Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Self Driving: Menjadi Driver atau Passenger?

Kompas.com - 27/09/2014, 16:05 WIB
Tabita Diela

Penulis

 


JAKARTA, KOMPAS.com -
Pertumbuhan kelas menengah dan besarnya gelombang tenaga kerja baru adalah kesempatan besar bagi Indonesia. Sebentar lagi, merekalah yang akan memegang tampuk kepemimpinan dan membawa Indonesia bersaing dalam pasar bebas. Celakanya hingga saat ini, kebanyakan dari mereka masih terbelenggu orang tua, lingkungan, mitos, dan dirinya sendiri.

Gejala tersebut rupanya ditangkap dengan jeli oleh penulis, pengajar, dan praktisi manajemen, Rhenald Kasali. September ini, Rhenald kembali meluncurkan buku motivasi berjudul "Self Driving: Menjadi Driver atau Passenger?"

Buku ini bukan buku motivasi pertama Rhenald. Sebelumnya, dia juga sudah membuat buku-buku dalam genre yang sama, yaitu Recode Your Change DNA, Mutasi DNA Powerhouse, Myelin, Cracking Zone, Cracking Entrepreneurs, Cracking Values, Camera Branding, dan Let's Change.

Kali ini, Rhenald memulai bukunya dengan elegan, tapi menusuk. "Jleb", begitu cara saya membahasakannya. Dia mulai dengan kasus-kasus yang sempat diulas media, kemudian mengkritik hidup pembaca dengan cara yang santun.

Awalnya sederhana. Rhenald membangkitkan kesadaran pembaca bahwa masing-masing pembaca sebenarnya punya potensi yang luar biasa. Dia yakin, anak-anak Indonesia adalah "Rajawali yang terlanjur percaya bahwa dirinya hanya burung dara."

Karena itu, anak-anak ini harus dilepas dari belenggu. Mereka sendiri bisa berusaha untuk berubah, dan melepaskan diri dari belenggu tersebut. Begitu juga orangtuanya. Para orangtua pun harus belajar untuk tidak membelenggu dirinya sendiri dan anak mereka.

Dalam bukunya, Rhenald mengenalkan konsep "self driving". Baginya, "bangsa yang hebat adalah a driver nation." (Rhenald, 2014: 7). Driver nation hanya bisa dihasilkan dari pribadi yang disebut "driver". Dia sadar bahwa dialah mandataris kehidupan. Di sisi lain, pemimpinnya pun sadar bahwa dia mendapatkan mandat dari rakyat untuk melakukan perubahan.

Driver vs passenger

Rhenald membagi masyarakat Indonesia menjadi dua, mereka yang driver dan passenger. Idealnya, seseorang harus bermental driver agar bisa memimpin dirinya sendiri, kelompok, perusahaan, dan negara. Namun, rupanya negara ini penuh dengan orang-orang bermental passenger yang masih mengekor.

Selain itu, ada pula good driver, good passenger, dan bad driver, bad passenger. Orang-orang dalam kelompok bermental passenger, terlebih bad passenger, menurut Rhenald, telah mengalami pembentukan karakter yang buruk dalam hidupnya.

Akibatnya, seringkali kita temukan orang Indonesia tidak punya keseimbangan antara tutur kata dan tindakan. Ada luka batin yang membuat orang-orang ini cenderung menyakiti orang lain.

Selain "menyerang" tiap pribadi pembaca, Rhenald juga mengkritik berbagai fakta lain yang terjadi di Indonesia. Salah satunya, dia mengkritik sistem pendidikan Indonesia yang kaku dan seolah enggan berkembang. Dia juga secara vokal mengkritik kultur kerja di perusahaan-perusahaan dan pemerintahan.

Dibaca dengan jujur

Sembari menjelajah halaman demi halaman buku ini, Rhenald sukses membawa emosi pembaca. Dengan caranya sendiri, dia sukses membuat pembaca berkaca mengenai perjalanan hidup, perilaku, kebiasaan, dan luka-luka batin yang ada dalam diri pembaca.

Tidak hanya lewat pengalaman pribadi dan pandangannya, Rhenald juga menceritakan pengalaman hidup dari tokoh ternama. Mulai dari cerita TR, atau Theodore Roosevelt, hingga Gus Dur.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com