Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Transaksi Modal Defisit

Kompas.com - 16/05/2013, 03:50 WIB

Yogyakarta, Kompas - Transaksi modal dan finansial menjadi andalan Indonesia untuk menutup defisit transaksi berjalan dalam neraca pembayaran Indonesia. Namun, pada triwulan I-2013, transaksi modal dan finansial justru defisit, kendati tak sebesar defisit transaksi berjalan.

Akibatnya, neraca pembayaran Indonesia (NPI) juga terseret menjadi defisit. Padahal, selama dua triwulan sebelumnya, NPI mencatat surplus.

NPI adalah suatu ikhtisar yang meringkas transaksi-transaksi antara penduduk suatu negara dan penduduk negara lain selama jangka waktu satu tahun. Neraca pembayaran terbagi atas transaksi berjalan, transaksi modal dan finansial, serta item lainnya.

Berdasarkan data Bank Indonesia yang dirilis Rabu (15/5), transaksi modal dan finansial defisit 1,37 miliar dollar AS (sekitar Rp 13,35 triliun). Padahal, pada triwulan IV-2012 transaksi modal dan finansial surplus 11,853 miliar dollar AS (Rp 115,3 triliun). Terakhir kali, transaksi modal dan finansial defisit pada triwulan III-2011, sebesar 3,11 miliar dollar AS (Rp 30,31 triliun).

Direktur Eksekutif Departemen Hubungan Masyarakat BI Difi Ahmad Johansyah menjelaskan, defisit transaksi modal dan finansial ini terjadi akibat BI memperbesar pasokan valuta asing (valas) untuk membayar impor minyak. Kebutuhan valas Pertamina, yang selama ini dipenuhi bank dan pasar uang, diambil alih melalui BI. ”Akibat aset valas bank meningkat, terjadi defisit transaksi modal dan finansial. Bukan karena arus keluar investasi asing,” kata Difi.

Dari transaksi modal dan finansial itu, penanaman modal asing (PMA) pada triwulan I- 2013 surplus 3,391 miliar dollar AS (Rp 33,05 triliun), turun dibandingkan triwulan IV-2012 yang sebesar 4,451 miliar dollar AS (Rp 43,38 triliun). Adapun portofolio triwulan I-2013 sebesar 2,907 miliar dollar AS (Rp 28,33 triliun), melonjak tinggi dibandingkan triwulan IV-2012 yang sebesar 182 juta dollar AS (Rp 1,77 triliun).

Direktur Eksekutif Departemen Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter BI Dody Budi Waluyo menambahkan, aset pada investasi lain yang anjlok dari surplus menjadi defisit ini akibat dana milik residen Indonesia yang ditempatkan di luar negeri. ”Jadi, devisa residen yang ada di luar negeri ini membuat aset dari surplus menjadi defisit,” ujarnya.

Perbankan tidak menggunakan valas yang tersedia. Hal ini berkaitan dengan kebijakan pemenuhan kebutuhan valas Pertamina oleh BI. ”Transaksi modal dan finansial defisit ini bukan karena pelarian modal. Jadi, tidak berbahaya,” kata Dody. BI yakin, pada triwulan II-2013, transaksi modal dan finansial akan kembali surplus.

Ekonom senior Bank Mandiri, Andry Asmoro, berpendapat, penempatan aset di luar negeri yang membuat transaksi modal dan finansial menjadi defisit itu bisa berupa deposit atau simpanan. Kondisi ini dinilai tidak berbahaya karena sejauh ini likuiditas dollar AS di Indonesia masih terjaga.

Menurut ekonom senior Standard Chartered Indonesia, Fauzi Ichsan, BI bisa menaikkan suku bunga term deposit dalam dollar AS. Dengan demikian, bank tidak akan menempatkan valas di luar negeri. (IDR)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com