Jakarta, Kompas
Demikian paparan Konsultan Properti Colliers International, di Jakarta, Selasa (8/1). Sepanjang tahun 2012, jumlah suplai mal baru di Jakarta adalah 164.981 meter persegi, terutama dengan hadirnya pusat perbelanjaan besar, seperti Lippo Mal Kemang dan Kota Kasablanka di kuartal III-2012. Dari jumlah itu, 90 persen ruang ritel sudah habis terserap. Sementara itu, dua mal lain berhenti beroperasi, yakni Jatinegara Trade Center dan Tendean Plaza, seluas 49.995 meter persegi. Tendean Plaza dialihkan ke proyek apartemen.
Pusat perbelanjaan di Jakarta saat ini masih didominasi ritel kelas menengah, yakni 43,6 persen dari total suplai, mal menengah bawah 27,8 persen, sedangkan mal menengah atas 29,5 persen. Sebagian besar mal terkonsentrasi di Jakarta Utara dan Jakarta Selatan.
Associate Director Research Colliers International Indonesia Ferry Salanto mengemukakan, moratorium pembangunan mal menyebabkan pasokan ruang ritel baru di wilayah Jakarta kian menipis. Sementara kebutuhan ruang ritel dan potensi peritel masih tinggi. Akibatnya, kompetisi antara penyewa kian tinggi dan pemilik lahan ritel memiliki keleluasaan lebih untuk menaikkan harga sewa. Kondisi ini membuka kesempatan bagi perkembangan ritel di luar Jakarta.
”Hal ini merupakan kesempatan bagi pengembang di luar Jakarta dan Jawa untuk mengembangkan ritel karena Jakarta sudah susah cari ruang ritel,” ujarnya.
Senior Assosiate Director Retail Services Steve Sudijanto menambahkan, semakin banyak ritel baru dalam kurun 2-3 tahun terakhir mengisi mal-mal kelas premium dengan dominasi label merek asing.
Ketatnya penjualan ruang ritel mendorong harga sewa naik dan penyewa kecil berpotensi tergusur oleh penyewa baru berskala besar dan bergesernya siklus tren produk.