Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jumadiarto dan Tepung Singkong Rasa Terigu

Kompas.com - 08/12/2012, 07:16 WIB

Oleh Sri Rejeki

Singkong melimpah ruah di tanah Wonogiri. Namun, sejauh ini lebih sering dijual mentah sehingga nilai ekonomisnya sangat rendah. Saat harga cukup baik, harga singkong bisa mencapai Rp 1.500-Rp 3.000 per kilogram. Namun, saat panen, harganya jatuh hingga hanya Rp 600 per kilogram.

Melihat ini, Jumadiarto (49), warga Desa Wonokarto, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, tergerak untuk mencari cara meningkatkan nilai ekonomis singkong, tanaman andalan di Wonogiri saat musim kemarau.

Kondisi sebagian besar lahan pertanian di Wonogiri hanya dapat ditanami padi sekali setahun, sisanya palawija, terutama singkong. Tidak jarang juga lahan dibiarkan menganggur karena air yang sangat sulit. Produksi singkong dari Kabupaten Wonogiri rata-rata 1,2 juta ton per tahun.

Jumadiarto lantas teringat kearifan lokal nenek moyang tentang khasiat berbagai tanaman serta ragi untuk membuat tempe, tahu, atau tape. Ia lantas memanfaatkan empat jenis bunga ditambah daun dan biji tertentu, tepung singkong, tepung beras, tepung ketan, serta sebuah formula yang masih dirahasiakannya. Bahan-bahan ini lantas diolah menjadi ragi atau enzim yang digunakan untuk mengolah singkong.

”Para nenek moyang kita itu sebenarnya jago bikin ragi atau enzim. Ini kekayaan kearifan lokal kita yang selama ini belum dikembangkan,” kata Jumadi, Minggu (25/11).

Formula enzim yang kemudian diberi nama WRD751WNG ini sekarang tengah dalam proses pengajuan hak atas kekayaan intelektual (HAKI). Nama enzim itu merupakan singkatan dari Wiridan Jumadiarto Wonogiri yang artinya ide putra asli Wonogiri tersebut tidak lain berasal dari Sang Ilahi.

Enzim yang ia temukan pada 2009 itu kemudian digunakan untuk mengolah singkong menjadi tepung yang setara dengan tepung terigu. Artinya, dapat digunakan sebagai pengganti terigu 100 persen. Tepung ini dinamakan Wonocaf, singkatan dari Wonogiri Cassava Fermented atau singkong yang difermentasikan.

Proses produksi

Cara pembuatannya, singkong kupas yang telah dicuci bersih kemudian diparut dan diberi enzim Wonocaf. Setelah didiamkan selama 12 jam, parutan singkong diperas untuk dipisahkan dari airnya. Ampas yang dihasilkan dijemur hingga kering selama dua hari lantas digiling dan disaring sehingga menjadi tepung Wonocaf.

Hasil uji laboratorium Kementerian Pertanian di Bogor, Jawa Barat, menyebutkan, tepung Wonocaf mengandung 78,9 persen karbohidrat, sementara singkong mengandung 34 persen karbohidrat.

Tepung ini juga tidak mengandung gluten sehingga aman bagi penderita autisme atau alergi. Jumadi pernah mempresentasikan temuannya itu di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspitek) di Serpong pada Maret 2011.

Tidak hanya itu, limbah hasil pengolahan Wonocaf juga dapat dimanfaatkan. Limbah cair hasil perasan parutan singkong, setelah ditambah ragi jenis tertentu, dapat diolah menjadi produk sampingan yang tidak kalah nilai ekonomisnya. Limbah cair ini bisa untuk biofuel, cairan pemadam kebakaran, pupuk, minuman kesehatan bagi hewan, dan air pendingin radiator. Limbah hasil pengolahan ini masih dalam taraf pengembangan oleh Jumadiarto.

Pria lulusan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ciputat ini kemudian bermitra dengan Riyanto, pemilik Perusahaan Otobus Sedya Mulya untuk memproduksi secara massal tepung Wonocaf di bawah bendera CV Eka Mulya. Karena pengeringan ampas perasan singkong masih dilakukan dengan sinar matahari, produksi masih terbatas sebanyak 3,5 kuintal per hari.

