“Harga elpiji 12 kg kenaikannya 6 persen, andilnya ke inflasi April kecil tidak sampai 0,1 persen. Hal ini disebabkan konsumsi elpiji 12 kg tidak besar, konsumsi paling banyak di elpiji 3 kg. Jadi, dampak ke inflasi April kecil, 0,05 persen saja tidak sampai,” Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa, Badan Pusat Statistik, Sasmito Hadi Wibowo, Kamis (2/4/2015).
Perhitungan Sasmito, kenaikan harga elpiji 12 kg sebesar Rp 8.000 per tabung, atau sekitar 6 persen dari harga semula Rp 134.000, hanya akan memberikan kontribusi terhadap inflasi April 0,02 persen - 0,03 persen.
Andil terhadap inflasi memang sangat kecil, sebab konsumsi elpiji 12 kg hanya 800.000 ton, atau sekitar 66.700 ton per bulan. Sangat jauh disandingkan konsumsi elpiji tabung melon yang konsumsi per tahunnya mencapai 5,7 juta ton, atau sekitar 475.000 ton per bulan.
“Kalau peranan elpiji 12 kg hanya 0,02 persen, kemudian ada harga beras turun dengan andil 0,2 persen, maka langsung hilang (pengaruh kenaikan harga elpiji). Pengaruhnya (terhadap inflasi) langsung hilang,” jelas Sasmito.
Panen raya April ini akan membuat harga beras turun, apalagi harga gabah di tingkat petani pada Maret lalu sudah turun 8,95 persen dari bulan sebelumnya. Harga gabah yang turun di Maret akan mendorong turunnya harga beras di April. “Jadi, kalau April inflasi pun kemungkinannya kecil,” pungkas Sasmito.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.