Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Sukses Pengusaha Souvenir "Clay Tepung" di Salatiga

Kompas.com - 01/08/2014, 10:00 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

"Kebetulan saya sangat menyukai dunia sains, saya senang mengolah bahan. Saya mencoba membuat produk  sains yang banyak dipakai dalam kehidupan sehari-hari seperti sabun, lilin dan barang-barang fiberglass," tutur Joyce.

Suatu hari di perpustakaan sekolah, Joyce membaca sebuah buku sains yang di dalamnya ada sebuah teori yang mengatakan bahwa tepung kalau dicampur dengan lem putih (lem kayu) akan menghasilkan adonan yang kalau di-angin-anginkan dapat mengeras dengan sendirinya.

"Tapi di dalam buku tersebut tidak dijelaskan detail, termasuk tentang jenis tepung yang dimaksud," kata dia.

Terlintas dibenak Joyce untuk memulai wirausaha. Kenapa mesti bekerja dengan orang lain, jika dengan pengetahuannya itu selama ini ia sudah bisa membuat berbagai macam barang. Hingga akhirnya Joyce memberanikan diri untuk berhenti mengajar dan bertekad menekuni bisnis handycraft.

Usaha Joyce berpindah haluan dari dunia akademik menjadi pengusaha handycraft tidaklah mulus. Bahkan ia sempat kembali mengajar di Semarang, setelah usahanya gulung tikar karena jeblok di pemasaran.

"Saya mencoba clay tepung pada Februari 2008.  Untuk mendapatkan hasil yang halus, perlu jam terbang tinggi. Dari awal membuat sampai memperoleh hasil yang benar-benar halus dan layak jual, butuh waktu sekitar 3 bulan. Untungnya saya punya background pendidikan farmasi. Sehingga ada pengetahuan tentang sifat-sifat bahan," kata dia.

Adonan clay tepung ini sifatnya mudah mengeras kalau terkena udara, sehingga membentuknya harus cepat. Menurut Joyce, keterampilan tangan sangat mempengaruhi produk yang dihasilkan, sehingga butuh orang yang memiliki bakat dan keterampilan tinggi.

"Juga harus telaten, tapi tidak berarti yang tidak ada bakat tidak bisa mengerjakan. Semua tergantung pada niat dan usaha. Kalau sering latihan lama-lama bisa," tegasnya.

Tidak disangka, produk yang dihasilkan Joyce ini ternyata banyak yang tetarik. Banyak yang ingin membeli sekaligus ingin mempelajari cara membuatnya.  "Dari situ akhirnya saya membuat kursus  pada bulan Agustus 2008. Sedangkan pemasaran produk dan kursus saya lakukan dengan berjalan kaki dari satu toko ke toko yang lain untuk menitipkan brosur, sehingga banyak yang mengenal produk saya, memesan dan kursus," ujar dia.

Apresiasi dan dukungan dari konsumen terhadap produknya membuat Joyce semakin mantap untuk menjalankan bisnis ini. Kini ia bisa membuktikan, jika bisnis ini banyak mendatangkan keuntungan, tidak hanya finansial namun juga aktualisasi dari kemampuan diri.

"Saya tidak merasa gengsi karena dianggap turun kelas. Tapi justru bisa berbagi ilmu lebih nyata kepada orang banyak. Dari memberi kursus saya bisa memberikan inspirasi dan motivasi kepada orang lain untuk berwirausaha," imbuhnya.

Joyce sangat mengharapkan, bisnis yang digelutinya ini, ke depan bisa lebih dikenal luas oleh masyarakat. Bahkan termasuk ke luar negeri.  "Syukur bisa ekspor. Semoga bisa membuat lapangan kerja lebih luas," kata Joyce.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com