Proses produksi menggunakan tiga mesin parut yang untuk sementara ditangani seorang pegawai. Keduanya tengah memesan oven agar pengeringan ampas singkong yang telah difermentasi bisa lebih cepat. Diharapkan, produksi tepung bisa mencapai 3 ton per hari.

Selain di Wonogiri, saat ini tepung Wonocaf juga dipasarkan ke Kota Solo, Semarang, dan Jakarta. Selain ke tokotoko roti, dipasarkan pula kepada keluarga yang anggotanya menderita autisme. Hotel Sahid Jaya, Solo, juga secara rutin menggunakan Wonocaf untuk berbagai resep kue buatan mereka. Tepung Wonocaf dipasarkan Rp 5.600 per kilogram.

Pemerintah Kabupaten Wonogiri mendorong CV Eka Mulya mengambil pasokan tepung tapioka basah atau kering dari petani. Jumadiarto berani membeli tepung tapioka basah dan kering dari petani dengan harga Rp 4.000-Rp 5.000 per kilogram. Di sinilah petani yang mengolah singkongnya menjadi tepung tapioka akan mendapat nilai tambah dibandingkan sekadar menjual singkong mentah.

”Kami membentuk inti-plasma. Kami sebagai inti dan plasmanya tersebar di 25 kecamatan se-Kabupaten Wonogiri. Nantinya petani-petani yang tergabung di plasma ini yang akan memasok kebutuhan tepung tapioka. Kami juga membentuk Koperasi Tepung Wonocaf Indonesia,” kata Jumadiarto yang sebelumnya aktif sebagai konsultan di berbagai lembaga nonpemerintah.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    'Buka-bukaan' Menteri KKP soal Aturan Penangkapan Ikan Terukur, Akui Banyak Diprotes

    "Buka-bukaan" Menteri KKP soal Aturan Penangkapan Ikan Terukur, Akui Banyak Diprotes

    Whats New
    Adaro Minerals Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan SMA-S1, Simak Persyaratannya

    Adaro Minerals Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan SMA-S1, Simak Persyaratannya

    Work Smart
    Bos BI Percaya Digitalisasi Bisa Dorong RI jadi Negara Berpenghasilan Menengah Ke Atas

    Bos BI Percaya Digitalisasi Bisa Dorong RI jadi Negara Berpenghasilan Menengah Ke Atas

    Whats New
    Rincian Biaya Admin BRI BritAma 2024 per Bulan

    Rincian Biaya Admin BRI BritAma 2024 per Bulan

    Spend Smart
    BRI Finance Beri Pinjaman sampai Rp 500 Juta dengan Jaminan BPKB

    BRI Finance Beri Pinjaman sampai Rp 500 Juta dengan Jaminan BPKB

    Whats New
    Permintaan Cetakan Sarung Tangan Karet Naik, Kerek Laba MARK 134 Persen pada Kuartal I-2024

    Permintaan Cetakan Sarung Tangan Karet Naik, Kerek Laba MARK 134 Persen pada Kuartal I-2024

    Whats New
    Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di CIMB Niaga hingga BCA

    Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di CIMB Niaga hingga BCA

    Whats New
    IHSG 'Bullish,' Rupiah Melemah di Awal Sesi

    IHSG "Bullish," Rupiah Melemah di Awal Sesi

    Whats New
    Harga Emas Terbaru 29 April 2024 di Pegadaian

    Harga Emas Terbaru 29 April 2024 di Pegadaian

    Spend Smart
    Detail Harga Emas Antam Senin 29 April 2024

    Detail Harga Emas Antam Senin 29 April 2024

    Spend Smart
    Harga Bahan Pokok Senin 29 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

    Harga Bahan Pokok Senin 29 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

    Whats New
    Bagaimana Proyeksi IHSG Hari Ini? Simak Rekomendasi Sahamnya

    Bagaimana Proyeksi IHSG Hari Ini? Simak Rekomendasi Sahamnya

    Earn Smart
    [POPULER MONEY] Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen | Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai

    [POPULER MONEY] Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen | Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai

    Whats New
    [POPULER MONEY] Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen | Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai

    [POPULER MONEY] Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen | Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai

    Whats New
    [POPULER MONEY] Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen | Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai

    [POPULER MONEY] Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen | Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai

    Whats New
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com