Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bermodal Seekor Kambing, Ahyadi Kini Punya 1.800 Kambing

Kompas.com - 29/09/2014, 18:52 WIB
Yoga Sukmana

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Jelang Idul Adha, pedagang hewan kurban menjamur di berbagai sudut Jakarta. Trotoar pun disulap jadi kandang dadakan.

Salah seorang pedagang hewan kurban di RT 014 RW 07 Kelurahan Duri Pulo, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat, Ahyadi (57), bercerita banyak mengenai usaha yang sudah 40 tahun dia geluti itu.

Lahir dari keluarga yang gemar beternak kambing, Ahyadi mengenang awal mula bisnis kambingnya dimulai dari pemberian satu ekor kambing oleh kakeknya saat ia berusia remaja. Bermodal kepercayaan itu, ia nekat meneruskan hobinya dengan tekun dan terus belajar mengembangkan usahanya itu.

"Saya ingat, dulu engkong saya cuma ngasih satu kambing. Tapi engkong yakin saya yang bisa ngembangin bisnis beginian," ujar pria yang kerap disapa Pak Haji itu, Senin (29/9/2014).

Seperti orang yang berbisnis dari nol, Ahyadi mengaku awal mengembangkan usahanya sangat sulit. Namun, ia tak pernah putus asa dan menikmati setiap kesulitan yang ditemuinya. Butuh waktu beberapa tahun untuk mulai terbiasa dengan pengembangbiakan kambing.

Setelah mengembangbiakkan kambingnya, Ahyadi mulai beralih melebarkan sayap usahanya dengan menjadi pedagang hewan kurban mulai tahun 80-an. Tak ia sangka, berjualan hewan menjelang Idul Adha selalu menguntungkannya, meski ia segan menyebutkan besarannya, tetapi ia mengaku bisa pergi haji dua kali pada akhir tahun 80-an tersebut.

Bahkan, katanya, dulu setiap setelah Idul Adha, dia selalu mampu membeli satu rumah. Ahyadi butuh waktu lama memang untuk sampai dalam posisi saat ini. Beberapa permintaan hewan kurban pun dia penuhi, bahkan ia juga memasok hewan kurban baik sapi maupun kambing ke berbagai perusahaan.

Saat ini Ahyadi mengaku mempunyai 1.800 ekor kambing yang dikembangkan di Cianjur, Jawa Barat. Namun, kesuksesann usahanya itu bukan tanpa halangan. Ia mengaku pernah terpuruk karena bisnis hewan sangat rentan dengan serangan penyakit, di antaranya yang paling parah yaitu antraks. Tak hanya itu, Ahyadi benar-benar dihantam masalah pada tahun 2007. Saat Jakarta dikepung banjir besar tahun itu, kambingnya pun tak mendapatkan pasokan makanan.

Ia mengaku sangat sulit membiarkan hewan-hewannya itu mati kelaparan. Akhirnya, ia mengambil keputusan yang besar dalam hidupnya, yaitu merelakan puluhan kambingnya dipotong dan dagingnya diberikan kepada warga yang membutuhkan pasokan makanan saat bencana banjir melanda Jakarta.

"Orang bilang kok saya begitu sampai rugi Rp 800 jutaan, tapi saya bilang mau gimana lagi. Tapi alhamdulillah itu barokah," ucap pria paruh baya itu sambil tersenyum.

Saat ini, setelah 40 tahun menggeluti bisnis jual kambing, keuntungan setiap kali Idul Adha tiba bisa mencapai Rp 60 juta. Namun, pria Betawi itu menyadari bahwa umurnya sudah tidak muda lagi. Untuk tetap mewariskan bisnis kambing itu, ia pun melibatkan anak dan cucu-cucunya untuk membantunya merawat hewan yang menjadi hobinya itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada Bansos dan Pemilu, Konsumsi Pemerintah Tumbuh Pesat ke Level Tertinggi Sejak 2006

Ada Bansos dan Pemilu, Konsumsi Pemerintah Tumbuh Pesat ke Level Tertinggi Sejak 2006

Whats New
Peringati Hari Buruh 2024, PT GNI Berikan Penghargaan Kepada Karyawan hingga Adakan Pertunjukan Seni

Peringati Hari Buruh 2024, PT GNI Berikan Penghargaan Kepada Karyawan hingga Adakan Pertunjukan Seni

Whats New
Kemenperin Harap Produsen Kembali Perkuat Pabrik Sepatu Bata

Kemenperin Harap Produsen Kembali Perkuat Pabrik Sepatu Bata

Whats New
IHSG Naik Tipis, Rupiah Menguat ke Level Rp 16.026

IHSG Naik Tipis, Rupiah Menguat ke Level Rp 16.026

Whats New
Warung Madura: Branding Lokal yang Kuat, Bukan Sekadar Etnisitas

Warung Madura: Branding Lokal yang Kuat, Bukan Sekadar Etnisitas

Whats New
Ini Tiga Upaya Pengembangan Biomassa untuk Co-firing PLTU

Ini Tiga Upaya Pengembangan Biomassa untuk Co-firing PLTU

Whats New
Strategi untuk Meningkatkan Keamanan Siber di Industri E-commerce

Strategi untuk Meningkatkan Keamanan Siber di Industri E-commerce

Whats New
Permendag Direvisi, Mendag Zulhas Sebut Tak Ada Masalah Lagi dengan Barang TKI

Permendag Direvisi, Mendag Zulhas Sebut Tak Ada Masalah Lagi dengan Barang TKI

Whats New
Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin Bakal Panggil Manajemen

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin Bakal Panggil Manajemen

Whats New
Capai 12,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Dua Wilayah Ini Tertinggi di Indonesia

Capai 12,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Dua Wilayah Ini Tertinggi di Indonesia

Whats New
Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Whats New
Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Whats New
KAI Ubah Pola Operasi, 21 Kereta Berhenti di Stasiun Jatinegara

KAI Ubah Pola Operasi, 21 Kereta Berhenti di Stasiun Jatinegara

Whats New
Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak, Industri Hulu Migas Hadapi Keterbatasan Rig

Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak, Industri Hulu Migas Hadapi Keterbatasan Rig

Whats New
PGN Suplai Gas Bumi untuk Smelter Tembaga Freeport

PGN Suplai Gas Bumi untuk Smelter Tembaga Freeport

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com