Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Data Angka Kelahiran Menjadi Peluang Pasar

Kompas.com - 08/06/2015, 20:27 WIB


KOMPAS.com - Data angka kelahiran Badan Pusat Statistik (BPS) menjadi peluang pasar di Indonesia. Tiap tahun, angka kelahiran meningkat rerata 1,49 persen.  Sampai dengan akhir 2015, sebagaimana laman data dari laman BPS.go.id pada Senin (8/6/2015) menunjukkan angka kelahiran bayi di Indonesia menyentuh angka 4.880.951 orang.

Tingginya pertumbuhan angka kelahiran bayi menjadikan potensi segmen pasar produk bayi dan anak berusia di bawah dua tahun (baduta) menjadi segmen pasar potensial dan sangat menarik untuk digarap. Pada tahapan baduta, orangtua cenderung memanjakan anaknya dengan memberikan “hanya” produk berkualitas terbaik untuk anak mereka, terutama oleh para ibu baru (newly moms).

Lalu, peluang segmen pasar baduta Indonesia semakin menggiurkan. Hal ini diiringi dengan besarnya peningkatan jumlah kelas menengah yang dikenal gemar berbelanja. Populasi kelas menengah ke atas (dengan pengeluaran >Rp 3 juta per bulan) di perkotaan mencapai 59 persen dari total penduduk di Indonesia.

Berkenaan dengan peringatan Hari Anak Sedunia yang jatuh tiap 1 Juni, Sigma Research Indonesia meluncurkan produk perdananya yaitu Laporan Studi Perilaku Belanja Ibu dengan Anak Di Bawah Dua Tahun atau Moms and Baby Survey (MBS 2015). Studi ini dilaksanakan pada Januari-April 2015 pada 17 perkotaan di Indonesia, melalui riset deskriptif secara kuantitatif melalui kuesioner terstruktur dan wawancara tatap muka (face to face interview) pada 800 orang ibu yang memiliki anak baduta dari kelompok pengeluaran kelas SES ABC. Studi yang dilakukan tidak hanya sekedar  survei produk, tetapi Sigma Research juga menggali perilaku belanja para ibu baduta tersebut.

“Tujuan kami melakukan studi ini adalah untuk memberikan gambaran yang lengkap tentang perilaku ibu yang memiliki bayi dan anak di bawah usia dua tahun, baik dari sisi demografi dan perilaku, kepada pengelola merek yang menyasar segmen bayi dan anak di bawah usia dua tahun," kata Direktur PT Sigma Research Indonesia Nurjannah Andi Lemmung.

Susu formula

Salah satu hasil studi Sigma Research menunjukkan besarnya pasar produk delapan kategori mencapai Rp 89,5 triliun. Pasar terbesar adalah produk susu formula sebesar Rp 24,49 triliun atau 27,3 persen, disusul produk popok bayi sekali pakai (diaper) 13,4 persen dan pakaian bayi/anak yang mencapai 11,4 persen.

Juga ditemukan kenyataan bahwa perilaku berbelanja ibu dengan anak baduta mengalami pergeseran. Saat ini mereka mulai banyak menggunakan kemudahan belanja daring (online shopping). Sementara, perilaku ibu dengan kategori ini dalam mencari informasi sebelum membeli produk, dipengaruhi oleh beberapa faktor latar belakang yang bersangkutan antara lain status pendidikan dan pekerjaan. Ibu dengan anak baduta yang berperilaku terlebih dahulu mencari informasi tentang produk yang akan dibeli, lebih terlihat pada ibu dengan latar belakang pendidikan lebih tinggi dan pada ibu bekerja.

Dalam mencari informasi tentang suatu produk, ibu pemilik anak baduta lebih memercayai informasi dan saran yang diberikan oleh anggota keluarga, teman, atau orang terdekat dibanding media. Sumber informasi kedua yang digunakan dan dipercaya ibu ini adalah informasi produk yang didapat melalui media daring, ketiga media tradisional, yaitu televisi, koran, radio, majalah dan tabloid. Sumber informasi terakhir yang digunakan para tersebut adalah referensi dari dokter maupun tenaga medis lainnya. Informasi dan referensi yang didapat dari tenaga medis atau dokter persentasenya termasuk kecil, yaitu hanya 6,5 persen.

Nurjannah mengatakan, penggunaan internet dalam memeroleh informasi oleh para ibu ini di Indonesia juga sudah menjadi hal yang lumrah dan cukup tinggi frekuensi penggunaannya. Perangkat ponsel cerdas, laptop, dan tablet merupakan tiga perangkat digital yang paling populer dan dipakai oleh mereka. Kepemilikan ponsel cerdas paling tinggi, mencapai angka 84,4 persen.

Sementara itu, akun media sosial yang paling sering digunakan ibu dengan anak berumur di bawah dua tahun adalah Facebook. Kepemilikan akun Facebook terlihat paling populer pada ibu kategori ini di wilayah Jawa. Akun media sosial lain yang juga populer dan digunakan adalah Twitter, Path dan Google+.

