Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kedelai, Bulog Tak Efektif

Kompas.com - 12/01/2013, 02:10 WIB

Jakarta, Kompas - Keinginan Perum Bulog membeli kedelai 400.000 ton tahun ini dan menyimpannya 100.000 ton sebagai stok nasional tidak akan efektif meredam fluktuasi harga kedelai dalam negeri. Volume kedelai sebanyak itu tidak signifikan karena ketergantungan Indonesia terhadap kedelai impor besar dan pemain kedelai sedikit.

Menurut pengamat ekonomi pangan yang sekaligus profesor riset bidang ekonomi pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian, Husein Sawit, Jumat (11/1), di Jakarta, pasar kedelai sangat berbeda dengan beras. Pasar beras relatif sempurna karena volume beras yang diperdagangkan besar dan pemain beras di pasar juga banyak. Mulai skala kecil, menengah, sampai besar.

Ketergantungan Indonesia pada beras impor juga rendah, berkisar 1 juta ton sampai 1,5 juta ton. Atau kurang dari 0,5 persen dibandingkan produksi dalam negeri. Dengan proporsi beras impor yang kecil dan pemain beras yang banyak, penguasaan beras Bulog 10 persen efektif menstabilkan harga beras di pasar.

Berbeda dengan pasar kedelai yang tidak sempurna. Komoditas kedelai impor hanya dikuasai beberapa pengusaha saja. Ketergantungan Indonesia pada kedelai impor juga tinggi. Tahun 2011 impor kedelai di atas 2 juta ton, atau sekitar 60 persen kebutuhan kedelai nasional. Produksi kedelai dalam negeri 700.000 ton sampai 800.000 ton.

Dengan proporsi seperti itu, penguasaan kedelai oleh Bulog yang hanya 400.000 ton tidak akan memengaruhi pasar. Mengingat pemain komoditas kedelai sangat terbatas. Stok kedelai Bulog 100.000 ton hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pasar 15 hari.

Meski begitu, intervensi Bulog untuk pasar kedelai akan efektif kalau pemerintah memberikan kuota impor yang fleksibel kepada Bulog. Hal itu untuk menentukan waktu mengimpor dan berapa besar kebutuhannya.

”Kuota impor yang besar juga harus diberikan kepada Bulog,” kata Husein. (MAS)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com