Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BI Belum Khawatir Inflasi

Kompas.com - 12/04/2013, 03:20 WIB

Jakarta, Kompas - Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia memutuskan mempertahankan tingkat suku bunga acuan pada level 5,75 persen. Tingkat suku bunga acuan ini dinilai masih konsisten dengan sasaran inflasi tahun 2013 dan 2014, yakni sekitar 4,5 persen.

”Bank Indonesia akan memperkuat operasi moneter melalui penyerapan ekses likuiditas yang lebih besar ke tenor yang lebih jangka panjang,” kata Gubernur Bank Indonesia (BI) Darmin Nasution kepada pers seusai rapat Dewan Gubernur BI, di Jakarta, Kamis (11/4).

BI akan melakukan langkah tersebut setelah mencermati meningkatnya tekanan inflasi jangka pendek harga bahan pangan belakangan. Selain itu juga masih berlanjutnya tekanan terhadap keseimbangan eksternal.

Penuturan Darmin, BI juga tetap mewaspadai sejumlah risiko terhadap tekanan inflasi tersebut. Respons kebijakan moneter akan disesuaikan dengan kebutuhan.

BI akan melanjutkan kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai kondisi fundamental yang diperkuat dengan percepatan upaya-upaya pendalaman pasar valuta asing.

”BI juga memperkuat koordinasi bersama pemerintah dengan fokus upaya menekan defisit transaksi berjalan dan meminimalkan potensi tekanan inflasi dari sisi volatile foods (bahan pangan), termasuk kebijakan impor hortikultura,” kata Darmin.

Keputusan rapat Dewan Gubernur BI tersebut didasarkan pada sejumlah pertimbangan, antara lain pemulihan ekonomi global yang tidak seoptimistis prakiraan sebelumnya dan masih dibayangi ketidakpastian.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2013 diperkirakan 6,2-6,6 persen atau lebih rendah daripada perkiraan sebelumnya yang 6,3-6,8 persen.

Indeks harga konsumen pada Maret 2013 yang mencapai 0,63 persen berdasarkan data bulanan (month to month/mtm) atau 5,90 persen berdasarkan data tahunan (year on year/yoy) didorong gejolak harga pangan.

Inflasi kelompok bahan pangan sangat tinggi, yakni 2,44 persen (mtm) atau 14,20 (yoy). ”Khususnya pada bawang putih, bawang merah, dan cabai akibat gangguan pasokan terkait kebijakan impor yang diterapkan pemerintah,” ujar Darmin.

Inflasi inti masih stabil 4,21 persen (yoy), sejalan dengan masih terjaganya ekspektasi inflasi masyarakat dan memadainya kapasitas produksi.

”Survei kami menunjukkan bahwa pergerakan ke bawah sudah berjalan. Itu sebabnya kami percaya sampai akhir tahun nanti inflasi masih di dalam target,” kata Darmin.

Sementara itu, neraca pembayaran Indonesia triwulan II-2013 diperkirakan mengalami defisit yang lebih rendah daripada triwulan sebelumnya. Adapun defisit transaksi berjalan diperkirakan meningkat, terutama karena masih cukup tingginya impor.

”Cadangan devisa pada akhir Maret 2013 mencapai 104,8 miliar dollar AS atau setara 5,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, di atas standar kecukupan internasional,” ujar Darmin.

Pengajar ekonomi Unika Atma Jaya, A Prasetyantoko, mengatakan, menurut Dana Moneter Internasional (IMF), cadangan devisa yang aman itu setara dengan tiga sampai empat bulan impor dan kewajiban pembayaran utang luar negeri.

Jadi—mengacu konsensus global—cadangan devisa pada akhir Maret 2013 sebesar 104,8 miliar dollar AS atau setara dengan 5,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri tersebut pada dasarnya aman.

”Jadi, pada dasarnya aman. Namun, yang menjadi pertanyaan, sampai kapan BI akan terus mengintervensi kurs dan kuat menahan rupiah di bawah Rp 10.000?” kata Prasetyantoko.

Pengajar ekonomi UGM, Tony Prasetiantono, mengatakan, tren merosotnya cadangan devisa ini masih akan berlanjut sepanjang defisit perdagangan belum berhasil ditekan. (CAS/DEN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com