Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belanja Pendidikan Terus Naik, tapi Apa Hasilnya?

Kompas.com - 14/03/2013, 16:59 WIB
Caroline Damanik

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam kurun waktu 2001-2010, tren anggaran dan belanja pendidikan nasional Indonesia terus meningkat. Menurut catatan Bank Dunia dari data yang diperoleh dari Kementerian Keuangan, APBD dan Badan Pusat Statistik, peningkatan belanja pendidikan terbesar terjadi antara tahun 2009, yaitu sebesar 17 persen, dalam arti riil.

Peningkatan anggaran, yang diikuti belanja, merupakan kabar gembira meski pelaku sektor pendidikan di daerah kerap mengatakan anggaran tak pernah cukup. Namun, faktanya anggaran dan belanja pendidikan terus naik. Lalu, apakah hasilnya setara dengan peningkatan tersebut?

Dalam catatan distribusi anggaran berdasaran tingkat pendidikan yang diolah Bank Dunia, komposisi penggunaan anggaran pendidikan pada tahun 2008 terdiri dari 2 persen untuk pendidikan anak usia dini (PAUD), 58 persen untuk pendidikan dasar, 9 persen untuk sekolah menengah, 8 persen untuk pendidikan tinggi, dan 23 persen untuk lain-lain.

Di tahun 2009, anggaran pendidikan untuk pendidikan dasar dikurangi dan dialokasikan ke pendidikan menegah dan pendidikan tinggi, masing-masing 1 persen.

Riset ini juga mencatat, lebih dari separuh tambahan dana anggaran pendidikan dibelanjakan untuk gaji guru dan sertifikasi guru. Meningkatnya belanja gaji guru disebutkan didorong oleh meningkatnya jumlah guru serta perubahan kontrak guru menjadi pegawai negeri sipil.

Meningkatnya jumlah guru menjadi perhatian sehingga jumlah guru didapati melebihi jumlah murid sejak tahun 2004. Bank Dunia mencatat, sayangnya, peningkatan jumlah guru ini malah tidak berbanding lurus dengan hasil belajar para siswa.

"Setelah desentralisasi, jumlah guru harus ditingkatkan dan rasio antara guru dan siswa meningkat dengan pesat. Memiliki banyak guru sepertinya hal yang baik. Namun hasilnya tidak mencerminkan hal ini, ungkap perwakilan dari Kantor Bank Dunia Jakarta, Pedro Cerdan-Infantes, dalam diskusi panel bertajuk "Ke Mana Arah politik Pendidikan Nasional dengan Anggaran yang Terus Meningkat?" di Universitas Paramadina, Sabtu (14/3/2013).

Pedro mengatakan, kesimpulan itu diperoleh melalui tes terhadap kemampuan siswa dalam bidang matematika dan bahasa dan membandingkannya dengan rasio antara siswa dan guru.

"Hasilnya adalah tidak terlalu ada hubungan antara tercapainya tujuan dengan rasio siswa dan guru. Jadi menambah jumlah guru belum tentu mengkatkan kemampuan siswa," tuturnya.

Pedro mengatakan, peningkatan belanja pendidikan memang meningkatkan kemajuan dalam akses dan kesetaraan pendidikan. Anak-anak dari keluarga miskin didapati masuk sekolah pada usia lebih dini dan bersekolah lebih lama. Namun, secara kualitas, pendidikan nasional masih jauh dari harapan.

Menghamburkan anggaran

Pada prakteknya, belanja pendidikan akhirnya didasarkan pada berapa anggaran yang diterima. Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB) Satryo Soemantri Brodjonegoro mengatakan, pemerintah daerah dan dinas pendidikannya, terutama di kabupaten/kota, akhirnya berusaha menghabiskan anggaran dengan cepat.

Misalnya, menggelar pertemuan rutin, belanja alat tulis kantor, atau uang dinas. Akibatnya, pembangunan hanya maju secara fisik, bukan kualitas.

Menurut Satryo pula, institusi pendidikan pun tak lepas dari praktek "menghambur-hamburkan" anggaran ini. Dia mengaku pernah berbincang dengan sejumlah rektor dari universitas yang memiliki Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan sehubungan dengan jumlah guru yang terus meningkat.

"Saya tanya, mengapa mereka menerima banyak mahasiswa. Jawabannya adalah supaya mendapatkan anggaran dari pemerintah. Itulah yang terjadi. Menerima siswa atau mahasiswa demi anggaran," tuturnya.

Mantan Dirjen Dikti ini meminta semua pihak, terutama pemerintah dan institusi pendidikan negeri, untuk memperbaiki pola pikir dalam pengembangan pendidikan.

"Jadi program tidak lagi ada karena di-driven oleh anggaran. Kita harus membahas program dan punya rencana perbaikannya dulu, kemudian mendapatkan anggaran," tegasnya.

Pedro juga menambahkan, masalah pendidikan tak bisa diselesaikan hanya dengan pendekatan finansial.

"Yang dapat dilakukan pemerintah di antaranya adalah merealokasi strategis sumber daya yang ada, termasuk promosikan beasiswa, PAUD, kesiapan sekolah dan pendidikan dasar di masa depan," ungkapnya.

"Lalu dengan meningkatkan efektivitas pembelanjaan anggaran di tingkat daerah, yaitu mendorong pemerintah daerah membelanjakan uangnya dengan benar sesuai prinsip-prinsip pendidikan," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com