YUNI IKAWATI
Populasi sapi di Indonesia belum memadai. Sensus tahun 2011 oleh Badan Pusat Statistik, tercatat 15,4 juta ekor. Untuk meningkatkan populasi dan produksi daging sapi, pemerintah mencanangkan Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau Tahun 2014. Targetnya, memenuhi 90 persen kebutuhan konsumsi daging sapi.
Secara alami, sapi betina hanya melahirkan seekor anak per tahun. Untuk memacu perkembangbiakan sapi, dilakukan serangkaian teknik rekayasa, seperti pemuliaan ternak, inseminasi buatan (IB), transfer embrio (TE), dan mikromanipulasi embrio dengan rekayasa genetika. Hal itu dikatakan pakar bioteknologi reproduksi Baharuddin Tappa dari Pusat Penelitian
Inseminasi buatan dilakukan dengan menyuntikkan sperma ke rahim menggunakan alat bantu. Teknik ini diperkenalkan di Indonesia oleh Prof B Seith dari Denmark tahun 1953, dilanjutkan peneliti di Pusat
Adapun TE merupakan generasi kedua bioteknologi reproduksi. Sapi betina diberi hormon kesuburan sehingga menghasilkan sel telur dalam jumlah besar.
Sel telur kemudian dibuahi dengan spermatozoa sapi unggul melalui teknik IB. Embrio yang terbentuk ditransfer ke induk penerima sampai terjadi kelahiran. Menurut Syahruddin Said, peneliti Bioteknologi Reproduksi Ternak LIPI, selain dapat meningkatkan angka kelahiran, rekayasa ini juga memperbaiki mutu genetik.
Sewindu lalu diintroduksi