Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tolak Kenaikan Tarif Listrik, Buruh Siapkan Aksi Besar

Kompas.com - 04/01/2013, 17:08 WIB
Suhartono

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Majelis Pekerja Buruh Indonesia (MPBI), yang terdiri dari sejumlah konfederasi serikat pekerja dan buruh, menegaskan menolak kenaikan tarif dasar listrik (TDL).

Mereka meminta pemerintah membuat PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk melakukan efisiensi dan memprioritaskan pemakaian bahan bakar batubara agar beban PLN tidak tinggi, dan tak perlu menaikkan TDL.

Hal itu diungkapkan oleh salah satu presidium MPBI, yang berasal dari Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), yaitu Mohammad Said Iqbal kepada Kompas, Jumat (4/1/2013) sore ini di Jakarta.

"Kalau pemerintah tetap akan menaikkan TDL, maka tak ada kata lain kecuali bagi kami menyiapkan aksi demo besar-besaran untuk menolak kenaikan TDL awal tahun ini," ujar Said.

Menurut Said, kenaikan TDL akan berdampak bagi buruh. Selain karena kenaikan upah minimum regional menjadi sia-sia, juga karena mayoritas rumah kontrakan dan Kredit Perumahan Rakyat (KPR) buruh menggunakan listrik 1.300 VA hanya sedikit. Kebanyakan adalah yang memakai 450 dan 900 VA.

"Akibatnya, buruh akan mengalami kenaikan pembayaran listrik bulanan berkisar Rp 15 ribu-Rp 25 ribu rupiah per bulan. Ini berarti kenaikan upah buruh akan turun 5 persen dari kenaikan rata-rata upah mininum sebesar Rp 500-700 ribu per bulan. Ini membuat daya beli buruh akan menurun," katanya.

Kenaikan harga TDL, tambah Said, juga akan memicu kenaikan harga barang-barang lainnnya, khususnya barang olahan yang pabriknya menggunakan listrik, termasuk pemilik rumah kontrakan untuk buruh sudah berancang-ancang menaikkan harga sewa kontrakan Rp 50 ribu-Rp 100 ribu per bulan sehingga kenaikan upah jadi sia-sia.

Menurut Said, selama ini, buruh sudah mengeluarkan biaya termasuk pembayaran listrik dan sewa rumah yang sudah mencapai kenaikan biaya sebesar Rp 125 ribu atau 25 persen persen dari nilai kenaikan upah minimal Rp 500 ribu.

"Dengan kata lain, daya beli buruh turun 9 persen dari kenaikan 30 persen upah minimum. Ini baru memperhitungkan dua item biaya saja, dan belum biaya lainnya. Jadi, upaya pemerintah yang katanya menaikan upah minimum tahun 2013 rata rata 30-40 persen dengan tujuan memperbaiki daya beli dan kesejahteraan buruh adalah sebuah kebohongan dengan dinaikannya harga TDL ini," jelasnya.

Siasati pendapatan buruh

Bahkan, lanjut Said, dengan kenaikan harga TDL di tahun 2013 ini, para developer perumahan tipe RS/RSS akan menaikkan harga rumah 15 persen.

"Ini akan lebih menyulitkan buruh untuk membeli rumah sendiri. Karena, memiliki rumah sendiri menjadi mimpi buat buruh," paparnya. Said mengatakan, kenaikan TDL juga akan membebani biaya perusahaan sehingga ada peluang buat mereka untuk mensiasati dengan cara menekan biaya.

"Dan, cara yang paling mudah adalah menekan biaya buruh seperti menghilangkan tunjangan transport dan tunjangan lainnya untuk buruh. Ini akan merugikan pendapatan buruh," katanya lagi. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Hingga Maret 2024, BCA Syariah Salurkan Pembiayaan ke UMKM Sebesar Rp 1,9 Triliun

Hingga Maret 2024, BCA Syariah Salurkan Pembiayaan ke UMKM Sebesar Rp 1,9 Triliun

Whats New
Antisipasi El Nino, Mentan Amran Dorong Produksi Padi NTB Lewat Pompanisasi

Antisipasi El Nino, Mentan Amran Dorong Produksi Padi NTB Lewat Pompanisasi

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru pada Jumat 3 Mei 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru pada Jumat 3 Mei 2024

Spend Smart
Keberatan Penetapan Besaran Bea Masuk Barang Impor, Begini Cara Ajukan Keberatan ke Bea Cukai

Keberatan Penetapan Besaran Bea Masuk Barang Impor, Begini Cara Ajukan Keberatan ke Bea Cukai

Whats New
Ada Penyesuaian, Harga Tiket Kereta Go Show Naik per 1 Mei

Ada Penyesuaian, Harga Tiket Kereta Go Show Naik per 1 Mei

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

Whats New
Melirik Potensi Bisnis Refraktori di Tengah Banjir Material Impor

Melirik Potensi Bisnis Refraktori di Tengah Banjir Material Impor

Whats New
IHSG Bergerak Tipis di Awal Sesi, Rupiah Bangkit

IHSG Bergerak Tipis di Awal Sesi, Rupiah Bangkit

Whats New
Harga Emas Terbaru 3 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 3 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Pertamina Geothermal Kantongi Laba Bersih Rp 759,84 Miliar per Kuartal I-2024

Pertamina Geothermal Kantongi Laba Bersih Rp 759,84 Miliar per Kuartal I-2024

Whats New
Ekspansi Pabrik Terealisasi, Emiten Alat Kesehatan OMED Catat Laba Bersih Rp 63,5 Miliar per Kuartal I-2024

Ekspansi Pabrik Terealisasi, Emiten Alat Kesehatan OMED Catat Laba Bersih Rp 63,5 Miliar per Kuartal I-2024

Whats New
Harga Bahan Pokok Jumat 3 Mei 2024, Harga Ikan Kembung Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 3 Mei 2024, Harga Ikan Kembung Naik

Whats New
PermataBank Cetak Laba Bersih Rp 807,3 Miliar per Maret 2024

PermataBank Cetak Laba Bersih Rp 807,3 Miliar per Maret 2024

Whats New
Harga Saham BNI Turun hingga 8 Persen, Apa Sebabnya?

Harga Saham BNI Turun hingga 8 Persen, Apa Sebabnya?

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com