Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jenis-jenis Asuransi Jiwa (1)

Kompas.com - 30/10/2012, 16:05 WIB
Anastasia Joice

Penulis

KOMPAS.com - Seringkali kita sebagai konsumen hanya manggut-manggut mendengarkan penjelasan agen asuransi yang menawarkan produknya. Sebagian besar agen menawarkan produk yang dijualnya, bukan produk yang kita perlukan. Masalahnya, sering juga konsumen tidak mengerti dan tidak paham benar produk asuransi apa sebenarnya yang dia perlukan.

Pengetahuan dasar mengenai jenis-jenis asuransi jiwa saja terkadang membuat pusing. Masih banyak konsumen yang tidak dapat membedakan antara produk tradisional dengan produk non tradisional. Sementara penjelasan para agen juga sekadarnya saja, belum benar-benar memenuhi dahaga keingintahuan para nasabah. Sebaliknya, nasabah juga perlu lebih banyak bertanya dan memiliki pengetahuan tentang asuransi.

Mengenai jenis-jenis asuransi, di Indonesia, jenis asuransi terbagi menjadi dua jenis besar, asuransi tradisional dan asuransi nontradisional.

Asuransi tradisional terbagi menjadi tiga jenis. Asuransi termlife (berjangka), whole life (seumur hidup), dan endowment (dwiguna).

Ada baiknya meluangkan waktu sejenak untuk memahami lebih jauh jenis-jenis asuransi ini.

Asuransi Termlife (berjangka)

Asuransi berjangka hanya memberikan proteksi dalam jangka waktu tertentu saja. Proteksinya bisa sesingkat naik pesawat dari Jakarta ke Semarang selama kurang dari dua jam atau selama 20 tahun. Ciri khasnya, ada batas waktu proteksi asuransi. Selain itu, jika tidak terjadi risiko, uang asuransi tidak dikembalikan atau hangus.

Asuransi jenis ini memiliki premi paling murah di antara asuransi lainnya. Uang pertanggungannya pun bisa besar, mencapai miliaran dengan premi yang tidak terlalu menguras isi kantong. Asuransi jenis term life tidak memiliki nilai tunai. Jika pada masa berakhirnya kontrak asuransi si tertanggung masih sehat walafiat, kontrak berakhir dan tidak ada uang yang diberikan kepada tertanggung.

Banyak orang yang tidak menyukai produk ini karena tidak ada uang yang dikembalikan ketika masa kontrak berakhir dan nasabah sehat wal afiat. Aneh memang, ada orang yang tidak bersyukur karena telah dikaruniai kesehatan dan umur panjang. Sebenarnya asuransi jenis term life ini bisa dianalogikan dengan menyewa seorang petugas satpam selama satu malam untuk menjaga rumah dengan harta benda berlimpah. Jika tidak terjadi kemalingan pada malam itu, apakah kita dapat menarik kembali gaji si petugas satpam pagi hari berikutnya? Bukankah kita harus bersyukur karena rumah kita aman?

Karena uang pertanggungan yang besar, untuk membeli premi asuransi jenis ini pun tidak terlalu mudah. Sebagian besar perusahaan asuransi yang menjual asuransi jenis ini mewajibkan nasabahnya menjalani pemeriksaan kesehatan terlebih dahulu sebelum membeli polis dengan pertangungan misalnya sebesar Rp 2 miliar.

Jika tidak lolos pemeriksaan, nasabah tidak diperkenankan membeli asuransi jenis ini. Atau mungkin saja uang pertanggungan diturunkan menjadi lebih kecil.

Premi asuransi ini jauh lebih kecil ketimbang premi yang harus dibayarkan jika membeli produk unit link. Banyak perencana keuangan yang menyarankan jika membeli produk asuransi jenis ini sebaiknya dibarengi dengan membeli reksa dana. Pasalnya, ketika masa asuransi berakhir dan tertanggung sehat tidak ada uang pertanggungan yang diberikan.

Sehingga jika dikombinasikan dengan reksa dana, pada saat berakhirnya pertanggungan dana pengembangan investasi dari reksa dana sudah cukup banyak. Kombinasi asuransi berjangka dan reksa dana, akan menghasilkan investasi yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan membeli unit link. Dengan membayar premi yang sama, uang pertanggungan juga jauh lebih besar.

