Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setengah Abad Tas Elizabeth

Kompas.com - 02/03/2013, 05:02 WIB

Oleh Robert Adhi KSP

Handoko Subali (85) dan Elizabeth Halim (72) tidak pernah bermimpi usaha tas Elizabeth yang mereka rintis tahun 1963 berkembang pesat dan mencapai usia 50 tahun pada tahun ini. Dan kini, gerai tas Elizabeth tersebar di sejumlah kota di Indonesia, hampir di semua ibu kota provinsi di negeri ini.

Jika pada awalnya Handoko memasarkan sendiri tas dengan naik sepeda dari toko ke toko di Bandung, kemudian naik bus dari kota ke kota di Jawa, dan mempekerjakan salesman, mulai 1996 tas Elizabeth dipasarkan dengan membuka cabang dan gerai ritel di banyak mal di sejumlah kota di Indonesia.

Tahun 1962, kehidupan ekonomi keluarga baru itu sulit. Handoko mencari modal usaha dengan meminjam uang dari teman baiknya. Dia juga mendapat modal tambahan hasil arisan teman-teman ayah Elizabeth.

Modal mereka saat itu hanya satu mesin jahit dan satu sepeda kumbang. Dengan sepeda itulah, Handoko menawarkan tas dari toko ke toko di Jalan Kosambi (Jalan Ahmad Yani) dan Jalan Otista. Mereka menyewa rumah di Jalan Kebon Tangkil, Gardujati.

Sejak kecil, Elizabeth suka menjahit baju. Ia berpikir membuat tas tidak beda jauh dengan menjahit baju. Jadi, ia tidak kesulitan memulai usaha tas.

Handoko dan istri memilih tas perjalanan (travel bag) sebagai tas pertama yang diproduksi. Tahun 1963, pesanan tas sekitar dua lusin sehari dan dikerjakan tiga orang. Akhir tahun 1963, produksi rata-rata enam lusin sehari dengan delapan tenaga kerja.

Tahun 1965, pasangan ini pindah ke rumah sendiri di Kalipah Apo. Saat itu, jumlah karyawan 15 orang dan mereka diperlakukan sebagai anak asuh. Setiap anak asuh diberikan satu mesin jahit, bahan baku, dan aksesorinya.

Satu anak asuh rata-rata bisa menghidupkan lima orang karena mereka dibantu istri, anak, saudara. Setelah selesai membuat tas, mereka mendapat upah. Tiga-empat hari kemudian, mereka mengambil lagi bahan mentah. Tas-tas tersebut belum diberi merek.

Akhir tahun 1968, mereka menggunakan merek Elizabeth karena mudah diingat. Merek Elizabeth pun dipatenkan, bukan hanya pada tas bermerek Elizabeth, melainkan juga pada nama toko yang beroperasi tahun 1974.

Salah satu rahasia sukses tas Elizabeth adalah penggunaan bahan tas yang tidak ada di pasaran Indonesia sehingga perusahaan lain sulit meniru.

Sejak tahun 1972, Handoko dan Elizabeth ke Hongkong dan Singapura untuk mengikuti tren tas terkini. Kini, aktivitas ini dilanjutkan putri mereka, Lisa Subali.

Tahun 1972, keluarga Handoko pindah ke Jalan Otista. Produksi di Otista sebanyak 60 lusin per hari dikerjakan sekitar 100 anak asuh.

Tahun 1985, Handoko dan Elizabeth membeli tanah di Leuwigajah di kawasan industri Cimahi-Cimindi. Dua tahun kemudian, pabrik beroperasi. Mereka ingin memiliki satu tempat di mana semuanya dikerjakan dengan pengawasan yang baik. Jumlah karyawan saat itu 150 orang. Sistem anak asuh bertahap dikurangi.

Sejak tahun 1980-an, banyak pembeli, termasuk duta besar dan diplomat, datang ke Bandung. Salah satunya mengunjungi ruang pamer toko tas Elizabeth di Jalan Otista. Harga tas ditawar dengan harga grosir.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Astra Infra Group Bakal Diskon Tarif Tol Saat Lebaran 2024, Ini Bocoran Rutenya

Astra Infra Group Bakal Diskon Tarif Tol Saat Lebaran 2024, Ini Bocoran Rutenya

Whats New
Dampak Korupsi BUMN PT Timah: Alam Rusak, Negara Rugi Ratusan Triliun

Dampak Korupsi BUMN PT Timah: Alam Rusak, Negara Rugi Ratusan Triliun

Whats New
Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Spend Smart
Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Whats New
Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Whats New
Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com