Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PHE WMO Pasok Kondensat ke Industri Thinner dan Biji Plastik

Kompas.com - 11/02/2017, 17:00 WIB

Tim Redaksi

GRESIK, KOMPAS - PT Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO), Kodeco Energy Co. Ltd. (Kodeco), PT Mandiri Madura Barat (MMB) dan PT Pertamina EP (PEP) mulai menyalurkan gas terproses ke Pertagas.

Adapun turunan gas berupa kondesat dikembalikan ke PHE WMO yang kemudian oleh PHE WMO dijual kepada perusahaan lain.

Gas terproses yang nantinya bisa diolah menjadi elpiji sudah mulai disalurkan ke PT Pertamina Gas (Pertagas) pada 27 Januari 2017. Sedangkan kondensat hasil pemisahan gas terproses itu, dibeli oleh PT Pertamina-Petro Chemical (Petchem) dan mulai disalurkan Rabu (8/2/2017) yang ditandai dengan pengiriman truk kondensat pertama dari PHE WMO kepada Petchem.

Menurut General Manager (GM) PHE WMO, Sri Budiyani di Gresik, Jumat (10/2), penjualan kedua produk ini sudah direncanakan dengan matang sejak 2012 lalu. Cara ini dinilai bisa membantu memenuhi bahan baku elpiji (LPG) dalam negeri sebab 50 persennya masih dipasok dari luar.

Ke depan, kondesat dikelola oleh anak perusahaan Petchem, yakni Harindo Putra Group sekaligus menjual ke pabrik-pabrik untuk bahan baku thinner, cat, lem, biji plastik serta pembersih baja.

“Selama ini kedua bahan ini langsung kami alirkan begitu saja ke pembeli gas kami seperti ke Pembangkit Jawa Bali (PJB) maupun PT Perusahaan Gas Negara  (PGN). Namun kini ada nilai tambahnya," ujar Budiyani.

Budiyani menambahkan, penjualan kondensat tidak dilakukan sembarangan karena PHE WMO telah mendapatkan Surat Penetapan Provisional ICP dari Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral pada bulan Desember 2016 yang lalu untuk penjualan Kondensat Madura atau Naptha dengan harga  yaitu 11 dollar AS/per barrel FOB.

President Director Harindo Putra Group, Bimo Prakoso mengatakan, pihaknya bekerjasama dengan PT Pertamina untuk mendistribusikan kondesat industri hulu Pertamina kepada perusahaan yang memproduksi thinner hingga biji plastik.

Saat ini kondesat lebih banyak disalurkan ke pabrik thinner dan cat yang ada di Jabodetabek dan Surabaya hingga Semarang. 

Menurut Bimo, meningkatnya pengerjaan proyek infrastruktur di Tanah Air membuat permintaan bahan baku untuk thinner yakni kondensat pun meningkat tajam. Beruntungnya, kondensat merupakan bahan yang tidak boleh di ekspor sehingga dijamin negara ketersediaannya selama industri hulu migas terus berproduksi maksimal.

"Kebutuhan kondesat setiap tahun meningkat, apalagi untuk industri biji plastik keperluannya justru lebih banyak lagi. Dengan cara ini produksi hulu migas semakin membuat pasokan kondensat lebih terjamin," tandas Bimo.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com