Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setelah Pelatihan Pemberdayaan, TKI Purna Harus Jadi Pahlawan Desa

Kompas.com - 03/10/2015, 23:07 WIB
Latief

Penulis

PAREPARE, KOMPAS.com - Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Nusron Wahid menghadiri langsung pelatihan pemberdayaan terintegrasi bagi WNI Overstayers (WNI-O ) dan TKI Bermasalah yang telah dipulangkan pemerintah. Salah satu tempat pelatihan yang dikunjungi adalah di Kota Parepare, Sulawesi Selatan.

Menurut Nusron, para TKI tidak cukup hanya menjadi pahlawan devisa. Karena itulah, kepada para TKI Purna, TKI-B, dan WNI-O Nusron berharap setelah pelatihan pemberdayaan tersebut mereka bisa menjadi pahlawan desa.

"Mereka harus menjadi penopang pertumbuhan ekonomi di desanya dengan mengembangkan usaha," ujar Nusron kepada peserta pelatihan di Hotel Bukit Kenari, Parepare, Jumat( 2/10/2015).

Para TKI purna tersebut diharapkan bisa menjadi wirausaha yang akan menopang pertumbuhan ekonomi di desanya. Nusron juga menyaksikan langsung penandatanganan MoU dan pemberian buku tabungan secara simbolis kepada para peserta pelatihan.

"Harapan kami, mudah-mudahan program ini akan sukses sehingga tercipta warga-warga baru eks-TKI bermasalah yang menjadi warga yang memiliki kekuatan ekonomi," kata Nusron.

Pemberian tabungan tersebut sebagai bentuk kongkrit kerjasama antara kelompok usaha bersama TKI, Mitra Lokal LP3AI, dan Bank Sulsel. Adapun MoU merupakan komitmen atas hasil pelaksanaan pemberdayaan terintegrasi yang dilakukan antara TKI Purna, Mitra Lokal LP3AI sebagai pendamping sekaligus penjamin pasar hasil produksi kelompok TKI serta BPD Sulses sebagai pemberi akses jasa keuangan.

"Output pemberdayaan terintegrasi ini memang komitmen bersama antar pelaku. Termasuk outputnya pembentukan dan penguatan modal kelompok," jelasnya.

Nusron menjelaskan, BNP2TKI menyadari angkatan kerja yang besar yang tidak diimbangi ketersediaan lapangan pekerjaan di dalam negeri. Hal itu mengakibatkan sebagian masyarakat terpaksa mencari peruntungan ke luar negeri agar dapat memenuhi kebutuhan hidup dirinya.

Efeknya, lanjut dia, banyak TKI bermasalah di luar negeri dan juga WNI-O  yang kemudian dipulangkan pemerintah. Di samping itu, BNP2TKI juga menekankan pentingnya agar para TKI purna menjadi produktif dengan modal yang didapatkannya saat bekerja sebagai TKI untuk kemudian dijadikan modal berwirausaha di daerahnya.

Untuk itulah, lanjut Nusron, BNP2TKI menggelar pelatihan pemberdayaan terintegrasi secara serentak di puluhan kabupaten/kota yang total pesertanya sebanyak 10.500 orang, dengan harapan mereka, baik para TKI-B, TKI Purna, dan WNI-O untuk bisa mandiri dan berwirausaha. Kepada para peserta, Nusron mengungkapkan bahwa memulai bisnis itu yang penting tiga aspek.

"Pertama ada barang yang dibuat dan ada yang membuat. Kedua, ada yang membeli barang tersebut. Kemudian yang ketiga, barulah akses pendanaan" jelasnya kepada par ibu mantan TKI yang hampir 100 persen berasal dari Malaysia.

Nusron kemudian menanyakan kepada mereka apakah setelah mengikuti pelatihan dan dibukakan akses modal tetap masih berkeinginan kembali sebagai TKI, bahkan dengan cara tidak sesuai prosedur.

"Siapa yang masih kepingin kembali jadi TKI?" tanya Nusron.

"Tidak mau... Nanti dikejar-kejar polisi dan imigrasi," jawab mereka.

"Makanya jangan berangkat tanpa dokumen, ditipu sama teman-teman ibu-ibu semua. Dulu ibu-ibu jadi pahlawan devisa, sekarang ayo jadi pahlawan desa. Tapi ingat tiga prinsip yang saya sebutkan tadi," kata Nusron.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Whats New
Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Whats New
Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Spend Smart
Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Whats New
Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com