Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Akui Distribusi Jelek

Kompas.com - 22/03/2013, 02:54 WIB

Jakarta, Kompas - Sejumlah sentra cabai di Tanah Air tidak kekurangan produksi. Namun, petani tidak dapat menikmati harga yang tinggi di pasar. Harga cabai di tingkat petani relatif rendah dan melambung saat tiba di pasar di Jakarta. Pemerintah mengakui distribusi cabai kurang bagus.

Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, Kamis (21/3), di Jakarta, menyatakan, persoalan itu dipengaruhi pasokan yang berkurang akibat musim hujan. Dengan kondisi itu, pemerintah akan berupaya menambah pasokan.

Meski demikian, ia enggan menjelaskan apakah penambahan pasokan itu dengan mengimpor atau tidak. ”Cabai ini sangat musiman sekali. Begitu musim hujan, harga naik. Kita memang perlu kendalikan,” katanya.

Sementara itu, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian Haryono mengakui adanya disparitas harga cabai yang cukup tinggi antara harga di tingkat petani dan eceran atau konsumen. Begitu pula disparitas harga antarwilayah.

”Disparitas itu terjadi sebagai akibat distribusi barang (cabai) yang kurang bagus,” kata Haryono.

Penyebabnya, menurut dia, bisa karena masalah transportasi yang tidak lancar atau ongkos transportasi yang meningkat. Juga penimbunan atau kenaikan permintaan yang besar dari industri cabai. ”Perlu segera ditelusuri di lapangan,” ujarnya.

Di sejumlah kota, harga cabai rawit meningkat karena adanya gangguan panen. Di Makassar, Sulawesi Selatan, harga cabai rawit naik dari Rp 20.000 menjadi Rp 40.000 per kilogram selama sepekan terakhir. Kenaikan harga itu dipicu minimnya pasokan dari sejumlah sentra penghasil cabai rawit.

Baidarus (40), ketua gabungan kelompok tani di Kecamatan Camba, Kabupaten Maros, Sulsel, mengatakan, tingginya intensitas hujan sejak bulan lalu merendam separuh lahan cabai seluas 1.200 hektar di daerahnya. Tingkat produktivitas lahan pun anjlok. Tahun lalu, lahan 1.000 meter persegi bisa memproduksi 1,5 ton cabai rawit, tetapi kini hanya 700-800 kg.

Harga cabai rawit di Banyuwangi, Jawa Timur, naik dua kali lipat dalam empat hari. Jika pada Minggu (17/3) harga cabai rawit Rp 25.000 per kg, pada Kamis (21/3) naik menjadi Rp 50.000 per kg. Langkanya panen akibat tanaman rusak menjadi penyebab kenaikan harga cabai.

Kenaikan harga itu tak memberikan nilai tambah bagi petani di Jatim, seperti di Jember, Malang, Kediri, dan Probolinggo. Namun, petani cabai rawit di Lembang, Bandung Barat, Jabar, berharap tak ada cabai impor untuk mengatasi tingginya harga ini. Adanya cabai impor dikhawatirkan merusak kesempatan petani menikmati harga tinggi yang hanya sesaat setelah kegagalan panen pada awal tahun yang membuat mereka rugi.
(WHY/MAS/ODY/ETA/RIZ/SIR/DIA/TIF/ABK/INK/NIK/WER/BAY/NIT/WSI/RON)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dorong Investasi di Industri Antara, Kemenperin: Kami Persiapankan 'Tax Holiday'

Dorong Investasi di Industri Antara, Kemenperin: Kami Persiapankan "Tax Holiday"

Whats New
Astra Life Catat Premi Bruto Rp 6,1 Triliun Sepanjang 2023

Astra Life Catat Premi Bruto Rp 6,1 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
Rugi Bersih GOTO Susut 78 Persen, Jadi Rp 862 Miliar pada Kuartal I-2024

Rugi Bersih GOTO Susut 78 Persen, Jadi Rp 862 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Industri Fintech Lending Rugi pada Awal 2024, Ini Sebabnya Menurut Asosiasi

Industri Fintech Lending Rugi pada Awal 2024, Ini Sebabnya Menurut Asosiasi

Whats New
Menteri Trenggono Minta Reklamasi PIK Pakai Sedimentasi Laut

Menteri Trenggono Minta Reklamasi PIK Pakai Sedimentasi Laut

Whats New
Tren dan Peluang Investasi Kripto, Indonesia Berpotensi Pimpin Pasar ASEAN

Tren dan Peluang Investasi Kripto, Indonesia Berpotensi Pimpin Pasar ASEAN

Spend Smart
Kredit BNI Tumbuh Jadi Rp 695,16 Triliun pada Kuartal I 2024, UMKM dan Konsumer Jadi Mesin Baru

Kredit BNI Tumbuh Jadi Rp 695,16 Triliun pada Kuartal I 2024, UMKM dan Konsumer Jadi Mesin Baru

Whats New
Elnusa dan Pertagas Siap Kerjakan Proyek Kolaborasi Infrastruktur Energi di Kandis Riau

Elnusa dan Pertagas Siap Kerjakan Proyek Kolaborasi Infrastruktur Energi di Kandis Riau

Whats New
Perluasan Sektor Kredit, 'Jamu Manis' Terbaru dari BI untuk Perbankan

Perluasan Sektor Kredit, "Jamu Manis" Terbaru dari BI untuk Perbankan

Whats New
Survei BI: Kebutuhan Pembiayaan Korporasi pada Kuartal I-2024 Meningkat

Survei BI: Kebutuhan Pembiayaan Korporasi pada Kuartal I-2024 Meningkat

Whats New
Stranas Bisnis dan HAM, Upaya Pemerintah Lindungi Pekerja dalam Praktik Bisnis

Stranas Bisnis dan HAM, Upaya Pemerintah Lindungi Pekerja dalam Praktik Bisnis

Whats New
Soal Boks Mainan Megatron 'Influencer' Rusak, Ini Penjelasan Bea Cukai dan DHL

Soal Boks Mainan Megatron "Influencer" Rusak, Ini Penjelasan Bea Cukai dan DHL

Whats New
Kredit Bank Jatim Naik 18,7 Persen Sepanjang Kuartal I-2024

Kredit Bank Jatim Naik 18,7 Persen Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Menteri Trenggono Akui Sulit Cegah Penyelundupan Benih Lobster

Menteri Trenggono Akui Sulit Cegah Penyelundupan Benih Lobster

Whats New
Ormas Bakal Bisa Kelola Izin Tambang, Ini Alasan Bahlil

Ormas Bakal Bisa Kelola Izin Tambang, Ini Alasan Bahlil

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com