Tasikmalaya, Kompas -
Ketua Program Kerja Cluster Cabai Merah Priangan Timur Asep Halim, di Tasikmalaya, Kamis (13/12), mengatakan, saat ini baru ada 100 hektar lahan cabai merah dengan panen 10 ton per hari yang bisa memenuhi kebutuhan industri. Padahal, permintaan cabai merah jauh lebih besar dari kemampuan petani.
Data Program Kerja Cluster Cabai Merah Priangan Timur menyebutkan, luas tanaman cabai mencapai 2.000 hektar yang tersebar di Kabupaten Garut, Tasikmalaya, dan Ciamis. Sebagian besar hasil panen cabai merah dijual ke Pasar Induk Caringin, Bandung, dan Kramatjati, Jakarta.
Asep mengatakan, modal petani untuk mendapatkan hasil panen cabai merah sesuai dengan standar produksi industri saus dan sambal terbilang tinggi, sekitar Rp 60 juta per hektar. Biaya itu jauh lebih besar ketimbang biaya produksi cabai merah untuk kebutuhan pasar induk, Rp 40 juta-Rp 50 juta per hektar.
Meski dana yang dibutuhkan lebih tinggi, Asep menegaskan, petani lebih memilih menjual panen pada industri karena harga jualnya jauh lebih tinggi. Kalangan industri bisa memberikan jaminan pembelian cabai merah minimal Rp 10.000 per kilogram atau lebih mahal sekitar Rp 4.000 dibandingkan dengan cabai merah untuk pasar induk.
Kepala Bank Indonesia (BI) Tasikmalaya Isa Anshori berharap bank-bank di Priangan Timur ikut membantu biaya permodalan petani cabai merah. Sayang jika bank operasional ragu memodali usaha yang berprospek.
Berdasarkan penelitian BI Tasikmalaya, komoditas cabai merah di Priangan Timur menjadi pemasok 70 persen cabai bagi kebutuhan di Jawa Barat dan Jakarta.