Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Naikkan Harga BBM, Presiden Harus Ambil Risiko

Kompas.com - 09/04/2013, 12:07 WIB
Didik Purwanto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono harus mengambil risiko terkait rencana kebijakan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi atau tidak. Bahkan Presiden harus siap dianggap mengambil kebijakan tidak populis atas kebijakan tersebut.

"Ini memang kebijakan tidak populis. Namun kalau tujuannya untuk kepentingan masyarakat, Presiden pasti berhasil, meski awalnya ditentang masyarakat," kata Hidayat saat ditemui di acara Munas ke-9 Apindo di Hotel JS Luwansa Jakarta, Selasa (9/4/2013).

Hidayat mengatakan, Presiden memang memberi sinyal dua keputusan soal BBM bersubsidi yaitu menghapus anggaran subsidi untuk kalangan menengah atas. Intinya akan melarang konsumsi BBM bersubsidi pada kendaraan pribadi. Selain itu, Presiden juga memberi sinyal terkait menaikkan harga BBM bersubsidi.

"Namun untuk opsi pertama, ini hanya menghemat anggaran negara sekitar Rp 80 triliun. Apakah itu bisa memadai atau tidak. Tapi kalau Presiden ambil opsi kedua, maka risiko politisnya sangat besar," tambahnya.

Dengan kondisi itu, Presiden sangat hati-hati memutuskan kebijakan soal BBM bersubsidi ini. Presiden juga ingin agar bila jadi menaikkan harga BBM bersubsidi, maka harus dibarengi dengan pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT) ke masyarakat.

"Sementara saat Presiden memberikan BLT, ini pasti ditentang oleh sebagian partai politik (bisa dianggap sebagai kampanye terselubung jelang pemilu)," tambahnya.

Secara pribadi, Hidayat mendukung Presiden untuk menaikkan harga BBM bersubsidi. Bahkan kalangan industri mengaku siap jika keputusan itu diambil. "Dampak ke industri sudah pasti ada, tapi sudah dikalkulasi, ini masih aman," tambahnya.

Sebaliknya, jika opsi menaikkan harga BBM bersubsidi tidak diambil, politisi Partai Golkar ini menjelaskan keuangan negara akan terus mengalami defisit, kondisi moneter terganggu dan berimbas ke penurunan nilai tukar Rupiah. "Jika kebijakan menaikkan harga BBM bersubsidi tidak diambil, jadi jangka panjangnya tidak bagus. Kondisi fiskal dan moneter kita bengkak," tambahnya.

Namun Hidayat akan menyerahkan semua keputusan terkait BBM bersubsidi ini kepada Presiden. "Saya memang menganjurkan harga BBM naik, tapi harus dihitung (besarannya). Soal waktu, saya tidak mau berspekulasi," jelasnya.

Ikuti artikel terkait di Topik Subsidi BBM untuk Orang Kaya?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Mudah, Begini Cara Cek Saldo JHT BPJS Ketenagakerjaan via Aplikasi JMO

    Mudah, Begini Cara Cek Saldo JHT BPJS Ketenagakerjaan via Aplikasi JMO

    Whats New
    OJK: Portofolio Investasi Dana Pensiun Masih Didominasi Instrumen SBN

    OJK: Portofolio Investasi Dana Pensiun Masih Didominasi Instrumen SBN

    Whats New
    Capex Adalah: Pengertian, Jenis, Contoh, dan Cara Menghitungnya

    Capex Adalah: Pengertian, Jenis, Contoh, dan Cara Menghitungnya

    Earn Smart
    Prospek Reksadana Campuran Dinilai Masih Menarik, Ini Alasannya

    Prospek Reksadana Campuran Dinilai Masih Menarik, Ini Alasannya

    Whats New
    Pemerintah Kantongi Rp 21,36 Triliun dari Lelang 7 Seri Surat Utang Negara

    Pemerintah Kantongi Rp 21,36 Triliun dari Lelang 7 Seri Surat Utang Negara

    Whats New
    OJK Tindak 45 Iklan Keuangan yang Langgar Aturan pada Kuartal I-2024

    OJK Tindak 45 Iklan Keuangan yang Langgar Aturan pada Kuartal I-2024

    Whats New
    Asosiasi Vape Gencarkan Edukasi untuk Kurangi Kebiasaan Merokok

    Asosiasi Vape Gencarkan Edukasi untuk Kurangi Kebiasaan Merokok

    Whats New
    Cara Resign dari Pekerjaan dengan Sopan dan Tanpa Drama

    Cara Resign dari Pekerjaan dengan Sopan dan Tanpa Drama

    Work Smart
    PGN Saka Resmi Perpanjang Kontrak WK Ketapang Bersama Petronas di IPA Convex 2024

    PGN Saka Resmi Perpanjang Kontrak WK Ketapang Bersama Petronas di IPA Convex 2024

    Whats New
    MSIG Life Bayar Klaim Meninggal Dunia dan Kesehatan Rp 164 Miliar per Kuartal I 2024

    MSIG Life Bayar Klaim Meninggal Dunia dan Kesehatan Rp 164 Miliar per Kuartal I 2024

    Whats New
    Cara Bayar Iuran BPJS Kesehatan lewat BRImo dengan Mudah

    Cara Bayar Iuran BPJS Kesehatan lewat BRImo dengan Mudah

    Spend Smart
    Di IPA Convex 2024, Pertamina, Petronas, dan MedcoEnergi Sepakat Prioritaskan Kolaborasi

    Di IPA Convex 2024, Pertamina, Petronas, dan MedcoEnergi Sepakat Prioritaskan Kolaborasi

    Whats New
    Bank Mandiri: Suku Bunga Acuan Belum Akan Turun dalam Waktu Dekat

    Bank Mandiri: Suku Bunga Acuan Belum Akan Turun dalam Waktu Dekat

    Whats New
    Freeport Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3-S2, Simak Persyaratannya

    Freeport Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3-S2, Simak Persyaratannya

    Work Smart
    Pemerintah Tetapkan 16 PSN Baru, Pelaksanaannya Disebut Tak Butuh APBN

    Pemerintah Tetapkan 16 PSN Baru, Pelaksanaannya Disebut Tak Butuh APBN

    Whats New
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com