Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mendag: Batasi Impor BBM

Kompas.com - 16/01/2013, 21:18 WIB
Didik Purwanto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perdagangan Gita Wirjawan meminta agar pemerintah mau membatasi impor bahan bakar minyak (BBM). Hal tersebut dilakukan agar defisit neraca perdagangan tidak tertekan semakin parah.

"Soal pembatasan impor BBM, itu bisa dilakukan. Namun, ini harus diajukan ke Badan Kebijakan Fiskal (BKF) dulu," kata Gita selepas mengikuti rapat koordinasi tentang energi di kantor Kementerian Koordinator Perekonomian Jakarta, Rabu (16/1/2013).

Menurut Gita, meningkatnya defisit transaksi berjalan saat ini sangat ditentukan oleh tingginya impor minyak tersebut. Impor migas menyebabkan defisit 4,8 miliar dollar AS, yang sebelumnya belum pernah terjadi. Gita menduga defisit tersebut disebabkan karena harga minyak mentah dunia juga naik. Sementara konsumsi BBM kita juga semakin melonjak yang berdampak pada kenaikan impor BBM. Dengan kondisi ini, surplus di neraca perdagangan menjadi semakin tidak berarti. Padahal selama 11 bulan pertama di 2012, surplus Indonesia mencapai 3,5 miliar dollar AS.

 "Saya kira, kita sebetulnya bisa berharap neraca non-migas surplus terus pada 2013 ini. Tapi kalau konsumsi (migas) begini terus, harganya pun begini terus, tanpa ada penyikapan mengenai harga (BBM), ini bisa membuahkan defisit di neraca migas 2013," ujarnya.

Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik, neraca perdagangan Indonesia sepanjang Januari-November 2012 mengalami defisit 1,33 miliar dollar AS. Hal itu disebabkan kenaikan impor 9,92 persen year on year menjadi 16,92 miliar dollar AS. Impor ini dikontribusikan dari impor migas 4,07 miliar dollar AS dan impor non migas sebesar 3,94 miliar dollar AS.

Menurut Gita, defisit itu tidak seharusnya terjadi bila pemerintah mau dan segera menaikkan harga BBM. Itu dilakukan karena kondisi ekspor Indonesia saat ini tidak bisa menolong kenaikan impor. "Mudah-mudahan ada koreksi harga minyak, sehingga impor migas kita tidak terus menekan defisit neraca perdagangan," katanya.

Untuk meningkatkan ekspor Indonesia yang terus terpuruk, Gita menekankan perlunya penetrasi ke pasar tradisional di Afrika, Timur Tengah, dan Amerika Latin. Pasar-pasar tersebut kini sudah mulai kelihatan dampaknya dengan adanya kenaikan ekspor di pasar tersebut. "Kenaikan prosentase tinggi, tapi space-nya kecil. Saya sangat berharap ekonomi global lekas pulih agar ekspor komoditas bisa meningkat di tahun ini," kata Gita.

Sekitar 65 persen ekspor Indonesia merupakan barang komoditas. Bila harga komoditas di seluruh dunia mengalami penurunan, otomatis pendapatan dari ekspor tersebut juga anjlok. Di sisi lain, impor Indonesia justru melonjak khususnya dari impor migas. Inilah yang menyebabkan defisit neraca perdagangan. Gita menyatakan, saat ini sangat sulit mengharapkan kondisi makro mengalami perbaikan signifikan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com