Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rumah Bersubsidi Cuma "Bolak-balik" ke Masalah Klasik

Kompas.com - 27/11/2012, 16:56 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Sampai saat ini beberapa kendala klasik masih menjadi masalah yang mewarnai pasokan rumah subsidi. Masalah klasik itu meliputi uang muka dan suku bunga, serta mahalnya harga tanah karena makin sulitnya ketersediaan lahan.

Hal tersebut terungkap pada diskusi Kenaikan Patokan Harga Rumah Subsidi, Antara Jaminan Pasokan dan Daya Beli MBR di Jakarta hari ini (27/11/2012). Hadir dalam acara tersebut Asisten Deputi Perencanaan Pembiayaan Perumahan Kementerian Perumahan Rakyat, Irwan Nurwanto, Ketua Umum Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indinesia (APERSI), Eddy Ganefo, serta Asisten Deputi Penyediaan Rumah Susun dan Rumah Tapak Kemenpera, Lukman Hakim, serta pengamat perumahan nasional, Sjahran Lubis.

Irwan mengungkapkan, dari sisi permintaan, penyaluran rumah subsidi saat ini masih berhadapan dengan masalah ketersediaan uang muka dan suku bunga KPR. Sementara dari sisi pasokan, tingginya harga jual rumah dan terbatasnya lahan menjadi masalah.

"Dari kementerian (Kemenpera) di awal-awal tahun mencoba membuat terobosan bersama pemerintah daerah untuk mencari tanah yang dapat disediakan pemerintah daerah. Namun, realisasinya belum terlalu menggembirakan," kata Irwan.

Irwan juga mengakui, penyediaan rumah subsidi sangat bergantung kepada para pengembang karena pemerintah belum mampu menyediakannya sendiri. Namun, meskipun memiliki banyak kendala, permintaan dari Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) masih sangat besar. Selain itu, kondisi perekonomian makro yang stabil dan peningkatan partisipasi perbankan menjadi titik cerah bagi Kemenpera.

Hal senada juga disampaikan Ketua Umum APERSI Eddy Ganefo. Menurut dia, kebutuhan hunian untuk mengentaskan kekurangan pasokan perumahan (backlog) tidak lepas dari para pengembang walaupun tetap menjadi tanggung jawab pemerintah.

"Yang terbanyak menyediakan rumah itu pengembang dari swasta. Pengembang adalah barisan terdepan untuk menjalankan program," ujarnya.

"Namun, dalam mendirikan rumah pengembang akan melihat konsumen, melihat kemampuan konsumen untuk membeli rumah," tambahnya.

Menurut dia, melihat kemampuan konsumen saat ini, ada dua masalah utama akan dihadapi pemerintah. Pertama, masalah penyediaan uang muka, sedangkan masalah kedua adalah bunga atau cicilan. Untuk mengatasi masalah ini, ia mengusulkan untuk menghapus subsidi bunga murah.

"Kembalikan subsidi uang muka tanpa menghapus subsidi bunga murah. Bisa penawaran untuk memilih salah satunya atau malah dua-duanya," kata Eddy.

Eddy menggarisbawahi, bahwa karakter masyarakat Indonesia yang masih bermasalah dalam kedisiplinan menabung juga menjadi salah satu masalah. Meskipun menabung, tabungan tersebut dapat habis sewaktu-waktu untuk membeli barang-barang konsumtif.

Namun, menurut Asisten Deputi Penyediaan Rumah Susun dan Rumah Tapak Kemenpera, Lukman Hakim, sebenarnya tidak ada masalah berarti dalam persoalan perumahan saat ini. Pasokan rumah yang ada sampai saat ini sebenarnya tinggi, namun memang sedikit terlambat mengantisipasi permintaan. Keterlambatan itu berhubungan dengan kebijakan yang mengatur rumah berukuran 36.

"Perizinan itu sendiri butuh waktu. Apa yang dibangun sekarang, kira-kira 6 bulan lagi baru berdiri," ujar Lukman.

"Tidak adanya aturan tipe 36 bisa menjadi angin segar bagi para pengembang menyediakan rumah sederhana untuk masyarakat berpenghasilan kecil," katanya.

Baca juga:

Basuki: Kerja Sama, Bukan Kongkalikong!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Hingga Maret 2024, BCA Syariah Salurkan Pembiayaan ke UMKM Sebesar Rp 1,9 Triliun

Hingga Maret 2024, BCA Syariah Salurkan Pembiayaan ke UMKM Sebesar Rp 1,9 Triliun

Whats New
Antisipasi El Nino, Mentan Amran Dorong Produksi Padi NTB Lewat Pompanisasi

Antisipasi El Nino, Mentan Amran Dorong Produksi Padi NTB Lewat Pompanisasi

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru pada Jumat 3 Mei 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru pada Jumat 3 Mei 2024

Spend Smart
Keberatan Penetapan Besaran Bea Masuk Barang Impor, Begini Cara Ajukan Keberatan ke Bea Cukai

Keberatan Penetapan Besaran Bea Masuk Barang Impor, Begini Cara Ajukan Keberatan ke Bea Cukai

Whats New
Ada Penyesuaian, Harga Tiket Kereta Go Show Naik per 1 Mei

Ada Penyesuaian, Harga Tiket Kereta Go Show Naik per 1 Mei

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

Whats New
Melirik Potensi Bisnis Refraktori di Tengah Banjir Material Impor

Melirik Potensi Bisnis Refraktori di Tengah Banjir Material Impor

Whats New
IHSG Bergerak Tipis di Awal Sesi, Rupiah Bangkit

IHSG Bergerak Tipis di Awal Sesi, Rupiah Bangkit

Whats New
Harga Emas Terbaru 3 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 3 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Pertamina Geothermal Kantongi Laba Bersih Rp 759,84 Miliar per Kuartal I-2024

Pertamina Geothermal Kantongi Laba Bersih Rp 759,84 Miliar per Kuartal I-2024

Whats New
Ekspansi Pabrik Terealisasi, Emiten Alat Kesehatan OMED Catat Laba Bersih Rp 63,5 Miliar per Kuartal I-2024

Ekspansi Pabrik Terealisasi, Emiten Alat Kesehatan OMED Catat Laba Bersih Rp 63,5 Miliar per Kuartal I-2024

Whats New
Harga Bahan Pokok Jumat 3 Mei 2024, Harga Ikan Kembung Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 3 Mei 2024, Harga Ikan Kembung Naik

Whats New
PermataBank Cetak Laba Bersih Rp 807,3 Miliar per Maret 2024

PermataBank Cetak Laba Bersih Rp 807,3 Miliar per Maret 2024

Whats New
Harga Saham BNI Turun hingga 8 Persen, Apa Sebabnya?

Harga Saham BNI Turun hingga 8 Persen, Apa Sebabnya?

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com