disesuaikan dengan lokal. Misalnya daerah Sumatera yang mayoritas memiliki energi gas, jangan dipaksakan menggunakan batu bara sebagai bahan bakarnya. Begitu juga dengan Jawa yang didominasi panas bumi, jangan dipaksakan dengan gas.

"Dengan penyesuaian bahan bakar listrik itu, maka biaya pokok produksi listrik itu juga bisa ditekan. Listrik pun tidak perlu naik dan daya saing kita di mata investor akan kembali naik," jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com