Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Raup Omzet Ratusan Juta dari Jualan Mukena

Kompas.com - 11/02/2013, 10:51 WIB
Didik Purwanto

Penulis

KOMPAS.com - Berwirausaha memang butuh ketelatenan. Bermula dari usaha sampingan, kini usaha mukena colet batik Pekalongan beromzet ratusan juta.

Salah satunya adalah usaha Omah Mukena Batik Colet khas Pekalongan milik Dicky Roswy dan Mardiyah. Kedua pasangan suami istri ini hingga saat ini masih berstatus karyawan. Namun untuk menambah pendapatan, pasangan ini lantas mencoba-coba untuk membuat usaha pemasaran mukena batik colet atau istilahnya mukena batik lukis tangan khas Pekalongan.

Usaha tersebut dirintis sejak 1997 lalu. Seluruh produksi dilakukan di Pekalongan karena daerah ini merupakan sentra batik yang terkenal, selain Solo dan daerah-daerah lain. Produksi di daerah ini membuat harga jual mukena batik colet akan bisa bersaing, walau sudah sampai didistribusikan di Jakarta.

Uniknya, produksi mukena colet batik ini memang cukup rumit karena benar-benar buatan tangan si perajin alias handmade. Dengan cara seperti ini, nilai seninya semakin kelihatan dan membuat mukena colet ini semakin menawan.

Awalnya, produksi mukena colet ini hanya menggantungkan dari dua tenaga pekerja. Lantas semakin permintaan membeludak, maka tenaga ditambah hingga tujuh orang. Itu hanya tenaga pelukisnya saja. Sementara tenaga penjahit, pengobras dan bagian melipat serta quality control berjumlah 8 orang.

Pada saat menjelang bulan puasa (Ramadhan), biasanya usaha mukena batik colet ini menambah jumlah pekerja karena permintaan juga meningkat tajam. "Orang-orang bilang berkahnya Ramadhan, mukena laris manis seperti kacang goreng," kata Dicky.

Selama rentang hampir enam tahun, Omah Mukenah Batik Colet Khas Pekalongan telah menghasilkan beragam jenis produk mukena dan kreativitas dari seni colet ini.

Kini sudah hampir 15 model colet mukena, mulai dari mukena colet biasa perpaduan bunga-bunga aneka warna plus renda, mukena gradasi, mukena pasir cinta, mukena gribigan (motif bilik), mukena colet timbul, mukena gelombang cinta, mukena mega cinta -perpaduan colet dengan bahan full color-, mukena anak-anak dari ukuran S, M, dan L dan untuk ABG pun diproduksi.

Selain itu, mukena ini juga menyediakan mukena untuk orang yang memiliki ukuran tubuh khusus, yaitu ukuran "jumbo" alias big size.

Untuk promosinya, mukena batik colet ini dipasarkan melalui jalur mulut ke mulut, arisan, saudara, komunitas pengajian hingga dijual di media sosial. Untuk harga per biji sekitar Rp 90.000-Rp 135.000.

Dengan hanya model pemasaran seperti itu saja, omzet sebulan bisa mencapai Rp 40 juta (pemasaran di Pekalongan) dan Rp 50-60 juta (pemasaran di Jakarta). "Jika ditotal, saat ini baru Rp 100-110 juta sebulan. Inipun kalau bulan biasa, belum lagi saat Ramadhan, Idul Fitri atau Idul Adha. Bisa lebih lagi," tambahnya tanpa mau menyebut marjin bersihnya.

Memang untuk menjual mukena batik colet ini pun tidak gampang. Usaha ini pun mendapat pesaing dari booming-nya mukena bordir dari Tasikmalaya dan Bukittinggi. Namun karena mukena ini memakai bahan kain santung (katun rayon) yang notabene lebih adem saat dipakai serta jahitannya lebih halus, maka lama-lama masyarakatpun lebih menyukai mukena jenis ini.

Untuk mengatasi bila sepi pesanan (khususnya bila bukan bulan Ramadhan atau Idul Fitri), maka Omah Mukenah Batik Colet Khas Pekalongan ini membuat inovasi dalam desain dan coraknya. Ke depan, pihaknya akan mengembangkan kebutuhan busana muslim lain seperti sajadah, sarung, baju koko, kopiah dan lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com