Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lilik Oetama: Menjadikan Industri MICE Indonesia Kian Disegani

Kompas.com - 18/02/2013, 11:42 WIB

KOMPAS.com - Industri jasa penyelenggara pertemuan, insentif, konferensi, dan ekshibisi (meeting, incentive, conference and exhibition/MICE) semakin marak seiring dengan pertumbuhan ekonomi nasional dan kian terintegrasinya Indonesia dengan negara-negara di forum internasional. Indonesia belakangan ini menjadi salah satu tujuan MICE dunia.

Menyikapi kondisi ini, PT Dyandra Media International (DMI) yang sudah berada di industri ini sejak 19 tahun lalu terus berbenah diri. Bagian dari kelompok bisnis Kompas Gramedia, Dyandra yang membawahi 35 anak perusahaan strategis ini menyediakan jasa MICE yang terintegrasi. Dyandra kini menguasai 80 persen pangsa MICE di Indonesia. Dyandra didukung empat pilar bisnis utamanya, yakni professional exhibition/event organizer, hotels, convention centers, dan exhibition/event supports.

Guna meningkatkan kinerja dan semakin memperkuat posisi industri MICE Indonesia di kawasan, Dyandra segera menawarkan saham di Bursa Efek Indonesia bulan Maret ini. Dyandra menjadi industri MICE pertama di Indonesia yang tercatat di bursa saham.

Seperti apa prospek industri MICE dan langkah strategis Dyandra ke depan, berikut petikan wawancara dengan Chief Executive Officer Dyandra Media International Lilik Oetama, yang ditemui di Jakarta, Jumat (15/2/2013). Lilik ditemani Danny Budiharto, Direktur Operasional Dyandra.

Apa tujuan dari IPO nanti?

Demi pertumbuhan yang lebih baik, Dyandra perlu membangun properti-properti sendiri. Kita akan memanfaatkan leverage yang didapatkan dari dana masyarakat sebaik mungkin sekaligus masyarakat akan memanfaatkan kelayakan tata kelola perusahaan. Hasil IPO akan digunakan untuk 30 persen modal kerja, 30 persen belanja modal, dan 30 persen untuk bayar utang.

Bisnis MICE ke depan?

Sangat baik. Contoh, waktu pertama bikin pameran mobil (Indonesia International Motor Show/IIMS) tahun 2000 butuh areal pameran 5.000 meter persegi. Tahun 2012 butuh areal 70.000 meter persegi. Tahun ini diminta areal 100.000 meter persegi. Jadi terus berkembang.

Santika Premiere Dyandra Hotel and Convention di Medan mempunyai convention center. Mulai tahun lalu juga sudah digelar pameran mobil di sana. Dyandra juga memiliki Nusa Dua Convention Center. Di Surabaya ada Gramedia Expo. Dyandra juga akan bangun hal serupa di Makassar karena pasarnya besar. Dyandra sedang membangun

Indonesia International Convention and Exhibition Center di Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang Selatan. Untuk tahap pertama dibangun seluas 200.000 meter persegi di atas lahan 25 hektar.

Tahun lalu, wisatawan asing ke Indonesia 8 juta orang. Tahun ini ditargetkan 9 juta. Singapura tahun lalu 14 juta dan Malaysia 20 juta orang. Kita punya Bali, Lombok, dan Medan yang unggul dibanding negara lain. Prospek MICE masih tinggi.

Bagaimana perbandingannya dengan di luar negeri?

Bisnis ini menarik. Di Indonesia, Dyandra menjadi perusahaan MICE pertama yang akan listing. Di luar negeri sudah ada yang listing. Pemain global juga banyak dengan kapitalisasi pasar besar. Di Asia Tenggara, industri MICE masih rendah. Gedung di Indonesia paling hanya menawarkan areal 2.000-3.000 meter persegi. Dyandra nantinya akan membawa Bali untuk bersaing dengan Hongkong dan Singapura di industri MICE ini.

Bagaimana peta kompetisi bisnis ini di Indonesia?

Sejumlah event organizer asing masuk ke Indonesia. Modal dan pengetahuan mereka besar. Mereka jadi pesaing utama. Kita harus tetap menjadi raja di negeri sendiri. Ekonomi Eropa lagi turun, ekonomi AS stagnan. China dan India relatif jenuh. Saat ini, semua melirik ke Indonesia,

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com