Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menteri Perdagangan Kunjungi Sentra Tahu-Tempe

Kompas.com - 20/02/2013, 20:22 WIB
Eny Prihtiyani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Pemerintah tengah berupaya mengatur tata niaga kedelai melalui program Stabilisasi Harga Kedelai (SHK). Program ini bertujuan untuk menjaga stabilitas harga beli kedelai di tingkat petani, sekaligus menjaga stabilitas harga jual kedelai di tingkat perajin tahu-tempe secara bersamaan sehingga nantinya dapat mendukung kelangsungan industri tahu dan tempe di Indonesia.

Hal itu diungkapkan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan saat berkunjung ke sentra kerajinan tahu dan tempe di Semanan, Jakarta Barat, Rabu (20/2/2013). Gita bertemu dengan 250 perajin dari 900 perajin yang sedang memproses pembuatan tahu-tempe di bawah binaan Perkampungan Industri Kecil (PIK) Kopti Semanan.

Jumlah tenaga kerja yang terserap untuk industri tahu-tempe di Semanan mencapai 2.315 orang, dan sebagian besar berasal dari Pekalongan, Jawa Tengah. "Kami berharap industri ini dapat membuka lapangan kerja yang lebih luas lagi, khususnya bagi tenaga kerja mikro kecil," kata Gita.

Hingga saat ini, jumlah bahan baku kedelai yang dibutuhkan oleh para perajin sebanyak 61.910 kg per hari atau sekitar 53 kg per hari per perajin. Keseluruhan kebutuhan kedelai tersebut dipenuhi melalui Primer Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Primkopti) Swakerta Jakarta Barat.

Kebutuhan kedelai nasional saat ini relatif besar, yaitu sekitar 2,5 juta ton, sedangkan tingkat ketergantungan terhadap impor masih tinggi, yaitu sebesar 1,8 juta ton atau 70 persen dari kebutuhan nasional. "Untuk itu, diperlukan kepastian pasokan dan harga kedelai melalui Program Stabilisasi Harga Kedelai," kata Gita.

Menurut Gita, fakta tersebut menunjukkan ketergantungan terhadap kedelai impor masih cukup tinggi, terlebih untuk kebutuhan bahan baku tahu-tempe yang membutuhkan kedelai dengan jenis dan kualitas khusus. Dengan program SHK, diharapkan dapat membantu mengurangi fluktuasi harga kedelai sekaligus menjaga keseimbangan antara ketersediaan dan permintaan kedelai.

"Apabila fluktuasi harga dapat dikendalikan, kenaikan maupun penurunan harga dapat diprediksi sebelumnya sehingga baik petani kedelai maupun perajin tahu-tempe dapat memperkirakan besarnya biaya produksi," tutur Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Srie Agustina.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com