Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inflasi Maret Capai Rekor

Kompas.com - 02/04/2013, 02:48 WIB

Jakarta, Kompas - Inflasi Maret mencapai 0,63 persen. Ini adalah rekor tertinggi inflasi bulan Maret selama lima tahun terakhir, yang dipicu persoalan dalam pasokan produk hortikultura. Padahal, pada bulan Maret biasanya cenderung terjadi deflasi karena bertepatan dengan musim panen padi.

Kepala Badan Pusat Statistik Suryamin dalam keterangan pers, di Jakarta, Senin (1/4), menyatakan, inflasi Maret sebesar 0,63 persen tersebut masih relatif tinggi dibandingkan lima tahun belakangan. Catatan inflasi tertinggi sebelumnya terjadi pada Maret 2008, yakni 0,95 persen.

Dari catatan Kompas, Maret 2009-2011 selalu deflasi. Deflasi tertinggi terjadi Maret 2009 sebesar 0,31 persen. Sementara Maret 2012 mulai mencatatkan inflasi sebesar 0,07 persen.

Menurut Suryamin, penyumbang utama inflasi Maret 2013 adalah bahan makanan yang mencapai 0,51 persen. Inflasi bahan makanan mencapai 2,04 persen dibandingkan Februari.

Adalah lonjakan harga produk hortikultura, menurut Suryamin, yang menjadi penyumbang utama inflasi bahan makanan. Produk itu, bawang merah, bawang putih, cabai rawit, dan jeruk.

Bawang merah dan bawang putih menyumbang 0,44 persen dan 0,2 persen dari inflasi. Sementara cabai rawit dan jeruk, masing-masing menyumbang 0,05 persen dan 0,02 persen.

Kenaikan harga bawang merah pada Maret dibandingkan Februari sebesar 82,23 persen. Kenaikan harga bawang putih 41,73 persen. Kenaikan harga cabai rawit 20,98 persen dan jeruk 2,18 persen.

Dengan inflasi Maret 0,63 persen, maka inflasi tahun kalender (Januari-Maret) 2013 mencapai 2,43 persen. Target inflasi pemerintah tahun 2013 adalah 4,9 persen. Inflasi tahunan Maret 2013 terhadap Maret 2012 sebesar 5,9 persen.

Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, A Tony Prasetiantono, berpendapat target inflasi 4,9 persen pasti gagal. ”Saya terkejut, inflasi Maret masih tinggi 0,63 persen. Artinya, upaya pemerintah memperbaiki tata niaga agar harga bawang dan juga cabai turun, belum berhasil. Namun, kita masih punya harapan hal ini bisa diatasi pada April,” kata Tony.

Jika inflasi April bisa normal, yakni di bawah 0,2 persen, Tony melanjutkan, maka inflasi pada periode yang sama pada tahun 2012 bisa ditekan ke 5,5 persen. Jika ini bisa dilakukan, suku bunga BI sementara ini masih bisa ditahan di level 5,75 persen.

”Saya duga BI masih akan menunggu respons di pasar uang sebelum memutuskan, apakah BI Rate tetap 5,75 persen atau naik ke 6 persen. Dari sisi pengendalian harga hortikultura, masih ada harapan dikendalikan pada bulan April sehingga BI Rate tetap 5,75 persen,” kata Tony.

Sekretaris Komite Ekonomi Nasional (KEN) Aviliani mengatakan, pemerintah belum bisa mengendalikan harga pangan dan bahan pangan. Oleh sebab itu, KEN mendorong agar pemerintah menghapus kebijakan impor dengan sistem kuota untuk digantikan sistem tarif.

Kejelasan soal definisi pangan, menurut Aviliani, mutlak ditetapkan pemerintah lewat peraturan. Tanpa kejelasan definisi dan jenis pangan apa yang dilindungi pemerintah, naiknya harga komoditas sekalipun bukan komoditas pangan akan mendorong kenaikan harga pangan. (LAS/MAS/ETA/UTI/BAY)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com