Satu hal yang diperlukan adalah kedisiplinan setiap bulan untuk menabung di reksa dana setiap bulannya agar mendapatkan manfaat dan hasil maksimal.

Asuransi whole life (seumur hidup)

Setelah mengenal term life, ada pula jenis kedua yang disebut whole life.

Asuransi ini mengandung nilai tabungan. Masa proteksinya pun lebih panjang, hingga mencapai 99 tahun. Asuransi ini disebut sebagai penyempurnaan asuransi term life yang tidak memiliki nilai tunai. Anda tentu ingat bahwa jika tidak terjadi risiko meninggal, pada masa akhir kontrak asuransi berjangka si nasabah tidak mendapatkan apa-apa ?

Nah, untuk memuaskan nasabah yang berkeluh mengenai asuransi berjangka, pada asuransi whole life, ketika kontrak berakhir dan tertanggung masih sehat walafiat, ada nilai tunai yang diberikan. Risikonya, premi yang dibayarkan lebih mahal karena risiko klaim pasti terjadi. Jarang ada orang yang sehat sampai usia 99 tahun kan? Di Indonesia, angka harapan hidup laki-laki 65 tahun dan perempuan 70 tahun.

Nilai tunai polis whole life dapat dijadikan agunan pinjaman dan ada bonus dividen dari perusahaan bagi pemegang polis whole life. Selain itu, jika tidak dapat membayar preminya, pemegang polis dapat mengambil dana dari nilai tunai ini. Fitur ini tidak ada pada jenis asuransi term life.

Pertanyaan selanjutnya, berapa uang yang akan saya dapatkan ketika masa asuransi berakhir kelak? Biasanya para agen asuransi memberikan ilustrasi pada usia sekian puluh tahun akan keluar dana sekian ratus juta. Sekali lagi, jangan silau oleh ilustrasi yang menayangkan angka berjuta-juta. Angka itu terlihat besar pada saat ini, sementara inflasi terus menggerus nilai uang dan pada saatnya kelak, beberapa puluh tahun dari sekarang, dana sebesar itu sebenarnya tidak terlalu besar.

Penyebabnya, dana itu hanya dikembangkan dengan imbal hasil sebesar 4 persen saja per tahun. Jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan tingkat suku bunga di pasaran. Imbal hasil sebesar itu masih belum dipotong biaya dan pajak.

Di sisi lain, laju inflasi riil mencapai 12 persen. Sehingga nilai tunai asuransi whole life akan tergerus inflasi dan nilainya tidak sebesar ketika ilustrasi disodorkan kepada para calon nasabah. Bisa jadi, ketika polis jatuh tempo, nilai tunai ini menjadi sangat kecil sekali.

Biaya premi yang harus dibayarkan untuk mendapatkan pertanggungan sebesar Rp 1 miliar misalnya, akan jauh lebih besar jika dibandingkan dengan biaya premi yang harus dibayarkan jika Anda membeli asuransi berjangka. Bagaimana perbedaannya, dapat dilihat pada tulisan mengenai perhitungan premi asuransi.

Asuransi endowment (dwiguna)

Jenis asuransi tradisional ketiga adalah endowment. Jenis ini bersifat seperti asuransi berjangka juga sebagai tabungan.

Produk ini amat populer sebelum muncul produk unit link. Bentuk asuransi endowment beragam. Selain memiliki nilai tunai, ada juga dana yang dikeluarkan secara berjangka sebelum masa kontrak asuransi berakhir. Dana ini keluar secara berkala misalnya 3 tahun sekali atau 5 tahun sekali. Misalnya seperti asuransi pendidikan yang mengeluarkan dana ketika si anak berusia 5 tahun untuk biaya masuk TK, 7 tahun untuk biaya masuk SD dan seterusnya.

Sayangnya, premi asuransi endowment ini jauh lebih mahal dibandingkan dengan premi asuransi berjangka maupun whole life.

Belakangan, pamor asuransi jenis endowment ini memudar seiring dengan munculnya produk-produk unitlink. Selain itu karena royal memberikan bonus, biaya asuransi endowment justru memberatkan perusahaan asuransi. (bersambung)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com