Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sepenggal Sulaman Sejarah Gorontalo

Kompas.com - 15/12/2012, 02:55 WIB

Tradisi mokarawo atau membuat sulaman adalah sepenggal sejarah yang pernah diselamatkan kaum perempuan Gorontalo. Dulu Belanda berupaya menghilangkan berbagai tradisi dan identitas lokal. Tradisi ini sudah ada sejak tahun 1600-an, jauh sebelum Belanda berkuasa di wilayah ini tahun 1889.

Saat Belanda masuk ke wilayah ini ada dua peristiwa penting yang mewarnai sejarah Gorontalo. Pertama, banyaknya warga masuk dan menetap di hutan dan wilayah terpencil karena enggan membayar pajak kepada Pemerintah Belanda. Keturunan orang-orang ini hingga kini masih berdiam di hutan dan wilayah terpencil, yang oleh warga Gorontalo dikenal dengan sebutan Polai.

Kedua, upaya penghapusan segala bentuk tradisi, adat, dan hal-hal terkait berkesenian atau kebudayaan yang ada pada masyarakat Gorontalo. Saat itu Belanda melihat kekuatan orang Gorontalo terletak pada adat, budaya, dan tradisi. Karena itu, dilaranglah berbagai aktivitas yang terkait dengan adat dan tradisi.

Sejarawan dari Universitas Negeri Gorontalo, Alim Niode, mengatakan, satu-satunya tradisi saat itu yang tidak berhasil dihilangkan oleh Belanda adalah Mokarawo.

Ini terjadi karena memang tradisi menyulam dilakukan perempuan di tempat tersembunyi di dalam rumah dan dilakukan dengan diam. Hingga Belanda meninggalkan Gorontalo, mereka tidak pernah tahu soal tradisi ini. Itu pula sebabnya mengapa catatan tentang karawo tidak pernah ditemukan dalam sejarah invasi Belanda di wilayah Gorontalo. ”Dengan kata lain, karawo adalah tradisi yang pernah menjadi silent culture di Gorontalo,” kata Alim Niode.

Hengkangnya Belanda tidak serta-merta membuat karawo keluar dari ”persembunyian”. Situasi saat itu dan trauma membuat tradisi mokarawo tetap dilakukan di dalam ruang tersembunyi.

Karawo mulai kembali muncul sekitar akhir tahun 1960-an, tapi belum merupakan produk yang dijual secara bebas seperti barang lain. Saat itu jika ada yang berminat pada karawo, mereka akan datang langsung ke penyulam dan memesan. Karawo kerap dibayar menggunakan uang, kerap pula dibarter dengan barang kebutuhan lain.

Pernah diselamatkan dari ancaman kepunahan saat agresi Belanda dan mengalami masa jaya, kini karawo kembali berada di bawah bayang-bayang kepunahan. Penyebabnya adalah kurangnya generasi muda yang berminat memakai karawo sebagai pakaian, apalagi sebagai penyulam.

Saat ini karawo umumnya dilakukan ibu rumah tangga yang menyebar di sejumlah wilayah di Gorontalo. Tercatat saat ini ada sekitar 10.000 ibu rumah tangga yang masih menekuni karawo.

Karawo adalah mata rantai yang melibatkan pengusaha atau pemilik toko, usaha sulam yang menghimpun kelompok-kelompok penyulam yang menyebar di berbagai tempat. Lalu ada pula ketua-ketua kelompok yang akan berhubungan langsung dengan penyulam, terkait pembagian kerja.

Di ambang punah

Sejumlah kegiatan untuk mempromosikan karawo, yang membuat sulaman unik dan rumit ini kembali naik daun, tak bisa menghapus keresahan akan bayang-bayang punahnya karawo. Perkembangan zaman, teknologi, dan maraknya beragam budaya asing yang dibawa berbagai media membuat penyulam-penyulam resah.

Keresahan antara lain dirasakan Hj Iko Mandai (55) yang sejak kecil sudah pandai menyulam dan kini menghimpun 260 perempuan penyulam. Menurut Iko, keberadaan televisi dengan beragam acara dan beragam teknologi komunikasi di antaranya telepon genggam, iPad, dan jejaring sosial telah merampas minat generasi muda dari tradisi menyulam.

Iko menuturkan, semasa kecilnya, anak-anak yang masih duduk di bangku SD umumnya sudah bisa membuat sulaman. Menyulam biasanya dilakukan sepulang sekolah di sela mengerjakan pekerjaan rumah.

”Sekarang, anak-anak muda lebih senang berada di mal, di warnet, main telepon, dan lainnya. Kalaupun diminta oleh orangtuanya untuk membantu, mereka akan menyulam di depan televisi dan akhirnya lebih banyak waktu yang habis untuk menonton atau sambil SMS-an, BBM-an, Facebook-an ketimbang menyulam. Bahkan, ibu- ibu pun kerap menyulam sambil nonton sehingga pekerjaan menjadi lambat,” kata Iko di rumah sulamnya di Kecamatan Telaha, Kabupaten Gorontalo.

