Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tinggalkan Karier, Catur Sukses Bisnis Kemasan Makanan Beromzet Miliaran

Kompas.com - 25/04/2014, 07:35 WIB

Saat itu Catur sebenarnya sedang tidak ingin bekerja di tempat lain. Soalnya, posisinya saat itu sudah cukup tinggi dengan jabatan country manager di Detpack, perusahaan kemasan asal Australia. “Pada saat itu saya bilang saya sudah nyaman,” ucap Catur.

Namun, kedua temannya itu terus membujuk dan meyakinkannya untuk ikut mendirikan perusahaan patungan. Terus-terusan didekati, akhirnya hati Catur luluh juga.
Pada 2011, mereka resmi mendirikan perusahaan kemasan makanan bernama PT Paperocks.

“Dan kebetulan juga hampir semua customer saya, yang sudah jadi teman, juga mendukung,” tambah Catur. Saat pertama bergabung, Catur urunan modal sebesar Rp 200 juta. Duit itu dimanfaatkan buat membeli bahan baku.

Sementara, permesinan memanfaatkan mesin milik temannya yang sempat vakum lama karena krisis 1998. Sampai saat ini, Catur memiliki 30 persen saham perusahaan. Sedangkan sisanya dimiliki kedua temannya.

Selain dalam bentuk modal uang, yang banyak disumbang Catur ketika awal mendirikan perusahaan adalah jaringan pelanggan. Dillon sendiri sebenarnya pernah bekerja di Detpack sama seperti Catur.

Namun ketika itu ia fokus menangani ekspor, sehingga tidak memiliki pelanggan di domestik. “Saya yang network-nya ada di lokal,” ucap Catur.

Saat awal berdiri, Catur dan kedua rekannya fokus menggarap pasar dalam negeri. Sebab kondisi ekonomi belum memungkinkan untuk ekspor.

Catur mengaku tidak terlalu mengalami kesulitan dalam melakukan pemasaran. Fokus di pasar domestik, pelan-pelan Catur berhasil meningkatkan pangsa pasar di industri kemasan makanan di dalam negeri.

Ia tak menampik, banyak yang heran dengan kesuksesannya di pasar domestik dalam waktu yang relatif singkat. “Saya ini sudah 11 tahun di industri yang sama, sebenarnya teman-teman sendiri yang bantuin,” ujarnya merendah.

Sukses di bidang pema-saran itu tidak didapat dengan mudah. Catur harus gencar keliling daerah menemui relasi bisnisnya. Bahkan, hingga tahun 2012, ia belum sukses menembus pasar Surabaya. Padahal, Surabaya merupakan pintu masuk pemasaran ke kota-kota lain di Jawa Timur.    (Kornelis Pandu Wicaksono)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com