Oleh Budi Suwarna
KOMPAS.com - Sebuah panggilan telepon diterima Ahmad Imam M Rais awal tahun 2013. Saat itu, Rais tengah menyiapkan diri berangkat ke Australia untuk melanjutkan studi di program master hubungan internasional di University of Melbourne. Sang penelepon menawarkan beasiswa rendang untuk Rais.
Rais heran mendengar tawaran dari Wildan alias Umed (33) yang baru memulai usaha rendang bermerek Naniko Rendang di Bandung bersama istrinya, Lutfia Putri Rahmadani (29). Maklum, yang namanya bea siswa biasanya berupa dana pendidikan, tiket pesawat, dan dana untuk menutup biaya hidup selama menjalani studi. ”Tapi beasiswa yang ini bentuknya rendang.”
Tanpa pikir panjang, Rais menerima tawaran beasiswa unik itu. Singkat cerita, berangkatlah ia ke Australia dengan bekal beberapa kantong rendang Naniko. Sayangnya, sesampainya di tempat pemeriksaan bea dan cukai di Bandara Tullamarine, rendang yang dikemas seadanya itu tidak lolos. Akhirnya, rendang itu berakhir di tong sampah.
”Sedih sekali. Andai kata rendang itu lolos, saya tidak perlu makan mi terus-menerus di masa-masa transisi saya tinggal di Melbourne,” ujar Rais.
Setahun kemudian, Naniko kembali memberi beasiswa rendang kepada Rais. Kali ini, Naniko mengemas rendangnya dengan kemasan sesuai standar bea dan cukai Australia. ”Saya dapat kiriman 750 gram rendang paru, 750 gram rendang daging, dan 500 gram rendang jengkol,” tutur Rais.
Rais gembira bukan main. Ia bisa makan rendang, termasuk rendang jengkol, di Australia bersama teman-teman. Makanan itu ia makan sedikit demi sedikit hingga cukup untuk dua bulan. ”Lumayan untuk mengatasi kerinduan pada kuliner Indonesia,” ujar Rais.
Sinta Ridwan, mahasiswi Program Doktor Jurusan Filologi Universitas Padjadjaran dan Jurusan Etnolinguistik Universite de La Rochelle, Perancis, juga tercatat sebagai penerima beasiswa rendang Naniko. Alkisah, waktu Sinta ulang tahun, 11 Januari lalu, dia mendapat ucapan selamat dari akun Twitter Naniko. Pesannya kira-kira berbunyi, ”Seandainya ada yang bisa dititipi rendang ke Perancis, saya akan kirim kado rendang buat kamu.”
Maret lalu, ternyata ada dua seniman Bandung yang residensi di La Rochelle, Perancis, yakni Akbar dan Tepu. Tepu yang datang belakangan membawakan rendang beasiswa titipan Umed. Maka, malam itu pun mereka bertiga makan rendang bersama di Perancis yang romantis. ”Nikmatnya tiada tara,” kata Sinta yang studi di Perancis sejak September 2013.
Ali Bakti yang pergi ke Tsukuba, Jepang, untuk melanjutkan studi juga mendapatkan sokongan makanan. Namun, bentuknya bukan rendang, melainkan abon daging sapi produksi usaha rumahan Bon Garoet di kota Garut, Jawa Barat. Ia mendapat bekal 1,5 kilogram abon yang ia konsumsi secara hemat selama tiga bulan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanDapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.