Kalsum (31), penyulam lainnya, bercerita bagaimana siswa SD di sekitar rumahnya akan datang membawa kain dan meminta dibuatkan sulaman jika mereka mendapat tugas keterampilan, membuat karawo dari sekolah.

Kondisi ini membuat Iko kerap membawa pesanan karawo kepada penyulam-penyulam yang berdiam di desa terpencil atau pegunungan. Alasannya, penyulam di desa lebih cepat menyelesaikan pesanan karena tidak banyak gangguan.

”Kalau kami yang di gunung belum banyak gangguan. Tak ada listrik, tak ada televisi, telepon, tidak banyak kegiatan. Makanya kalau ada pesanan bisa lebih fokus mengerjakan setelah tugas rumah selesai,” ujar Ince (45), penyulam di Kecamatan Telaga Biru, Kabupaten Gorontalo.

Berbagai upaya dilakukan untuk mempromosikan sekaligus menaikkan gengsi karawo, termasuk pada generasi muda. Yus Iryanto Abbas, perancang busana, terus membuat rancangan yang mengikuti tren dengan bahan kain yang kian beragam. Adapun John Koraa, perancang motif karawo yang sudah menghabiskan lebih separuh hidupnya membuat rancangan motif karawo, juga terus bereksplorasi menciptakan motif-motif baru yang menarik.

Di instansi pemerintah swasta, berkarawo sekali sepekan dan di acara-acara tertentu sudah digalakkan. Adapun Bank Indonesia tak henti melakukan pendampingan kepada para penyulam, termasuk memberi pelatihan kepada anak-anak SMA.

”Kami berharap mendekatkan karawo kepada generasi muda. Bukan hanya menggugah minat memakai, tapi mau berkecimpung dalam industri karawo,” kata Wahyu Purnama, Kepala Bank Indonesia Perwakilan Gorontalo.

BI sejauh ini sudah melatih sekitar 500 anak dan remaja. Sebagai langkah awal tentu harus dibuat agar karawo enak dipandang, nyaman dipakai, dan dengan model terkini hingga orang akan lebih berminat.

Upaya tersebut layak diapresiasi sebagai upaya membangun benteng pertahanan karawo sebagai identitas budaya Gorontalo. (RENY SRI AYU)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

OCBC Singapura Ajukan Tawaran Rp 16 Triliun untuk Akuisisi Great Eastern Holdings

OCBC Singapura Ajukan Tawaran Rp 16 Triliun untuk Akuisisi Great Eastern Holdings

Whats New
Inggris Keluar dari Jurang Resesi Ekonomi

Inggris Keluar dari Jurang Resesi Ekonomi

Whats New
Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Whats New
Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Whats New
Bank Muamalat Buka Lowongan Kerja hingga 31 Mei 2024, Cek Posisi dan Syaratnya

Bank Muamalat Buka Lowongan Kerja hingga 31 Mei 2024, Cek Posisi dan Syaratnya

Work Smart
Viral Video Youtuber Korsel Diajak Mampir ke Hotel, Ini Tanggapan Kemenhub

Viral Video Youtuber Korsel Diajak Mampir ke Hotel, Ini Tanggapan Kemenhub

Whats New
Finaccel Digital Indonesia Berubah Nama jadi KrediFazz Digital Indonesia

Finaccel Digital Indonesia Berubah Nama jadi KrediFazz Digital Indonesia

Whats New
Dampak Fluktuasi Harga Pangan Awal 2024

Dampak Fluktuasi Harga Pangan Awal 2024

Whats New
Mengenal 2 Fitur Utama dalam Asuransi Kendaraan

Mengenal 2 Fitur Utama dalam Asuransi Kendaraan

Earn Smart
Penggunaan Gas Domestik Didominasi Industri, Paling Banyak Industri Pupuk

Penggunaan Gas Domestik Didominasi Industri, Paling Banyak Industri Pupuk

Whats New
Libur Panjang, Angkasa Pura II Proyeksikan Penumpang Capai 1 Juta Orang

Libur Panjang, Angkasa Pura II Proyeksikan Penumpang Capai 1 Juta Orang

Whats New
Percepat Peluncuran Produk untuk Perusahaan Teknologi, XpandEast Terapkan Strategi Pengurangan Time-to-Market

Percepat Peluncuran Produk untuk Perusahaan Teknologi, XpandEast Terapkan Strategi Pengurangan Time-to-Market

Whats New
Pasar Kripto Berpotensi 'Rebound', Simak Prospek Jangka Panjangnya

Pasar Kripto Berpotensi "Rebound", Simak Prospek Jangka Panjangnya

Earn Smart
Asosiasi 'Fintech Lending' Buka Suara Soal Pencabutan Izin Usaha TaniFund

Asosiasi "Fintech Lending" Buka Suara Soal Pencabutan Izin Usaha TaniFund

Whats New
Pihak Minimarket Diminta Ikut Tanggung Jawab Keamanan Parkir, Asosiasi: Kami Sudah Pasang CCTV dan Beri Peringatan

Pihak Minimarket Diminta Ikut Tanggung Jawab Keamanan Parkir, Asosiasi: Kami Sudah Pasang CCTV dan Beri Peringatan

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com