Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kesadaran Berasuransi

Kompas.com - 16/10/2012, 09:41 WIB

KOMPAS.com Memprediksi masa depan bukanlah sesuatu yang mudah. Apalagi jika masa depan itu berhubungan dengan proteksi atas perlindungan diri dan dana cadangan. Tak ada satu orang pun yang ingin menyongsong masa depan dengan kemalangan. Ironisnya, tidak banyak orang yang sadar bahwa masa depan itu serba tidak pasti sehingga risiko itu seharusnya dikalkulasi sejak dini.

Survei yang digagas oleh AIA Financial, bekerja sama dengan MarkPlus Insight pada tahun 2011, menemukan fakta bahwa tiga dari lima orang Indonesia tidak punya persiapan jika menghadapi risiko kesehatan atau kematian. Bukan hanya dana cadangan untuk berjaga-jaga, melainkan juga mereka tidak melindungi dirinya dan keluarganya dengan asuransi apabila menghadapi musibah yang tak terduga.

Survei tersebut juga menemukan kesenjangan antara kebutuhan proteksi dan dana yang tersedia, baik dari asuransi maupun dana cadangan dengan rata-rata sebesar Rp 106 juta atau 77 persen dari perkiraan total nilai risiko.

Hanya 17,5 persen orang Indonesia di kota-kota besar yang sudah memiliki asuransi jiwa. Sedangkan secara nasional, hanya 16 persen orang Indonesia yang sudah memiliki asuransi jiwa (Perasuransian Indonesia 2009, Bapepam-LK).

Sangat sedikit orang Indonesia yang memiliki asuransi jiwa. Salah satu penyebabnya adalah karena asuransi masih dianggap sebagai barang mewah. Asuransi dianggap sebagai sebuah barang ideal yang dicita-citakan dan diharapkan dapat diraih seiring dengan meningkatnya pendapatan.

Padahal, semakin hari biaya pengobatan semakin mahal. Berdasarkan Global Medical Trends Survey Report 2011 dari Towers Watson, biaya pengobatan di Indonesia telah meningkat 10 persen hingga 14 persen dalam tiga tahun terakhir. Biaya ini akan terus meningkat dalam lima tahun ke depan seiring dengan makin berkembangnya pemakaian teknologi pengobatan baru yang ikut mendongkrak biaya jasa kesehatan secara keseluruhan.

Kekeliruan persepsi tentang asuransi mungkin tak harus terjadi seandainya informasi yang kita terima cukup lengkap. Hingga kini, masih banyak orang yang menggantungkan masa depannya kepada nasib semata. Maka, setelah meluruskan kekeliruan ini, barulah kita dapat memulai membangun kesadaran betapa pentingnya menyiapkan diri menghadapi kemungkinan yang tak pasti di masa depan. (*)

Ikuti liputan khusus Cerdas Berasuransi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com