Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Radikalisme Menyusupi Dunia Pendidikan di Indonesia?

Kompas.com - 02/05/2017, 21:00 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Masuknya paham radikalisme di dunia pendidikan menjadi keprihatinan banyak pihak, karena dapat memunculkan tindakan intoleransi pada para pelajar.

Ini sama memprihatinkannya dengan bentuk-bentuk pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di sekolah, diantaranya tindakan diskriminatif, tindakan kekerasan (fisik, psikis, simbolis), perusakan lingkungan, serta pengabaian hak penyandang disabilitas dan kesetaraan jender.

Demikian pembahasan yang mengemuka dalam diskusi yang digelar oleh Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) dalam rangka peringatan Hari Pendidikan Nasional yang mengusung tema 'Maraknya Pelanggaran HAM di Sekolah', Selasa (2/5/2017).

(Baca: Intoleransi Terjadi di Sekolah, Siswa Tolak Ketua OSIS yang Beda Agama)

 

Wakil Ketua Komnas HAM Nurkhoiron mengatakan, sekolah atau lembaga pendidikan yang menjadi pusat produksi dan reproduksi pengetahuan, sekaligus media belajar untuk memperkuat hak-hak kebebasan berfikir, berekspresi dan mengembangkan ilmu pengetahuan sebagai cara menjadi bangsa yang bermartabat, saat ini belum mengalami transformasi yang baik.

"Kalau dalam rezim Jokowi bahasanya revolusi mental belum berjalan baik," kata dia.

Lebih lanjut Nurkhoiron mengatakan, pendidikan di Indonesia saat ini justru banyak dijadikan sebagai tempat indoktrinasi dan sosialisasi nilai-nilai yang memecah belah. Bentuk-bentuk politisasi adalah salah satu contohnya.

"Belum lagi pada tingkat ekstrem, pemecah-belahan itu terjadi melalui indoktrinasi untuk mengenalkan paham-paham radikalisme. Ini tentu saja sangat bertentangan dengan tujuan pendidikan nasional kita," imbuh Nurkhoiron.

Salah satu tujuan nasional adalah mendidik generasi menjadi manusia bermartabat. Dalam konteks HAM, menjadi manusia bermartabat itu hanya mungkin jika hak-hak dasar dicukupi dengan baik.

Sementara itu dalam konteks dunia pendidikan, hak-hak paling asasi yang harus diberikan adalah kemungkinan peserta didik mendapatkan kebebasan berfikir, berekspresi, dan mendapatkan pengetahuan yang baik.

Bahaya Radikalisme

 

Dalam kesempatan sama, Direktur Peace Generation Irfan Amalee menyampaikan, peningkatan pemahaman baik guru dan siswa akan bahaya radikalisme menjadi penting untuk menangkal perkembang-biakannya. Menurut Irfan, ada beberapa narasi dalam perekrutan kelompok-kelompok radikal yang harus dipahami oleh guru dan siswa.

Pertama, kelompok radikal biasanya menggunakan political narration. "Buat anak-anak yang galau itu mereka melihat ketidakadilan, itu mereka langsung terpanggil untuk jihad," kata Irfan.

Kedua, kelompok radikal juga menggunakan historical narration. Menurut Irfan, ini juga perlu diperhatikan oleh para pendidik dalam pendidikan sejarah.

"Karena pendidikan sejarah itu bisa saja bukan membangkitkan wisdom, tetapi justru membangkitkan dendam," imbuh Irfan.

Ketiga, pshycological narration, atau mengglorifikasi tokoh-tokoh kekerasan sebagai pahlawan. Keempat, instrumental naration atau menganggap kekerasan itu sebagai solusi memecahkan masalah.

Terakhir adalah theological narration atau menggunakan ayat-ayat untuk merekrut anggota baru kelompok.

"Mereka mencomot, ambil sana-sini sepenggal ayat, kalau anak-anak membaca itu, dan gurunya tidak paham, bisa kalah gurunya. Semakin ingin anak bergabung dengan kelompok radikal. Dan ini cara (perekrutan) yang paling efektif," ucap Irfan.

(Baca: Ketimpangan Masih Lebar, BPS Ingatkan Menjamurnya Radikalisme)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Whats New
Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Whats New
Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

Whats New
Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Whats New
Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Whats New
Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Spend Smart
Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Whats New
Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Work Smart
Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Work Smart
Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Whats New
Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Whats New
HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

Rilis
Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Whats New
Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com