Jakarta, Kompas -
Demikian paparan konsultan properti Colliers International Indonesia di Jakarta, Senin (8/10). Di wilayah Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Bodetabek), pasokan mal baru hingga tahun 2014 sebanyak 416.585 meter persegi.
Associate Director Research Colliers International Indonesia Ferry Salanto mengemukakan, bisnis ritel diperkirakan akan terus cerah, yang ditandai peningkatan pasokan mal dan tingkat penyerapan sewa.
Penambahan pasokan baru ritel diikuti kenaikan tarif sewa dasar (base rent) setelah tiga tahun sebelumnya tarif sewa dasar mal relatif stagnan.
”Kenaikan tarif itu dipicu masuknya ritel baru untuk segmen menengah atas serta renovasi mal yang sudah ada,” ujar Ferry.
Pada kuartal III-2012, Juli-September, tarif sewa mal kelas menengah atas (kelas A) mencapai Rp 700.000 per meter persegi atau naik dibandingkan dengan periode sama tahun lalu, Rp 600.000 per meter persegi. Tarif sewa mal kelas menengah (kelas B) cenderung stabil, yakni rata-rata Rp 350.000 per meter persegi, dan tarif sewa rata-rata mal kelas menengah bawah (kelas C) juga stabil, Rp 220.000 per meter persegi.
Direktur Cornerstone Asset Management Adrian Priohutomo mengemukakan, masih banyak potensi bisnis ritel di kota-kota besar di Indonesia yang belum dikembangkan. Pihaknya kini fokus menggarap pengelolaan investasi ritel yang mencakup pembelian, penjualan, dan reposisi aset ritel untuk memaksimalkan pendapatan mal.
Secara terpisah Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch Ali Tranghanda mengemukakan, pemerintah harus lebih ketat membatasi mal dan mewajibkan pengembang mal menyediakan ruang terbuka hijau. Dengan demikian, keberadaan mal tidak mengganggu tata ruang wilayah.(LKT)