Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sambangi KPK, Dahlan Desak Proyek PLTU Diusut

Kompas.com - 27/02/2013, 17:20 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com- Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan mendesak Komisi Pemberantasan Korupsi mengusut proses tender pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di Kalimantan Timur dan Riau. Pada Rabu (27/2/2013) petang,  Dahlan menyambangi Gedung KPK, Kuningan, Jakarta.

“Saya meminta KPK melakukan penyelidikan dan penyidikan untuk PLTU di Kaltim dan Riau pada waktu saya menjabat sebagai direktur utama PT PLN. Ada isu kongkalikong di situ, jadi saya mohon KPK melakukan penyelidikan dan penyidikan,” kata Dahlan. Proyek PLTU di Kaltim dan di Riau ini sempat menyeret-nyeret nama Dahlan.

Mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin menyebut Dahlan mendapatkan fee dari proyek tersebut saat masih menjadi Dirut PT PLN. Menurut Nazaruddin proyek PLTU di Kaltim ini dimenangkan PT Adhi Karya sedangkan proyek di Riau akan dikerjakan PT Rekayasa Industri. Nazaruddin bahkan menyebut mantan Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum ikut menerima fee terkait proyek ini.

Sementara Dahlan, mengaku khawatir ada orang yang memanfaatkan namanya terkait proyek tersebut. Dahlan mendesak KPK mengusut proyek ini setelah menerima pengaduan dari masyarakat yang curiga akan adanya kongkalikong dalam proses tender.

“Saya sudah minta agar tidak ada kongkalikong tapi kok ada orang yang mengadu kepada saya, harganya lebih rendah, kok kalah ya, kok penawaran lebih rendah kok kalah,” ujar Dahlan. Sebelumnya dia juga membantah tudingan Nazaruddin soal penerimaan fee tersebut.

Menurut Dahlan, pihak yang kalah dalam proses tender dua proyek PLTU ini melaporkan kepadanya mengenai dugaan kongkalikong dalam penetapan pemenang tender. Atas laporan tersebut, Dahlan mengaku telah meminta agar panitia tender meneliti ulang. “Tapi tetap panitia memenangkan yang menang. Kemudian saya minta teliti ulang lagi, masih seperti itu,” ucapnya.

Jika dilihat dari penawaran harga yang diajukan, menurut Dahlan, seharusnya perusahaan yang mengajukan harga terendahlah yang menjadi pemenang tender. Namun, dia pun tidak tahu persis mengenai penilaian panitia tender ini karena ada perhitungan yang rumit mengenai kelistrikan. “Misalnya murah tapi kualitasnya apa, jadi saya cenderung ikut tim karena saya tidak ahli dalam tender itu seperti apa,” ujar Dahlan.

Hanya saja, Dahlan tetap mencurigai ada permainan sehingga muncul penyimpangan harga. Dia mengaku hanya tahu perkiraan nilai penyimpangan untuk proyek PLTU di Kaltim. “Sekitar Rp 50 miliar ini yang Kaltim tapi yang Riau saya tidak tahu sama sekali,” tambahnya.

Saat ditanya mengapa baru mendesak KPK saat ini sementara tender proyek itu dilaksanakan pada 2011, Dahlan menjawab, “Lebih baik sekarang, daripada telat,” katanya. Pemilik salah satu grup media di Indonesia ini pun membantah disebut melakukan pencitraan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

Whats New
Intip Rincian Permendag Nomor 7 Tahun 2024 Tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, Berlaku 6 Mei 2024

Intip Rincian Permendag Nomor 7 Tahun 2024 Tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, Berlaku 6 Mei 2024

Whats New
Kebijakan Makroprudensial Pasca-Kenaikan BI Rate

Kebijakan Makroprudensial Pasca-Kenaikan BI Rate

Whats New
Peringati May Day 2024, Forum SP Forum BUMN Sepakat Tolak Privatisasi

Peringati May Day 2024, Forum SP Forum BUMN Sepakat Tolak Privatisasi

Whats New
MJEE Pasok Lift dan Eskalator untuk Istana Negara, Kantor Kementerian hingga Rusun ASN di IKN

MJEE Pasok Lift dan Eskalator untuk Istana Negara, Kantor Kementerian hingga Rusun ASN di IKN

Whats New
Great Eastern Life Indonesia Tunjuk Nina Ong Sebagai Presdir Baru

Great Eastern Life Indonesia Tunjuk Nina Ong Sebagai Presdir Baru

Whats New
Dukung Kemajuan Faskes, Hutama Karya Percepat Pembangunan RSUP Dr Sardjito dan RSUP Prof Ngoerah

Dukung Kemajuan Faskes, Hutama Karya Percepat Pembangunan RSUP Dr Sardjito dan RSUP Prof Ngoerah

Whats New
Bantuan Pangan Tahap 2, Bulog Mulai Salurkan Beras 10 Kg ke 269.000 KPM

Bantuan Pangan Tahap 2, Bulog Mulai Salurkan Beras 10 Kg ke 269.000 KPM

Whats New
Menperin: PMI Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif Selama 32 Bulan Berturut-turut

Menperin: PMI Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif Selama 32 Bulan Berturut-turut

Whats New
Imbas Erupsi Gunung Ruang: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup, 6 Bandara Sudah Beroperasi Normal

Imbas Erupsi Gunung Ruang: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup, 6 Bandara Sudah Beroperasi Normal

Whats New
Jumlah Penumpang LRT Jabodebek Terus Meningkat Sepanjang 2024

Jumlah Penumpang LRT Jabodebek Terus Meningkat Sepanjang 2024

Whats New
Hingga Maret 2024, BCA Syariah Salurkan Pembiayaan ke UMKM Sebesar Rp 1,9 Triliun

Hingga Maret 2024, BCA Syariah Salurkan Pembiayaan ke UMKM Sebesar Rp 1,9 Triliun

Whats New
Antisipasi El Nino, Mentan Amran Dorong Produksi Padi NTB Lewat Pompanisasi

Antisipasi El Nino, Mentan Amran Dorong Produksi Padi NTB Lewat Pompanisasi

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru pada Jumat 3 Mei 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru pada Jumat 3 Mei 2024

Spend Smart
Keberatan Penetapan Besaran Bea Masuk Barang Impor, Begini Cara Ajukan Keberatan ke Bea Cukai

Keberatan Penetapan Besaran Bea Masuk Barang Impor, Begini Cara Ajukan Keberatan ke Bea Cukai

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com