Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenaikan Harga Properti "Pukul" Pembeli Kelas Bawah

Kompas.com - 02/05/2013, 12:24 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pertumbuhan penjualan properti kelas menengah-atas di Jakarta diperkirakan akan tetap ada, meskipun pemerintah berencana menaikkan harga bahan bakar minyak bersubsidi, mulai Mei ini. Imbas kenaikan harga BBM lebih terasa pada properti untuk kelas bawah.

Associate Director Knight Frank Indonesia Hasan Pamudji, di Jakarta, Rabu (1/5/2013), mengatakan, kenaikan harga BBM bersubsidi akan berimbas pada menurunnya kemampuan daya beli masyarakat. Namun, imbasnya lebih terasa bagi masyarakat kelas bawah. Knight Frank merupakan salah satu lembaga konsultan properti di dunia yang membuka perwakilan di Indonesia.

"Ekonom memperkirakan kenaikan harga BBM bersubsidi sampai Rp 6.000 per liter akan berimbas pada penambahan inflasi 2 persen. Dampak inflasi berupa kenaikan harga aneka jenis barang ini akan terasa enam bulan mendatang. Untuk properti, harganya akan mengikuti inflasi," ucap Hasan.

Kenaikan harga properti ini, menurut Hasan, akan sangat terasa pada pembeli kelas bawah. Selain harus menopang kenaikan biaya hidup sehari-hari, mereka juga dihadapkan pada kenaikan harga properti. Kondisi ini diramalkan akan memberatkan penyerapan rumah bagi masyarakat kelas bawah.

"Mereka memerlukan waktu lebih untuk bisa mengumpulkan uang muka pembelian rumah. Selain itu, besar cicilan juga akan bertambah. Ini akan terasa bagi masyarakat kelas bawah," katanya.

Kenaikan biaya kebutuhan hidup harian juga dirasakan masyarakat kelas menengah dan atas. Namun, kalangan ini diperkirakan masih dapat menerima kenaikan harga properti meskipun ada penambahan ongkos. Apalagi, kebutuhan perumahan di Jakarta masih lebih tinggi ketimbang ketersediaannya.

Berdasarkan riset yang dirilis Knight Frank, akhir April 2013, terlihat indeks harga rumah di Indonesia sejak 2007 terus meningkat meskipun tidak setajam di Hongkong, India, atau China. Apabila indeks harga perumahan Indonesia di akhir 2007 sebesar 100, maka di akhir 2012 indeks mencapai 120. Hasan mengatakan, iklim kredit kepemilikan rumah di Indonesia masih mengakomodasi kepemilikan rumah dengan luas tanah di atas 70 meter persegi.

"Kebijakan pembatasan diberlakukan untuk meredam peningkatan properti kelas menengah-atas," ucapnya.  

Minati tengah kota

Minat orang untuk tinggal di tengah kota Jakarta ditunjukkan pula dalam data kependudukan. Dari data Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, kepadatan penduduk di Jakarta Pusat tahun 2013 diproyeksikan mencapai 18.926 orang per kilometer (km) persegi. Jakarta Pusat merupakan kota terpadat di DKI Jakarta, disusul Jakarta Barat dengan kepadatan 18.739 orang per km persegi, Jakarta Selatan (15.356), Jakarta Timur (15.035), Jakarta Utara (11.816), dan Kepulauan Seribu (2.594). Adapun rata-rata kepadatan penduduk DKI Jakarta 15.234 orang per km persegi.

Planolog Universitas Trisakti, Yayat Supriatna, mengatakan, kepadatan penduduk di pusat Jakarta menunjukkan bahwa orang memilih untuk bermukim lagi di pusat kota ketimbang di daerah pinggiran.

"Salah satu pertimbangannya adalah kemacetan yang kian parah dan biaya transportasi yang tinggi kalau tinggal di pinggiran. Akhirnya, orang kembali ke tengah kota," ujar Yayat. (ART)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com