Nurjannah juga mengungkapkan bahwa, anggaran belanja ibu tersebut per bulan dipengaruhi oleh faktor status pekerjaan serta status perekonomian rumah tangga. Rata-rata anggaran para ibu itu dalam berbelanja kebutuhan dan perlengkapan bayi di toko perlengkapan bayi  maupun di pasar moderen berkisar antara Rp 150.001 – Rp. 300.000 per bulan. Kisaran anggaran tersebut lebih terlihat pada ibu tersebut yang tidak bekerja dan ibu kategori ini dengan perekonomian menengah ke bawah. Sedangkan, untuk ibu kategori ini yang bekerja dan para ibu dengan perekonomian menengah ke atas, anggaran belanja kebutuhan dan perlengkapan bayinya hingga di atas Rp 400.000 per bulan.

“Terlepas dari perbedaan pengeluaran per bulannya, hingga 83 persen Ibu Baduta tetap cenderung memilih ata umembeli produk terbaik (bermerek ataupun lebih mahal) untuk bayinya. Hal ini juga didukung oleh kekhawatiran Ibu Baduta terhadap kesehatan anak yang mencapai persentase hingga 51 persen. Dalam hal ini Ibu Baduta berasumsi bahwa produk bermerek ataupun dengan harga lebih mahal dapat menjamin kehigienisan dan kesehatan bayinya,” ujar Nurjannah.  

Selain temuan-temuan di atas, penelitian yang dilakukan Sigma Research juga mengungkapkan tentang besar pasar (market size), market leader, dan brand share dari produk bayi dan anak yang ada di pasaran. Hasil lengkap studi memiliki MoE (margin of error) ±4,9 persen. Nurjannah mengatakan produsen dan pengelola merek yang menyasar segmen pasar bayi dan anak di bawah dua tahun yang berminat memiliki buku hasil studi tersebut, dapat menghubungi laman sigmaresearch.co.id atau melalui surat elektronik beralamat info@sigmaresearch.co.id .

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tertahan Sejak 2022, Bea Cukai Akhirnya Serahkan Alat Belajar SLB ke Pihak Sekolah

Tertahan Sejak 2022, Bea Cukai Akhirnya Serahkan Alat Belajar SLB ke Pihak Sekolah

Whats New
BI Beberkan Perbedaan Kondisi Ekonomi Saat Ini dengan Krisis 1998

BI Beberkan Perbedaan Kondisi Ekonomi Saat Ini dengan Krisis 1998

Whats New
Kemenperin: Indeks Kepercayaan Industri April Melambat Jadi 52,30

Kemenperin: Indeks Kepercayaan Industri April Melambat Jadi 52,30

Whats New
Intip 'Modern'-nya Pasar Tradisional Lebak Budi di Lampung, Usai Tawar Menawar Bayarnya Pakai QRIS

Intip "Modern"-nya Pasar Tradisional Lebak Budi di Lampung, Usai Tawar Menawar Bayarnya Pakai QRIS

Whats New
IHSG Ditutup Menguat 119 Poin, Rupiah Masih Lesu

IHSG Ditutup Menguat 119 Poin, Rupiah Masih Lesu

Whats New
Logam Mulia Bisa Jadi Pelindung Aset, Bagaimana Penjelasannya?

Logam Mulia Bisa Jadi Pelindung Aset, Bagaimana Penjelasannya?

BrandzView
KKP Mulai Uji Coba Penangkapan Ikan Terukur, Ini Lokasinya

KKP Mulai Uji Coba Penangkapan Ikan Terukur, Ini Lokasinya

Whats New
Namanya 'Diposting' Jadi Menteri BUMN di Medsos, Menteri KKP: Kita Urus Lobster Dulu...

Namanya "Diposting" Jadi Menteri BUMN di Medsos, Menteri KKP: Kita Urus Lobster Dulu...

Whats New
Genjot Dana Murah, Bank Mega Syariah Gelar Program Tabungan Berhadiah

Genjot Dana Murah, Bank Mega Syariah Gelar Program Tabungan Berhadiah

Whats New
Foxconn Tak Kunjung Bangun Pabrik di RI, Bahlil: Masih Nego Terus...

Foxconn Tak Kunjung Bangun Pabrik di RI, Bahlil: Masih Nego Terus...

Whats New
Strategi Bisnis Bank Jatim di Tengah Tren Suku Bunga Tinggi

Strategi Bisnis Bank Jatim di Tengah Tren Suku Bunga Tinggi

Whats New
Sambangi Gudang DHL, Dirjen Bea Cukai: Proses Kepabeanan Tak Bisa Dipisahkan dari Perusahaan Jasa Titipan

Sambangi Gudang DHL, Dirjen Bea Cukai: Proses Kepabeanan Tak Bisa Dipisahkan dari Perusahaan Jasa Titipan

Whats New
Bank Jatim Cetak Laba Rp 310 Miliar pada Kuartal I-2024

Bank Jatim Cetak Laba Rp 310 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
BKKBN Sosialisasi Cegah 'Stunting' melalui Tradisi dan Kearifan Lokal 'Mitoni'

BKKBN Sosialisasi Cegah "Stunting" melalui Tradisi dan Kearifan Lokal "Mitoni"

Whats New
Cara Membuat CV agar Dilirik HRD

Cara Membuat CV agar Dilirik HRD

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com