Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Mahal, Konsumsi Daging Sapi Merosot

Kompas.com - 12/02/2013, 03:20 WIB

SURABAYA, KOMPAS - Harga daging saat ini yang ber kisar Rp 80.000 per kg di Kota Surabaya, Jawa Timur, mendorong ibu rumah tangga dan penjual bakso beralih ke daging ayam. Pembelian daging sapi pun menurun drastis, membuat pedagang daging sapi di pasar tradisional dan pedagang sayur keliling mengurangi persediaan.

”Saya tidak bawa daging sapi yang biasa dikemas dalam plastik sebesar 250 gram, pasti tidak ada yang beli,” kata Parman (35), pedagang sayur keliling di kawasan Rungkut, Surabaya, Senin (11/2). Setiap hari daging sapi yang disediakan maksimal sebesar 2 kilogram dan dibungkus masing-masing sebesar 100 gram.

Pedagang sayur keliling itu mengatakan, porsi daging sapi memang diminimalisasi karena komoditas peternakan ini menjadi sasaran pencuri. ”Paling sering raib ya, daging sapi yang sudah di dalam plastik. Apalagi sedang mahal seperti sekarang, kalau tidak dipesan, saya malah tidak jual,” kata Parman.

Hal senada juga diungkap Riana (32), ibu rumah tangga dengan tiga anak yang sejak harga daging sapi melambung, diganti dengan daging ayam. ”Daging ayam juga mahal, tapi masih terjangkau, Ayam kampung Rp 46.000 per kilogram, tapi seekor bisa untuk cukuplah buat anak-anak,” katanya sembari menambahkan, dalam kondisi normal minimal mengolah 500 gram daging sapi per minggu.

Menurut Ny Rivai (45), pedagang daging sapi di Pasar Sopoyono, Rungkut, Surabaya, ketika harga daging pada kisaran Rp 60.000 hingga Rp 70.000 per kilogram, pedagang bakso tidak mengurangi jatah 5 kilogram daging sapi per hari. Kini penjual bakso mengurangi daging sapi hingga 50 persen.

”Ada pedagang bakso sebelumnya beli daging sapi 5 kg per hari, kini tinggal 2 kg, bahkan yang biasanya beli 2 kg malah hanya 500 gram. Alasannya harga terlalu mahal, sementara kalau menaikkan harga juga, seporsi bakso dari Rp 5.000 ke Rp 5.500 saja pembeli protes,” katanya.

Kondisi harga daging sapi yang mahal, menurut dia, disiasati oleh pedagang bakso dengan mencampur daging ayam serta menambah porsi tepung terigu. Harga daging ayam lebih murah sehingga bakso dicampur daging ayam agar harga jual tidak berubah secara signifikan.

”Konsumen utama di pasar tradisional ya pedagang bakso karena membeli daging sapi minimal 2 kg, kalau ibu rumah tangga beli daging hanya 100 gram hingga 200 gram, jadi tidak bisa diharapkan,” ujarnya Ny Rivai.

Sementara itu, pedagang sapi lokal menuduh kenaikan harga daging disebabkan permainan yang akan menguntungkan pengimpor. Anehnya, harga daging di pasaran naik sampai pada harga Rp 80.000 – Rp 90.000, tetapi harga sapi di pedagang lokal masih sangat murah.

Sudi Hartono, pedagang sapi lokal mengatakan hal itu kemarin. ”Anehnya, harga daging di pasaran sangat mahal, tetapi pedagang beli sapi ke peternak sangat murah,” katanya.

Akibatnya, peternak tidak lagi mau melepas sapinya ke pedagang dengan harga sangat murah. Peternak saat itu merasa terkecoh sehingga tidak lagi menjual sapinya dengan harga murah.

Sudi Hartono mengatakan, stok sapi di daerah sangat banyak dan kenaikan harga disebabkan permainan pasar. ”Saya punya 46 ekor sapi pemenang kontrak dari peternak yang menjadi binaan PTPN,” kata Sudi hartono.

Waktu harga sapi hidup Rp 35.000 per kg, Sudi membeli sapi milik sejumlah peternak dengan harga Rp 33.000 per-kg. Harapannya jika dijual saat itu langsung memperoleh untung Rp 2.000 per kg. (ETA/UTI/ODY/SIR)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketegangan Geopolitik Timur Tengah Dinilai Bikin Saham-saham Berfundamental Bagus Terdiskon

Ketegangan Geopolitik Timur Tengah Dinilai Bikin Saham-saham Berfundamental Bagus Terdiskon

Whats New
Sri Mulyani Sebut Sedang Siapkan Anggaran Pemerintah Prabowo-Gibran

Sri Mulyani Sebut Sedang Siapkan Anggaran Pemerintah Prabowo-Gibran

Whats New
Nilai Ekspor Indonesia Naik Jadi 19,62 Miliar pada April 2024

Nilai Ekspor Indonesia Naik Jadi 19,62 Miliar pada April 2024

Whats New
Adaro Energy Bakal Tebar Dividen Final Rp 6,4 Triliun Tahun Ini

Adaro Energy Bakal Tebar Dividen Final Rp 6,4 Triliun Tahun Ini

Whats New
Masuknya Starlink Dikhawatirkan Ancam Bisnis Operator Lokal, Luhut: Semua Harus Berkompetisi

Masuknya Starlink Dikhawatirkan Ancam Bisnis Operator Lokal, Luhut: Semua Harus Berkompetisi

Whats New
OJK Bakal Bikin Ketentuan Tarif Premi Asuransi Kendaraan Listrik

OJK Bakal Bikin Ketentuan Tarif Premi Asuransi Kendaraan Listrik

Whats New
Eks Pejabatnya Ditahan KPK Kasus Pengadaan Lahan, PTPN Sebut Dukung Proses Hukum

Eks Pejabatnya Ditahan KPK Kasus Pengadaan Lahan, PTPN Sebut Dukung Proses Hukum

Whats New
Bahlil Ajak Investor Australia ke Weda Bay

Bahlil Ajak Investor Australia ke Weda Bay

Whats New
Yusuf Mansur Pastikan Tidak Ada Uang Nasabah yang Tertinggal di Paytren

Yusuf Mansur Pastikan Tidak Ada Uang Nasabah yang Tertinggal di Paytren

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Spend Smart
Bisnis Asuransi Tidak Normal, OJK Beri Peringatan Tegas untuk Pasaraya Life

Bisnis Asuransi Tidak Normal, OJK Beri Peringatan Tegas untuk Pasaraya Life

Whats New
Resmi, Neraca Dagang RI Surplus 4 Tahun Berturut-turut

Resmi, Neraca Dagang RI Surplus 4 Tahun Berturut-turut

Whats New
Strategi Medco Genjot Produksi Migas  dan Terapkan Transisi Energi

Strategi Medco Genjot Produksi Migas dan Terapkan Transisi Energi

Whats New
Daftar PSN Transportasi yang Sudah Rampung dan Masih Berjalan

Daftar PSN Transportasi yang Sudah Rampung dan Masih Berjalan

Whats New
72 Calon Masinis Whoosh Dilatih oleh Masinis Kereta Cepat dari China

72 Calon Masinis Whoosh Dilatih oleh Masinis Kereta Cepat dari China

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com