Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cegah Kuota BBM Subsidi Jebol, Harus Ada Kebijakan Pengendalian

Kompas.com - 08/03/2013, 22:11 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pelaksana tugas Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Bambang Brodjonegoro menegaskan upaya pengendalian Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi harus dilakukan tahun ini. Terus melonjaknya konsumsi BBM bersubsidi, menurut Bambang karena belum juga ada kebijakan jelas terkait pembatasan BBM bersubsidi. Tahun ini, konsumsi BBM bersubsidi terancam kembali jebol melebihi kuota.

"Ada potensi (konsumsi BBM bersubsidi) melonjak ke 50-51 juta (kiloliter), karena pertumbuhan ekonomi terus jalan," ujar Bambang di Jakarta, Jumat (8/3/2013). Bila disparitas harga makin tinggi antara BBM bersubsidi dan Pertamax semakin tinggi, dikhawatirkan pengguna Pertamax juga bakal 'turun kelas' kembali ke Premium. Dalam kondisi itu, konsumsi BBM bersubsidi bahkan diduga bisa melonjak sampai ke kisaran 52-53 juta kiloliter.

Bambang menegaskan bila pengendalian tak segera dilakukan dan konsumsi BBM bersubsidi dibiarkan melonjak, maka anggaran belanja subsidi akan semakin besar dan mengganggu kesehatan fiskal. Dia memperkirakan setiap peningkatan kuota satu juta kiloliter dari volume yang ditetapkan 46 juta kiloliter, maka anggaran belanja subsidi untuk BBM akan bertambah sekitar Rp 4-5 triliun. "Kami sedang exercise apa yang bisa kami lakukan, salah satunya kombinasi dari (penyesuaian) harga dan non-harga," ucapnya.
 
Menurut Bambang, pengendalian konsumsi BBM bersubsidi harus dilakukan juga agar Pemerintah tak lagi bergantung pada impor minyak dan gas. Pengeluaran untuk impor minyak dan gas merupakan penyumbang terbesar defisit neraca perdagangan 2012. Per Desember 2012, belanja subsidi energi yang ditetapkan dalam APBN senilai Rp 202,4 triliun melambung sampai Rp 306,5 triliun, alias realisasi 151,5 persen.

Dari total nilai subsidi tersebut, BBM 'menyumbang' porsi subsidi Rp 211,9 triliun, alias 154,2 persen dari pagu yang ditetapkan Rp 137,5 triliun. Selebihnya adalah untuk subsidi listrik, senilai Rp 94,6 triliun atau 145,6 persen dari pagu Rp 65 triliun. Pada 2012, kuota BBM bersubsidi adalah 40 juta kiloliter, tetapi realisasinya mencapai 45,2 juta kiloliter.

Tahun ini, APBN mengalokasikan pagu belanja subsidi energi Rp 274,7 triliun. Rinciannya, subsidi BBM Rp 193,8 triliun dan subsidi listrik Rp 80,9 triliun. Asumsinya, volume konsumsi BBM subsidi adalah 46 juta kiloliter. (Heppy Ratna)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    IHSG Diperkirakan Akan Melemah, Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

    IHSG Diperkirakan Akan Melemah, Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

    Whats New
    Ditopang Data Inflasi AS, Wall Street Berakhir di Zona Hijau

    Ditopang Data Inflasi AS, Wall Street Berakhir di Zona Hijau

    Whats New
    Masih Terkendali, Inflasi AS Bulan April Turun Jadi 3,4 Persen

    Masih Terkendali, Inflasi AS Bulan April Turun Jadi 3,4 Persen

    Whats New
    Fitch Ratings Proyeksi Defisit Anggaran Pemerintahan Prabowo-Gibran Melebar Dekati 3 Persen

    Fitch Ratings Proyeksi Defisit Anggaran Pemerintahan Prabowo-Gibran Melebar Dekati 3 Persen

    Whats New
    RI Raup Rp 14,8 Triliun dari Ekspor Tuna, Pemerintah Harus Jaga Populasinya

    RI Raup Rp 14,8 Triliun dari Ekspor Tuna, Pemerintah Harus Jaga Populasinya

    Whats New
    OJK Sebut Porsi Pembiayaan Kendaraan Listrik Baru 0,01 Persen

    OJK Sebut Porsi Pembiayaan Kendaraan Listrik Baru 0,01 Persen

    Whats New
    Rencana Merger XL Axiata dan Smartfren Masuk Tahap Evaluasi Awal

    Rencana Merger XL Axiata dan Smartfren Masuk Tahap Evaluasi Awal

    Whats New
    [POPULER MONEY] 2.650 Pekerja Pabrik di Jabar Kena PHK dalam 3 Bulan Terakhir | Percikan Api Bikin Penerbangan Haji Kloter 5 Makassar Balik ke Bandara

    [POPULER MONEY] 2.650 Pekerja Pabrik di Jabar Kena PHK dalam 3 Bulan Terakhir | Percikan Api Bikin Penerbangan Haji Kloter 5 Makassar Balik ke Bandara

    Whats New
    Mesin Pesawat Garuda Terbakar Usai 'Take Off', Kemenhub Lakukan Inspeksi Khusus

    Mesin Pesawat Garuda Terbakar Usai "Take Off", Kemenhub Lakukan Inspeksi Khusus

    Whats New
    Apa Itu Saham Syariah? Simak Pengertian dan Karakteristiknya

    Apa Itu Saham Syariah? Simak Pengertian dan Karakteristiknya

    Earn Smart
    Simak 3 Tips Melunasi Pinjaman Online secara Efektif

    Simak 3 Tips Melunasi Pinjaman Online secara Efektif

    Whats New
    Cara Migrasi PLN Pascabayar ke Prabayar lewat Aplikasi

    Cara Migrasi PLN Pascabayar ke Prabayar lewat Aplikasi

    Whats New
    PLN Akan Tambah 111 SPKLU di Berbagai Lokasi 'Rest Area' Tol

    PLN Akan Tambah 111 SPKLU di Berbagai Lokasi "Rest Area" Tol

    Whats New
    3 Cara Cek Tabungan BRI Simpel Simpanan Pelajar

    3 Cara Cek Tabungan BRI Simpel Simpanan Pelajar

    Earn Smart
    Gandeng Swiss Re, Jasindo Bakal Kembangkan Layanan Mitigasi Risiko

    Gandeng Swiss Re, Jasindo Bakal Kembangkan Layanan Mitigasi Risiko

    Whats New
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com